Selasa, 17 September 2013

Tiga Nakhoda Ragam Class Set untuk Pindah ke Indonesia


 
Nakhoda Ragam kelas light fregat (foto: Militaryphotos)

Sistem Kapal BAE di Pusat Sengketa Set untuk Tinggalkan Barrow Docks Setelah Tahun di Limbo

TIGA kapal yang telah menghiasi dermaga Barrow selama lebih dari lima tahun setelah perselisihan antara BAE dan Sultan Brunei akhirnya siap untuk meninggalkan.

Tiga kapal kelas Nakhoda Ragam dibangun oleh BAE di Scotstoun, Glasgow, untuk Royal Brunei Navy.

Tapi setelah mereka selesai pada tahun 2002, Brunei menolak untuk menerima mereka, meskipun kapal yang dinyatakan fit oleh Royal Navy.

Hal ini dimengerti Brunei berusaha untuk menarik diri dari kesepakatan karena biaya operasi dan kurangnya personil cukup terlatih untuk mengoperasikan kapal.

Pertempuran hukum akhirnya diselesaikan melalui arbitrase internasional pada tahun 2007 - yang mendukung BAE - dan kapal-kapal diserahkan ke Brunei.

Mereka kemudian pindah ke Barrow pada 2007 untuk disimpan di dermaga sementara Jerman Lürssen galangan kapal, yang telah dikontrak oleh Brunei, mencoba untuk menemukan pembeli.

Kini, setelah lebih dari 10 tahun dalam limbo, kesepakatan telah melanda dan pembuluh ditetapkan untuk pindah ke iklim yang lebih hangat dari Indonesia - dalam cuaca kapal yang dirancang untuk beroperasi masuk

Indonesia dilaporkan telah dibayar hanya seperlima dari harga asli £ 600 untuk tiga kapal. Kapal-kapal diharapkan untuk memasuki layanan dengan Angkatan Laut Indonesia dalam tahun depan.

Tiga korvet sedang dipertahankan oleh Barrow perusahaan pelayaran James Fisher Marine Services.

Sebagai bagian dari kesepakatan untuk menjual kapal, James Fisher berusaha untuk mendirikan hidup akomodasi sementara di darat dewan terdekat ke rumah beberapa staf teknis mereka sendiri yang telah menyediakan penutup pengaman pada korvet.

Aplikasi ini ditolak oleh Barrow Borough Council tetapi menyusul intervensi Barrow MP, John Woodcock, dan usaha oleh James Fisher untuk mengatasi kekhawatiran dewan, petugas Barrow Balai Kota sekarang akan mendukung aplikasi perencanaan.

Mr Woodcock mengatakan: "Ada nilai ekonomi riil dalam menjaga korvet di Buccleuch Dock, dengan karyawan Barrow berbasis bekerja di kapal mereka dan pendapatan untuk bisnis lokal dari pelaut mengunjungi.

PH mencari bantuan Indonesia dalam konflik Zamboanga

Sebuah kendaraan lapis baja tentara pemerintah mendorong masa lalu untuk serangan lain terhadap pemberontak Muslim Moro National Liberation Front (MNLF) posisi di kota Zamboanga di selatan Filipina September 16, 2013. <REUTERS/Erik De Castro>

MANILA, Filipina - Pemerintah telah meminta bantuan Indonesia, yang memfasilitasi peninjauan pelaksanaan dari perjanjian perdamaian 1996 dengan Front Pembebasan Nasional Moro, dalam menyelesaikan secara damai permusuhan di Kota Zamboanga. Penasihat Presiden tentang Proses Perdamaian Teresita Quintos-Deles mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa bahwa Istana memohon kepada pemerintah Indonesia sebagai ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk memediasi perundingan damai dengan melawan diintensifkan di Kota Zamboanga yang menewaskan 87 orang tewas dan 60.000 orang mengungsi.

Deles mengatakan Indonesia menanggapi permintaan dan memberikan instruksi kepada kedutaan besar Indonesia ke Filipina.

"Petugas kedutaan menjelaskan kepada kami bahwa ini berarti bahwa garis mereka akan terbuka untuk menerima dan mengirimkan pesan dari satu sisi ke sisi lain bahwa mereka tidak melihat hal itu terjadi dalam peran mereka untuk secara proaktif membuat panggilan ke kedua sisi," katanya.

Proses perdamaian penasihat menyesalkan bahwa sebelum persetujuan mereka, pemerintah mengirim banding kepada Komite Perdamaian OKI seluruh pada tanggal 12 September, tetapi "tidak ada delapan negara yang ditawarkan proposal."

OKI adalah kelompok negara-negara Muslim yang memainkan peran penting dalam perjanjian damai 1996 yang ditandatangani Misuari dengan pemerintahan Ramos.

Deles menjelaskan bahwa Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), yang dipimpin oleh Nur Misuari, belum menyatakan secara resmi ke Indonesia niat mereka untuk menyelesaikan kebuntuan, yang kini mencapai minggu kedua.

"Kami memahami dari Indonesia yang dalam beberapa kali mereka menerima pesan dari kelompok Misuari pekan lalu, satu-satunya topik mereka mengangkat adalah mengenai pengaturan perjalanan untuk menghadiri pertemuan di Yogyakarta, sampai mereka meminta penundaan pertemuan Kamis lalu (September 12 ), "katanya dalam sebuah pernyataan.

Pada hari Selasa, sekitar 150 orang disandera oleh MNLF dibebaskan.

Pada Selasa siang, namun, kota polisi Direktur Senior Superintendent Jose Chiquito Melayu dan dua pengawal keamanan disandera oleh Misuari yang dipimpin pria bersenjata penandaan mereka sebagai "tawanan perang."

Jet Tempur Sukhoi TNI-AU Kini Sudah di Pasang Rudal Zvezda Kh-31P / NATO AS-17 Krypton

 
http://img156.imageshack.us/img156/9797/610xfv0.jpg
Skadron Udara 11 TNI-AU kini telah memasang rudal-rudal untuk pesawat tempur Sukhoi, antara lain Rudal Zvezda Kh-31P atau istlah NATO AS-17 Krypton. Rudal Krypton buatan Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara seperti,  sistem pertahanan musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS, dari jarak  200 km. Rudal anti-radar ini  bisa mematikan penjejaknya saat diserang.

Komponen paling menarik dari rudal Kh-31P adalah adanya kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan dalam dual roket pendorong (sistem propulsi ganda). Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo.
http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2012/05/Kh31Krypton.jpg

Pada tahap awal misil ini berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas, digantikan 4 mesin jet pendorong, untuk mencapai kecepatan 5 Mach. Kecepatan tinggi ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, termasuk harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak, drone maupun pesawat AWACS.

Karena rudal ini ditugaskan menghancurkan radar musuh atau pesawat AWACS, rudal Kh-31P tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Rudal AS-17 Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat 600 kg  dan dijuliki negara barat dengan nama “AWACS killer”.

Roll Out C-130H hibah dari Australia

Inilah dia foto resmi C-130H Hercules hibah Australia untuk Indonesia. Tidak seperti Hercules TNI-AU umumnya, kali ini pesawat angkut berat itu berbalutkan warna abu-abu tua. Dengan warna ini, sang putra dewa makin terlihat perkasa dan siap mengabdi untuk ibu pertiwi. Pesawat dengan nomor ekor A-1330 ini sudah roll out dari hangar Qantas Defense Services, dimana sebelumnya ia menjalani perawatan berat.

(Foto Combat Aircraft)

Menurut majalah Combat Aircraft, saat berdinas di AU Australia, Hercules ini menyandang nomor seri A97-006. Dikabarkan pula, pesawat ini akan dikirim ke Indonesia pada bulan Oktober nanti.

Australia sendiri kini telah memensiunkan armada C-130H mereka. 4 diantaranya kemudian dihibahkan ke TNI-AU, namun harus melalui serangkaian perbaikan dan upgrade senilai 58 juta Dollar. 3 pesawat lainnya direncanakan akan dikirim pada bulan april, agustus serta oktober 2014. Selain menerima hibah, Indonesia juga setuju membeli 5 Hercules bekas Austtralia, Simulator dan berbagai peralatan pendukung lainnya.

Ambisi Indonesia Untuk Bangun Armada Kapal Selam

SEBAGAI negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia seharusnya membangun armada kapal selam guna mewujudkan TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani menuju world class navy. Pembangunan kapal selam ini dipandang perlu untuk mendukung pertahanan negara yang efektif dan berdaya tanggal tinggi. Saat ini, TNI AL sedang merancang untuk mmbangun pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah.

Ambisi Indonesia Untuk Bangun Armada Kapal Selam

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Marsetio mengatakan pembangunan kekuatan pertahanan harus sejalan dengan strategi pertahanan negara yang tepat dan mampu memaksimalkan pendayagunaan seluruh sumber daya nasional dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

Menurut Marsetio, sejarah membuktikan bahwa kapal selam merupakan senjata penghancur lawan yang sangat sukses. Terbukti dalam keterlibatan kapal selam selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, perang India-Pakistan, perang Malvinas dan perang dingin.


“Kapal selam merupakan salah satu kekuatan Angkatan Laut yang memiliki kemampuan handal sebagai salah satu striking force paling ditakuti dalam perang laut, sulit dideteksi lawan dan dapat menyusup ke jantung pertahanan daerah lawan tanpa diketahui,” kata KSAL Laksamana TNI Marsetio saat membuka Sarasehan Kapal Selam di Wisma Elang Laut, Jakarta, Minggu (15/9).

Sarasehan ini mengangkat tema ‘Kapal Selam Ke Depan’ yang diselenggarakan tepat pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 Satuan Kapal Selam, TNI AL. Dalam acara ini hadir Warga Korps Hiu Kencana sebutan untuk Satuan Kapal Selam.

Sarasehan ini juga menampilkan pembicara yakni Pengamat Militer, Kusnanto Anggoro dengan topik Peran Kapal Selam dalam sistem pertahanan negara maritim; Asisten Perencanaan KSAL, Laksda TNI Ade Supande tentang Rencana Strategis TNI AL dalam Membangun Kapal Selam ke depan; mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono tentang kebijakan industri pertahanan dan Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono tentang Pembangunan Submarine Training dan persiapan personel pengawak kapal selam dalam rangka menyongsong kebangkitan kekuatan kapal selam.

Menurut Marsetio, kapal selama yang dibangun saat ini memiliki tingkat kesenyapan dengan Radiated Noise Level yang rendah, tingkat penghindaran deteksi ((silent and stealthy), memiliki persenjataan yang mematikan (deadly), dapat beroperasi secara individu, tidak membutuhkan escort atau perlindungan baik oleh kapal permukaan oleh pesawat udara.

Kapal selam ini juga mampu membawa personel pengawak yang cukup banyak rata-rata 10 prseonel dan tim-tim khusus dengan akomodasi yang memadai. Dengan begitu, dapat digunakan untuk operasi-operasi infiltrasi dan sabotase.

Marsetio berpendapat kapal selam bagi Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipungkuri, karena akan menimbulkan efek daya tangkal sekaligus memberikan pengamanan yang optimal di laut.

Dalam perencanaan strategis TNI AL sesuai dengan kekuatan pokok minimum membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 5 unit yakni 3 unit pengadaan baru dan 2 unit direvitalisasi. Namun dalam postur ideal, menurut Marsetio, TNI AL membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 10 unit yang baru.

Ia menjelaskan pengadaan kapal selam Pinjaman Luar Negeri/Kredit Ekspor (PLN/KE) yang saat ini sedang berjalan di Korea Selatan sebanyak 1 unit. Berdasarkan rencana pemenuhan kekuatan pokok minimum TNI AL tahun 2010-2014 akan dibangun kapal selam diesel elektric (DE) yang sudah terkontrak 3 unit dan akan berakhir hingga tahun 2017.

“Pembangunan kapal selam ke-3 akan dibangun di galangan lokal dengan memaksimalkan transfer of technology (TOT),” kata Marsetio.

Sementara Pangarmatim, Laksda TNI Agung Pramono mengatakan kapal selam merupakan alutsista TNI AL memiliki sifat atktis khusus dengan reka bentuk dan tingkat teknologi yang dapat melaksanakan berbagai operasi dengan tingkat kerahasiaan tinggi dan resiko tinggi. Karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan pengawak yang memiliki profesionalitas yang tinggi pula.

Agung membenarkan, sejak berdiri Satuan Kapal Selam pada tahun 1959 hingga saat ini, fasilitas pangkalan khususnya untuk pelatihan awak kapal selam amat sangat kurang. Begitu kurangnya frekuensi operasi unsur-unsur Satuan Kapal Selam dapat berimplikasi pada terjadinya degradasi kemampuan dan profesionalisme pengawak kapal selam.

Mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono mengingatkan bahwa anggaran jangan dijadikan alasan pembenar untuk tidak bisa bangkit memenuhi kebutuhan alutsista dalam memperkuat postur pertahanan. “Indonesia perlu melangkah menuju kemandirian nasional dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan,” kata Sumardjono.

Hibah Kapal Selam

Pengamat Militer Kusnanto Anggoro menyarakan kepada pemerintah Indonesia khususnya TNI AL untuk menerima hibah 10 unit kapal selam dari Rusia.

“Kalau pengadaan kapal selam masih kurang dari 18 unit masih bisa diterima karena masih dalam batas kebutuhan sesuai geografis Indonesia sebagai negara maritim,” kata Kusnanto Anggoro.

KSAL Marsetio menyatakan telah mendapat perintah dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro untuk meninjau kemungkinan untuk menerima hibah 10 unit kapal selam dari Rusia.  (Jurnas)