Senin, 27 Januari 2014

3 Pesawat Baru CN 295 Perkuat Lanud Halim

Untuk itu, Komandan Skadron Udara 2 berharap kepada segenap crew dan personel Skadron Udara 2 agar dapat mengoperasionalkan dan merawat dengan baik

http://2.bp.blogspot.com/-ot9TJVL_RSU/UarH-yaStdI/AAAAAAAAALs/GL1qcg92Cec/s1600/C-295M_AM%2BZaragueta.jpgJakarta TIGA pesawat angkut sedang jenis CN 295 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) diserahkan ke Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, untuk memperkuat armada udara setelah selesai dalam pembuatannya, Kamis (9/1/2014) kemarin di halaman Hanggar Skadron Udara 2.

Pesawat baru bernomor ekor A-2903, 2904 dan 2905 tersebut merupakan rangkaian pesanan pemerintah dari total 9 pesawat CN 295 pada PT DI untuk menggantikan Pesawat Fokker 27.

Dua pesanan pertama Pesawat CN 295 telah diserahkan ke Skadron Udara 2 sejak Oktober 2012 lalu.

Dalam sambutannya Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Destianto Nugroho Utomo menyampaikan kedatangan tiga pesawat baru CN 295 tersebut akan didayagunakan sebaik-baiknya untuk pelaksaan tugas-tugas Skadron Udara 2 dalam hal angkutan personel dan logistik, penerjunan pasukan dan logistik, evakuasi medis udara, patroli udara terbatas, maupun misi kemanusiaan lainnya.

Untuk itu, Komandan Skadron Udara 2 berharaf kepada segenap crew dan personel Skadron Udara 2 agar dapat mengoperasionalkan dan merawat dengan baik, paparnya.

Rangkaian acara penyerahan pesawat meliputi penyambutan kedatangan pesawat yang sudah diawaki crew Skadron Udara 2, sambutan Komandan Skadron Udara 2, pembacaan doa, pemotongan nasi tumpeng kuning oleh Komandan Skadron, penyerahan pemotongan nasi tumpeng kepada crew Skadron Udara 2 dan ramah tamah.

Hadir dalam kegiatan tersebut pejabat Lanud Halim Perdanakusuma, Komandan satuan di Lanud Halim Perdanakusuma juga teknisi dari PT DI.

Pembelian Kapal Selam Rusia

 
Jakarta Armada tempur Indonesia di laut diyakini semakin kuat dengan akan hadirnya sejumlah kapal selam dari Rusia. Kapal selam akan mempunyai peran utama menjaga pertahanan laut selatan Indonesia yang berbatasan dengan Australia.

Armada tempur Indonesia di laut diyakini semakin kuat dengan akan hadirnya sejumlah kapal selam dari Rusia. Kapal selam akan mempunyai peran utama menjaga pertahanan laut selatan Indonesia yang berbatasan dengan Australia.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (6/12), mengumumkan, pemerintah Indonesia sudah mencapai kesepakatan dengan pemerintah Rusia untuk pengadaan kapal selam kelas Kilo. Kerja sama dengan Rusia ini merupakan bagian dari rencana pembangunan armada kapal selam secara besar-besaran. Keberadaan kapal selam sangat dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia yang lebih dari dua pertiga meliputi lautan.

Saat ini jumlah kapal selam Indonesia hanya dua buah, yaitu KRI Cakra dan KRI Nenggala. Dua kapal ini akan genap berusia 40 tahun pada 2020 mendatang. Pemerintah Indonesia juga sedang memesan tiga kapal selam kelas Changbogo dari Korea Selatan (Korsel) yang di antaranya dikerjakan bersama PT PAL. Nah, untuk membeli kapal selam ini, pemerintah mempunyai dua opsi pembiayaan.

Pertama, menggunakan state credit dari Rusia, di mana dari alokasi USD1 miliar, baru terpakai sebesar USD300-an juta. Kedua negara telah menyetujui perpanjangan state credit tanpa ada ketentuan untuk melampirkan daftar alutsisa yang akan dibeli. Sehingga bisa dipergunakan untuk segala jenis alusista yang dibutuhkan Indonesia. Opsi kedua yaitu menggunakan dana on top. Pada awal Kabinet Indonesia Bersatu II, Kemhan mendapatkan dana on top dalam jumlah besar, sampai saat ini sisa dana tersebut masih banyak dan dapat digunakan untuk pembelian kapal selam.

Sisa dana on top yang masih ada ini harus diselesaikan pada tahun depan seiring dengan selesainya masa tugas Kabinet Indonesia Bersatu II. Kebutuhan kapal selam didasarkan pada posisi Indonesia yang memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yakni mulai Laut Cina Selatan – Selat Karimata – Selat Sunda. Kemudian ALKI yang melintasi Laut Sulawesi – Selat Makassar – Luatan Flores – Selat Lombok. Sedangkan, ALKI ketiga membentang mulai Sumadra Pasifik – Laut Maluku – Laut Seram – Laut Banda – Alor. Pada ALKI ketiga choke point ini terpecah menjadi tiga jalur.

Sejumlah ALKI ini merupakan choke point menurut UNCLOS yang bisa dipakai kapal asing untuk masuk ke Indonesia. Di sanalah kapal-kapal selam itu nantinya akan ditempatkan. Kapal selam akan lebih efektif menghalau kapal asing yang melanggar teritorial dibanding kapal perang biasa. “Satu kapal selam mampu menghadapi 10 kapal perang,” kata Purnomo. Kapal selam yang dipilih merupakan kelas medium yang dilengkapi dengan rudal Club S, yaitu rudal anti kapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air.

Club S termasuk kategori killer missile karena mempunyai jarak tembak 300–400 kilometer. Rudal ini akan melengkapi rudal jarak jauh lain yang telah dioperasikan TNI AL, yaitu Yakhont. Saat ini Rusia mempunyai ratusan kapal selam kelas Kilo yang sedang beroperasi di perairan mereka. Akan ada tim yang diberangkatkan ke Rusia yang akan mengecek spesifikasi teknis yang diperlukan. Seperti kelengkapan kebutuhan persenjataan dan lainnya. Jika tim kemudian memilih pembangunan kapal selam baru, maka juga akan dibicarakan spesifikasi dan berapa lama kapal itu akan dipakai.

Pengadaan kapal selam menurut Purnomo bukan karena ada ancaman dari Australia. Pengadaan ini merupakan sudah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) yang sudah ditetapkan pada 2010 lalu. Pemerintah telah menetapkan tiga renstra, yaitu renstra pertama dari 2010–2014, renstra kedua 2015–2019 dan 2020–2024 untuk renstra ketiga. Kehadiran kapal selam Rusia akan melengkapi kapal selam sebelumnya yang berteknologi Jerman. Baik KRI Cakra dan KRI Nenggala maupun kapal selam asal Korsel yang sedang diproduksi menggunakan teknologi Jerman U209.

Kapal selam teknologi Rusia akan berkombinasi dengan teknologi Jerman itu dalam pertahanan negara. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio menyebutkan, Indonesia setidaknya membutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga kedaulatan laut. Direktur National Maritime Institute (Namarin) Jakarta Siswanto Rusdi menyebutkan saat ini doktrin pertahanan Indonesia masih terlihat menganut Hankamrata (Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta).

Doktrin pertahanan yang juga melibatkan sipil ini merupakan cara menghadapi musuh ketika berada dalam teritorial Indonesia. Padahal sudah seharusnya Indonesia melakukan pertahanan yang berorientasi ke luar. Armada laut Indonesia harus melakukan operasi di laut internasional untuk mencegah masuknya musuh. “Berapa jumlah armada yang ditambah akan kurang optimal karena hanya bermain di laut dalam negeri. Padahal di dalam laut kita sendiri sudah jenuh dengan berbagai kapal dari sejumlah instansi seperti Kepolisian Air, Kementerian Kelautan, Kementerian Perhubungan dan Bea Cukai,” kata Siswanto.

Saat ini banyak negara yang sudah menerapkan blue water navy, yaitu kekuatan maritim yang mampu beroperasi di perairan dalam lautan terbuka. Bukan hanya negara besar seperti Amerika Serikat dan China yang sudah menerapkan blue water navy, sejumlah negara Asia seperti India bahkan Singapura sudah mulai menerapkan blue water navy ini. ●islahuddin

Helikopter Apache AH-64E akan ditempatkan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman mengatakan, TNI AD akan diperkuat dengan delapan helikopter tempur AH-64 Apache yang akan didatangkan secara bertahap mulai tahun 2015. "Secara bertahap helikopter tersebut akan kita datangkan mulai 2015 hingga 2017. Helikopter canggih buatan Boeing ini akan dioperasikan oleh para penerbang Angkatan Darat (Penerbad)," katanya di Samarinda, Kamis (23/1).


Helikopter Apache AH-64E akan ditempatkan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

Ia mengatakan, TNI AD tengah menyiapkan sejumlah titik untuk menjadi pangkalan senjata berawak ini. Menurut KSAD, salah satunya adalah di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Di kabupaten paling utara Provinsi Kaltim itu selain helikopter Apache, juga akan menjadi pangkalan heli tempur Agusta dan berbagai jenis pesawat lain.


"Indonesia membeli varian terbaru dari helikopter serbu tersebut, yaitu versi AH-64E. Sejak 2013, model ini oleh Amerika Serikat, negara pembuatnya, mulai dipakai untuk menggantikan AH-64D Longbow, yang di ASEAN dimiliki oleh Singapura.

Dia mengatakan, AH-64E memiliki mesin T700-GE-701D yang hemat bahan bakar dan lebih efisien sehingga dapat terbang lebih jauh, lebih lama, dan bisa membawa persenjataan lebih banyak. Rotornya terbuat dari bahan komposit yang lebih ringan namun lebih kuat yang membuat jenis heli ini terbang lebih cepat ketimbang seri D.

Jenderal Budiman mengatakan, harga delapan heli lengkap dengan persenjataan dan pelatihan pilot serta kru darat adalah 600 juta dolar AS. Selain Indonesia, katanya, Taiwan, India, dan Qatar juga sudah memesan AH-64E bersamaan dengan Korea Selatan dan Jepang. India bahkan bisa memaksa Boeing melakukan alih teknologi dengan membuat sebagian komponen untuk India di India.

Dia mengatakan, senjata utama Apache AH-64 adalah rudal AGM-114 Hellfire. Rudal ini dijuluki tank-killer atau penghancur tank, julukan yang didapatnya dari berbagai medan perang. Apache membawa 16 rudal Hellfire dibagi ke dalam 4 peluncur di sayapnya dengan jangkauan tembak hingga 12 km.

Senjata lapis kedua dari Apache adalah roket Hydra 70 mm yang dibawa dalam sepasang peluncur roket isi 19 roket. Untuk pertahanan udara, helikopter ini dilengkapi rudal AIM-9 Sidewinder dan AIM-92 Stinger. Heli ini juga bisa mengangkut rudal anti radiasi AGM-122 untuk menghancurkan instalasi radar musuh.

"Jadi kita tunggu saja," kata KSAD Jenderal Budiman. (ROL)

TNI AL Pesan 3 Kapal Selam dan 5 Kapal Frigat

TNI Angkatan Laut telah memesan kapal perang yang saat ini tengah dibangun, diantaranya adalah tiga buah kapal selam, di mana dua kapal selam sedang dibangun di Korea Selatan dan satu kapal dibangun di PT PAL Surabaya. Selain itu dua kapal Perusak Kawal Rudal jenis Frigat 105 meter, serta tiga kapal fregat jenis Multi Roll Light Frigate (MRLF) dari Inggris.


TNI AL Pesan 3 Kapal Selam dan 5 Kapal Frigat

Demikian dikatakan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio saat memberikan pengarahan kepada para peserta Apel Komandan Satuan (AKS) Tahun 2014, bertempat di gedung Graha Samudera Bumimoro (GSB), Kobangdikal, Surabaya, Kamis (23/1/2014). “Dua kapal MRLF akan tiba pada bulan April dan September tahun 2014, sehingga pertanggungjawaban TNI Angkatan Laut tentang pembangunan kekuatan yang telah diberikan negara, akan kita tunjukkan kepada rakyat dan bangsa kita, melalui Sailing Pass pada HUT TNI Oktober nanti,” tegas Kasal.


Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio juga menambahkan, selain kapal-kapal tersebut, TNI Angkatan Laut juga akan membangun dua kapal hidrografi dari Prancis, selain itu juga kapal jenis Tall Ship pengganti KRI Dewaruci dengan panjang 92 Meter yang nantinya akan mampu menampung sekitar 200 Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL), serta pembelian 11 helikopter antikapal selam. Sedangkan dari dalam negeri,  TNI Angkatan Laut juga telah memesan lagi 16 Kapal Cepat Roket (KCR) 60 Meter, dan 16 Kapal KCR 40 Meter yang dibangun dari berbagai galangan kapal dalam negeri, yakni di Batam dan Banten, kemudian memesan pula Kapal Angkatan Laut (KAL)-28 dan dua kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST).

Pada kesempatan tersebut, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio menyampaikan pula bahwa, untuk menuju World Class Navy salah satunya dibutuhkan komponen kekuatan pertahanan yang besar, apalagi mengingat Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, maka pada tahun ini TNI AL sedang terfokus pada proses pengadaan  alutsista yang proses pembangunannya disesuaikan dengan Undang-Undang Industri Pertahanan Indonesia. “Ke depan, secara bertahap kita akan bangun alutsista di negeri kita sendiri, sehingga hal ini membangkitkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi industri pertahanan negara kita,” ujarnya.

AKS merupakan rangkaian dari kegiatan Rapim TNI AL Tahun 2014 dan Olah Yudha Renstra Tahun Anggaran 2015. Kegiatan ini diikuti oleh 650 peserta, yang terdiri dari: Para Pati Struktural TNI Angkatan Laut, Pati non-Struktural Angkatan Laut, para komandan strata jabatan Kolonel sampai dengan strata jabatan Mayor di seluruh Komando Utama (Kotama) TNI Angkatan Laut, para Kepala Unit Pelaksana Teknis Balakpus, para Asrena, Asintel, Asops, Aspers, Aslog Kotama dan Lantamal, para LO TNI Angkatan Laut yang berada di Kodam, Kostrad, dan Kohanudnas, Seklem Seskoal, Dirrena Kobangdikal, Dirrenbang AAL, serta perwira lainnya.

Dalam kegiatan AKS disampaikan beberapa permasalahan di lingkungan TNI Angkatan Laut sesuai bidang. Paparan disampaikan oleh beberapa asisten Kotama yang ditunjuk, di antaranya Asintel Pangarmabar, Asops Pangarmatim, Aspers Dankormar, Dirlog Kobangdikal, Direnbang AAL, serta paparan tentang evaluasi kecelakaan alutsista oleh Kolonel Laut (P) Antonius W.U.

Kegiatan AKS ini diselenggarakan setiap tahun dan bertujuan menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap kebijakan-kebijakan Pemimpin TNI Angkatan Laut, dalam pembinaan dan pembangunan kekuatan ke dalam pelaksanaan tugas yang diemban oleh Komandan Satuan di lapangan. Diharapkan melalui Rapat Pimpinan (Rapim) dan Apel Komandan Satuan (AKS) TNI Angkatan Laut Tahun 2014, serta Olah Yudha Renstra Tahun Anggaran 2015, timbul kesamaan pemahaman seluruh perwira terhadap berbagai kebijakan pemimpin TNI Angkatan Laut, sehingga menjadi faktor pendorong bagi para pelaksana program dan kegiatan untuk lebih bersinergi dalam pembangunan TNI Angkatan Laut yang berkualitas, efektif dan efisien. (TNI AL)

PT PAL Garap Kapal Perusak Kawal Rudal Pesanan Menhan

http://4.bp.blogspot.com/-5eQenJVcMlg/UQ8vLKw1flI/AAAAAAAAXjw/_R7amGJ2Qxg/s640/sigma10514.jpg 
Pertengahan Januari lalu, PT. PAL dan Damen Naval Schelde Shipyard telah melakukan pemotongan baja pertama pembangunan kapal pertama jenis PKR 10514.

Pemotongan plat pertama ini juga dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kepala Staf TNI AL Laksamana DR Marsetio KSAL dan CEO Damen Schelde Naval, Mr. Hein Van Amaiden Shipbuilding (DSNS). Disebutkan pula kapal pertama nantinya akan selesai pada akhir 2016 atau awal tahun 2017.


Sekedar menyegarkan ingatan, dalam kerja sama produksi ini, PT. PAL kebagian membuat 4 dari 6 modul Sigma 10514. Kecuali modul 5 dan 3, modul lainnya dikerjakan di PT. PAL. Dan nantinya ke-6 modul akan diintegrasikan serta diuji di fasilitas PT. PAL di Surabaya. Untuk lebih lengkapnya, simak diagram dibawah ini.



Tertulis jelas bahwa PT. PAL membuat modul 1,2,4 dan 6 mulai tanggal 15 Januari. Sementara galangan DSNS di Rumania akan mulai mengerjakan modul 3 pada bulan mei 2014. Lalu pada Juni 2014, giliran modul ke 5 dikerjakan oleh galangan DSNS di Belanda.

Februari 2015, Modul dari Rumania dikirim ke Surabaya lalu menyusul pada Juni 2015, Modul dari Belanda. Setelah diintegrasikan, sekitar akhir Desember 2016 atau awal Januari 2017 akan dilakukan sea trial. Nah, semoga saja semua jadwal yang telah direncanakan ini bisa berjalan lancar.

Selanjutnya yang harus dikawal adalah pengadaan persenjataan untuk PKR 10514. Pasalnya, untuk melengkapi PKR10514 dengan Rudal Exocet, Rudal Mica, CIWS Millenium, serta torpedo masih dibutuhkan dana sekitar 60 juta euro. Nilai ini termasuk pengadaan perangkat perang elektronika ECM dan ESM buatan Thales.

Namun demikian, PKR10514 sudah dipastikan dilengkapi sejumlah peralatan canggih. Diantaranya radar SMART-S MK2, STING-EO MK2 tracker, Integrated Bridge System serta Integrated Comms System hingga Kinglip Sonar.

Fregat Ringan Nakhoda Ragam Class Akan Datang April dan September 2014


Kementerian Pertahanan memesan beberapa alutsista untuk TNI AL yaitu dua kapal Perusak Kawal Rudal PKR 105 meter dan tiga kapal multi role light frigate Nakhoda Ragam class. TNI AL saat ini juga memesan dua kapal Hidrografi dari Prancis, membeli 11 Helikopter Anti Kapal Selam serta pembelian kapal latih pengganti KRI Dewaruci . Dari dalam negeri, PT. PAL juga mendapat order membangun 16 kapal cepat rudal KCR 60 meter,16 Kapal KCR 40 meter yang dibangun dari berbagai galangan kapal dalam negeri dan dua kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST)(photo : EnglishGyt)

TNI AL Pesan 3 Kapal Selam dan 5 Frigat

TNI Angkatan Laut telah memesan kapal perang yang saat ini tengah dibangun, diantaranya adalah tiga buah kapal selam, di mana dua kapal selam sedang dibangun di Korea Selatan dan satu kapal dibangun di PT PAL Surabaya. Selain itu dua kapal Perusak Kawal Rudal jenis Frigat 105 meter, serta tiga kapal fregat jenis Multi Roll Light Frigate (MRLF) dari Inggris.

Demikian dikatakan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio saat memberikan pengarahan kepada para peserta Apel Komandan Satuan (AKS) Tahun 2014, bertempat di gedung Graha Samudera Bumimoro (GSB), Kobangdikal, Surabaya, Kamis (23/1/2014). “Dua kapal MRLF akan tiba pada bulan April dan September tahun 2014, sehingga pertanggungjawaban TNI Angkatan Laut tentang pembangunan kekuatan yang telah diberikan negara, akan kita tunjukkan kepada rakyat dan bangsa kita, melalui Sailing Pass pada HUT TNI Oktober nanti,” tegas Kasal.

Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio juga menambahkan, selain kapal-kapal tersebut, TNI Angkatan Laut juga akan membangun dua kapal hidrografi dari Prancis, selain itu juga kapal jenis Tall Ship pengganti KRI Dewaruci dengan panjang 92 Meter yang nantinya akan mampu menampung sekitar 200 Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL), serta pembelian 11 helikopter antikapal selam. Sedangkan dari dalam negeri,  TNI Angkatan Laut juga telah memesan lagi 16 Kapal Cepat Roket (KCR) 60 Meter, dan 16 Kapal KCR 40 Meter yang dibangun dari berbagai galangan kapal dalam negeri, yakni di Batam dan Banten, kemudian memesan pula Kapal Angkatan Laut (KAL)-28 dan dua kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST).

Pada kesempatan tersebut, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio menyampaikan pula bahwa, untuk menuju World Class Navy salah satunya dibutuhkan komponen kekuatan pertahanan yang besar, apalagi mengingat Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, maka pada tahun ini TNI AL sedang terfokus pada proses pengadaan  alutsista yang proses pembangunannya disesuaikan dengan Undang-Undang Industri Pertahanan Indonesia. “Ke depan, secara bertahap kita akan bangun alutsista di negeri kita sendiri, sehingga hal ini membangkitkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi industri pertahanan negara kita,” ujarnya.

AKS merupakan rangkaian dari kegiatan Rapim TNI AL Tahun 2014 dan Olah Yudha Renstra Tahun Anggaran 2015. Kegiatan ini diikuti oleh 650 peserta, yang terdiri dari: Para Pati Struktural TNI Angkatan Laut, Pati non-Struktural Angkatan Laut, para komandan strata jabatan Kolonel sampai dengan strata jabatan Mayor di seluruh Komando Utama (Kotama) TNI Angkatan Laut, para Kepala Unit Pelaksana Teknis Balakpus, para Asrena, Asintel, Asops, Aspers, Aslog Kotama dan Lantamal, para LO TNI Angkatan Laut yang berada di Kodam, Kostrad, dan Kohanudnas, Seklem Seskoal, Dirrena Kobangdikal, Dirrenbang AAL, serta perwira lainnya.

Dalam kegiatan AKS disampaikan beberapa permasalahan di lingkungan TNI Angkatan Laut sesuai bidang. Paparan disampaikan oleh beberapa asisten Kotama yang ditunjuk, di antaranya Asintel Pangarmabar, Asops Pangarmatim, Aspers Dankormar, Dirlog Kobangdikal, Direnbang AAL, serta paparan tentang evaluasi kecelakaan alutsista oleh Kolonel Laut (P) Antonius W.U.

Kegiatan AKS ini diselenggarakan setiap tahun dan bertujuan menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap kebijakan-kebijakan Pemimpin TNI Angkatan Laut, dalam pembinaan dan pembangunan kekuatan ke dalam pelaksanaan tugas yang diemban oleh Komandan Satuan di lapangan. Diharapkan melalui Rapat Pimpinan (Rapim) dan Apel Komandan Satuan (AKS) TNI Angkatan Laut Tahun 2014, serta Olah Yudha Renstra Tahun Anggaran 2015, timbul kesamaan pemahaman seluruh perwira terhadap berbagai kebijakan pemimpin TNI Angkatan Laut, sehingga menjadi faktor pendorong bagi para pelaksana program dan kegiatan untuk lebih bersinergi dalam pembangunan TNI Angkatan Laut yang berkualitas, efektif dan efisien.

Selasa, 07 Januari 2014

Kemenhan Prioritaskan Sukhoi-35 Sebagai Pengganti F-5 Tiger TNI AU

Kementerian Pertahanan berencana mengganti pesawat tempur TNI Angkatan Udara F-5 Tiger yang harus pensiun, dengan mengganti pesawat tempur baru yang jauh lebih canggih, salah satunya pesawat tempur SU-35 dari Rusia.


Kemenhan Prioritaskan Sukhoi-35 Sebagai Pengganti F-5 Tiger TNI AU
Sukhoi-35

"Ada beberapa usulan pesawat tempur yang saat ini masih dikaji untuk memilih yang paling tepat. Apakah pesawat tempur dari Rusia, Amerika, Eropa atau dari negara lain," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai Rapim Kementerian Pertahanan yang dihadiri Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan, di Kantor Kemhan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, ada sekitar 5-6 usulan pengganti pesawat tempur TNI AU yang sudah berusia 30 tahun tersebut. Namun, dirinya meminta agar dilakukan pembobotan dan ditambah spesifikasi teknis, sehingga ditemukan pesawat yang tepat untuk gantikan F-5 Tiger.


Menhan berharap agar keputusan untuk memilih pesawat tempur pengganti itu segera diputuskan agar pada rencana strategis (Renstra) II 2015-2020 dapat dilakukan pembeliann sehingga datang tepat pada waktunyam

"Saya berharap pesawat tempur yang canggih tersebut mampu membawa peluru kendali jarak jauh," katanya.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, TNI AU telah membuat kajian untuk pesawat tempur pengganti F-5 Tiger, seperti Sukhoi SU-35, F-15, F-16 dan pesawat tempur buatan Swedia.

"Kajian itu sedang kami pelajari, tergantung dari kemampuan keuangan negara," katanya.

Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menambahkan, TNI AU menginginkan satu skuadron (16 unit) dalam pengajuan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger.

"Kami ikuti renstra yang ada. Selanjutnya kami masih revisi sesuai arahan Panglima TNI dan Kemhan sesuai kemampuan negara untuk membuat masterlist," katanya.

KSAU mengatakan, setiap Renstra itu ada pergantian pesawat yang tak layak, sehingga dilakukan modernisasi sesuai perkembangan teknologi. (Antara)