Selasa, 29 April 2014

Kelompok G7 sepakat Beri sanksi Rusia Terkait Tindakan Di Ukraina


Kota Sloviansk dikuasai oleh kelompok bersenjata pro Moskow
Kota Sloviansk dikuasai oleh kelompok bersenjata pro Moskow
Amerika Serikat, MiliterNews – kelompok negara – negara yang tergabung dalam G7 sepakat untuk mengintensifkan sanksi atas Rusia terkait tindakan terhadap ukraina. Dalam sebuah pernyataan, G7 tidak memberikan rincian sanksi tetapi pejabat AS mengatakan mereka kemungkinan akan mengumumkan tindakan yang akan dilakukan pada hari senin (28/04).
Seperti dikutip dari kantor berita BBC Indonesia, para negosiator berusaha untuk mengamankan pembebasan pengamat internasional yang disandera oleh kelompok bersenjata pro – Rusia.
Pasukan di kota Sloviansk masih menyandera para pengamat itu dan sejumlaersh personil militer Ukraina yang mereka sergap pada  jumat lalu, dan diituduh melakukan pengintaian.
Para pengamat itu berpartisipasi dalam misi terkait dengan organisasi untuk keamanan dan kerjasama di Eropa. Sementara milisi pemberontak masih terus menduduki gedung – gedung di belasan kota di timur ukraina dan melakukan perlawanan terhadap pemerintah di Kiev.
Sebelumnya, Jumat malam (25/04), Amerika Serikat mengatakan Klik pesawat militer Rusia telah memasuki wilayah udara Ukraina beberapa kali dalam 24 jam terakhir, di tengah meningkatnya ketegangan di timur negara itu.
Juru bicara Pentagon mengatakan kepada BBC, insiden itu terjadi pada Jumat terutama di dekat perbatasan dengan Rusia, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Foto       : Reuters
Penulis  : jorike jarlias fitri
Editor   : Teguh Windharto

KRI Usman-Harun Datang ke Indonesia pada Juli 2014

  http://3.bp.blogspot.com/-OjYTiADfGWc/UuvMaQlkFdI/AAAAAAAAD1Q/KY9YeeSiwTY/s1600/1551209_20140131090012.jpgJakarta KRI Usman-Harun, yang menimbulkan kegaduhan bilateral antara Indonesia dan negeri jiran Singapura akan datang pada Juli 2014. Kapal itu akan datang pada bulan di mana Pilpres digelar.

"Juli KRI usman Harun yang heboh akan datang," ujar Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati usai perlombaan tembak TNI AL, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (28/4/2014).

Dari sejumlah situs, kapal perang diketahui spesifikasi kapal tersebut dilengkapi dengan misil MBDA Exocet Block II anti-ship serta VL MICA anti-air. Lalu ada juga meriam Oto Melara 76mm sebagai pertahanan. Tak lupa sensor dan radar jammer juga jadi keunggulan kapal. Dengan mesin penggerak canggih, kapal ini mampu melesat dengan kecepatan hingga 30 knot.

Rencananya, kapal yang dibuat oleh BAE Systems Marine Inggris tersebut akan tiba di Indonesia pada menjelang akhir tahun. Indonesia memesan tiga kapal sejenis yang diberi nama masing-masing KRI Bung Tomo, Usman-Harun dan John Lie. Ketiganya adalah nama pahlawan nasional. KRI Bung Tomo akan datang pertama pada Juni 2014.

Untung dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa dirinya akan melepas jabatannya sebagai Kadispen TNI AL per Selasa (29/4/2014) besok. Sebelumnya, dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/207/III/2014 tanggal 21 Maret 2014 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI, Untung dimutasi menjadi TA Pengkaji Bid Sismennas Lemhannas.

Pengganti Untung adalah Kolonel Manahan Simorangkir yang sebelumnya menjabat Paban I/Ren Sopsal. Pada Manahan, Untung berpesan bahwa tantantgan ke depan semakin besar.

"Intinya, untuk tugas ke depan cukup kompleks, ada event Pilpres," imbuhnya.

Ia pun menitipkan untuk dapat menjaga hubungan dengan awak media. "Pesan saya apa yang sudah kita rintis harmonis dengan media bisa teruskan Kolonel," tuturnya.

Ia mengatakan pemilihan Kolonel Manahan Simorangkir sebagai Kadispenal merupakan keputusan yang tepat. "Beliau sudah teruji, dan keberadaanya ditunjuk langsung oleh KSAL, karena sebagai peneragan tidak hanya berpikir domestik tetapi juga secara global," tuturnya.

Di tempat yang sama Kolonel Manahan Simorangkir mengungkapkan dirinya akan melanjutkan tugas-tugas Kadispenal. Ia pun akan lebih intesif berinteraksi dengan awak media.

"Tentu saja prioritas saya untuk berinteraksi lebih dengan media, sehingga harus membangun hubungan lebih akrab. Ke depan program 100 hari kerja saya akan berkunjung ke kantor teman-teman," ungkapnya.

Kisah Sniper Amerika Melawan 1 Kompi Musuh Dalam Perang Vietnam


longest_sniper_shot_8
Lembah Gajah, MiliterNews – Pada Maret 1967, Carlos Hathcock dan Johonny Burke bertugas  di Lembah Gajah. Saat itu matahari baru saja terbit ketika mereka mendengar suara berisik dari sebelah kanan tempat persembunyian mereka. Mereka melihat sekitar 80 prajurit Vietnam Utara (1 Kompi) muncul dari arah sungai Ca De Song. Jarak itu hampir 1.000 m dari tempat persembunyian mereka . Prajurit Vietnam utara berjalan santai menuju  tanggul yang terbentang di persawahan luas di depan mereka.
Dari penampilan dan sikap para prajurit Vietnam Utara  itu menunjukan bahwa mereka pasukan baru yang tidak punya pengalaman tempur sama sekali. Seragam mereka pun baru bahkan kedua perwiranya pun sama sekali tak berusaha menyuruh prajurit bersembunyi agar tidak berisik.
Saat itu merupakan situasi yang sangat ideal bagi seorang sniper. Medan yang luas rata, tidak ada angin, kabut ataupun uap panas (mirage) yang mengganggu penglihatan . Setelah pasukan mencapai jarak 700 m dari kedua sniper AS, Carlos memerintahkan Jhonny menembak prajurit yang terakhir dan ia sendiri menembak si komandan di depan. Kedua tembakan ini membuat prajurit panik dan lari berlindung di belakang tanggul sawah yang tingginya kira-kira 60 cm.
Keduanya segera menembak beberapa prajurit yang mencoba melongokkan kepala untuk mencari asal tembakan. Hal ini membuat para perwira yang tersisa , panik dan berbalik lari kembali kearah  sungai  Dan Carlos pun menghabisinya.
Tanpa pimpinan, tanpa senapan mesin tanpa radio dan tidak tau apa yang harus di lakukan diperbuat. Prajurit Vietnam utara ini terjepit. Setiap ada diantara mereka yang mencoba mengeluarkan kepala dari balik tanggul, langsung tertembak mati.
Di radio Carlos menolak pengiriman pasukan bantuan marinir untuk menghabisi mereka. Karena menurutnya hanya akan mengakibatkan pertempuran yang  dan jatuhnya korban dari pihak marinir. “saya kira kami berdua pun mampu menahannya mereka disana selama kami mau.”tukasnya
Waktu malam tiba, altileri terus menerus menerangi medan pertempuran dengan tembakkan lampu suar (flare) Carlos dan Johnny secara bergantian berjaga dan terus berpindah ke posisi agar musuh tidak dapat menembak mereka dan mencegah pasukan musuh lolos.
Keesokan harinya sekitar jam 10 pagi, delapan prajurit yang masih tersisa menyerbu deretan pepohonan dimana kedua Marinir ini bersembunyi (jarak kira-kira 600 m) hanya satu orang yang berhasil kembali ketanggul . Pada malam kedua , kabut turun menyelubungi sawah tersebut. Saat itu jumlah pasukan Vietnam Utara tinggal 65 orang. Sayangnya kesempatan baik untuk meloloskan diri ini disia-siakan  oleh pasukan Vietnam Utara. Keesokan harinya lima tentara Vietnam  Utara Nekat menyerbu deretan pepohonan tempat kedua sniper  bersembunyi sambil memberondongkan AK-47. Kelima prajurit ini tidak pernah mencapai lebih dari 100 m dari tempat mereka semula. (tewas).
Carlos dan Johnny selalu berpindah posisi. Bukan hanya untuk membingungkan lawan tapi juga untuk menghindar dari sengatan bau bangkai yang tak termuntahkan . Ketika para musuh ramai memberondongkan posisi tembak mereka sebelumnya, Carlos dan Johnny dengan tenang menembak dua-tiga orang dari posisi yang baru. Sore berikutnya sekitar 10 prajurit nekad berlari kearah sungai . Sekali lagi semuanya tewas.
Dihari ke empat siang dan malam peristiwa yang sama berulang. Setiap mereka berusaha lari, di tembak . pada hari kelima hanya lima – enam orang saja yang tersisa dari 80 orang. Mereka sudah sakit dan hampir mati kelelahan . Bau bangkai sudah dapat tercium dari jarak beberapa kilometer. Karena kedua marinir pun sudah sangat lelah, kehabisan peluru, makanan dan air, akhirnya mereka meminta bantuan tembakan untuk menghabisi sisa pasukan musuh.
Diakhir cerita hanya seorang sersan bagian perbekalan yang masih hidup. Ia pada mulanya tak percaya kalau pasukannya dihabisi hanya oleh dua orang. Baru setelah mengetahui bahwa lawannya Long Tr’ang, ia yakin dan percaya.(Mtnn)
Editor    : Teguh Windharto

[Foto] Enam Pesawat Tempur F-16 TNI AU Latihan di Aceh

20140424_215127_enam-pesawat-tempur-f-16-tni-au-latihan-di-aceh.jpg
Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU mendarat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (24/4/2014). Sebanyak 6 unit F-16 dari Skuadron Udara 3 Iswahyudi, Madiun tersebut berada di Aceh hingga Jumat (2/5/2014) dalam rangka latihan di wilayah perbatasan Selat Malaka untuk pengamanan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
20140424_215833_enam-pesawat-tempur-f-16-tni-au-latihan-di-aceh.jpg
Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU mendarat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (24/4/2014). Sebanyak 6 unit F-16 dari Skuadron Udara 3 Iswahyudi, Madiun tersebut berada di Aceh hingga Jumat (2/5/2014) dalam rangka latihan di wilayah perbatasan Selat Malaka untuk pengamanan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
20140424_220003_enam-pesawat-tempur-f-16-tni-au-latihan-di-aceh.jpg
Pilot pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU tengah dalam kokpit usai mendarat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (24/4/2014). Sebanyak 6 unit F-16 dari Skuadron Udara 3 Iswahyudi, Madiun tersebut berada di Aceh hingga Jumat (2/5/2014) dalam rangka latihan di wilayah perbatasan Selat Malaka untuk pengamanan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
http://data.tribunnews.com/foto/images/preview/20140424_220123_enam-pesawat-tempur-f-16-tni-au-latihan-di-aceh.jpg
Pilot pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU tengah dalam kokpit usai mendarat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (24/4/2014). Sebanyak 6 unit F-16 dari Skuadron Udara 3 Iswahyudi, Madiun tersebut berada di Aceh hingga Jumat (2/5/2014) dalam rangka latihan di wilayah perbatasan Selat Malaka untuk pengamanan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
http://data.tribunnews.com/foto/images/preview/20140424_220957_enam-pesawat-tempur-f-16-tni-au-latihan-di-aceh.jpg
Pilot pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU tengah dalam kokpit usai mendarat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (24/4/2014). Sebanyak 6 unit F-16 dari Skuadron Udara 3 Iswahyudi, Madiun tersebut berada di Aceh hingga Jumat (2/5/2014) dalam rangka latihan di wilayah perbatasan Selat Malaka untuk pengamanan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU mendarat di Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (24/4/2014). Sebanyak 6 unit F-16 dari Skuadron Udara 3 Iswahyudi, Madiun tersebut berada di Aceh hingga Jumat (2/5/2014) dalam rangka latihan di wilayah perbatasan Selat Malaka untuk pengamanan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
   Tribunnews 

Pimpinan MPR gunakan kapal perang kunjungi perbatasan

Pimpinan MPR RI menggunakan kapal perang, KRI Teluk Celukan Bawang, untuk mengunjungi pulau-pulau terluar di Provinsi Aceh, yang merupakan wilayah perbatasan Indonesia dengan negara lain.

Tim Basarnas Indonesia, Provisi Aceh yang menggunakan Kapal Negara (KN) 208 melintasi salah satu pulau terluar, Pulau Rondo, Kota Sabang Provinsi Aceh. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Pulau terluar yang akan dikunjungi, yakni di lintasan perairan Pulau Rondo, Pulau Aceh, Pulau Breuh, dan beberapa pulau terluar lainnya.

Delegasi pimpinan MPR RI akan didampingi oleh pejabat dari tujuh kementerian terkait dengan wilayah perbatasan, Muspida Provinsi Aceh, serta Wali Kota Sabang dan kepala dinas terkait.

Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid, Selasa, mengatakan kunjungan pimpinan MPR ke wilayah perbatasan negara merupakan upaya MPR RI melihat percepatan pembangunan dan kondisi masyarakat di wilayah perbatasan.


Salah satu tugas MPR RI, kata dia, adalah memelihara dan meningkatkan nasionalisme bangsa Indonesia di seluruh wilayah Indonesia, sampai dengan wilayah perbatasan.

"Sebelum mengunjungi pulau-pulau terluar, MPR RI juga akan menyerap informasi melalui diskusi di kantor Pemerintah Kota Sabang," katanya.

Pada diskusi tersebut, akan disampaikan pemaparan dari pimpinan MPR RI, Gubernur Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Danlanal Aceh, serta pemaparan dari tujuh kementerian terkait, seperti Kementerian Dalam Negeri, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Kemenerian lainnya akan menyampaikan pemaparan adalah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Dirjen Bea dan Cukai, Dirjen Imigrasi, serta Badan Pengelola Kawasan Sabang.

Menurut Farhan Hamid, pada kunjungan ke pulau-pulau terluar tersebut, pimpinan MPR RI menggunakan KRI Teluk Celukan Bawang milik TNI AL.

Farhan Hamid yang berasal dari Aceh memuji inisiatif TNI AL yang memberikan pinjaman KRI Teluk Celukan, yang kecepatannya hanya sekitar 10 knot.

"Dengan laju kapal yang sangat lambat, dan penumpangnya anggota MPR RI maka akan menggugah anggota DPR RI di MPR untuk menyetujui untuk meningkatkan anggaran TNI," katanya. (Antara)

TNI AL Segera Bentuk Armada Wilayah Baru

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut segera membentuk armada wilayah baru. Sesuai dengan rencana, armada wilayah ketiga di Indonesia tersebut akan dibentuk di Sorong, Papua, pada Juli nanti.

TNI AL Segera Bentuk Armada Wilayah Baru

Saat ini kekuatan tempur TNI Angkatan Laut masih bertumpu pada dua armada wilayah, yakni Barat atau Armabar, dan Timur atau Armatim. "Armabar di Jakarta, dan Armatim di Surabaya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta, Senin, 28 April 2014.


Jika armada laut Sorong diresmikan, Armada Timur di Surabaya akan berubah menjadi Armada Tengah. Menurut Untung, alasan utama TNI AL membentuk armada wilayah baru di Sorong adalah untuk meningkatkan koordinasi pengawalan wilayah laut Indonesia bagian timur.

Menurut Untung, lokasi Sorong dipilih karena memiliki geopolitik yang tepat dan strategis. Tujuan lain, untuk mempertegas kedaulatan Indonesia di kawasan, terutama wilayah timur yang dirasa masih berlubang pengamanannya.

Untuk pembagian kekuatan kapal perang, kata Untung, TNI AL akan menggunakan sistem alih bina atau pembagian kekuatan tempur yang dimiliki. Dengan kata lain, sejumlah kapal perang calon penghuni armada Sorong didatangkan dari sebagian armada Surabaya dan Jakarta.

Saat ini jumlah kapal perang milik TNI AL ada 150-160 unit. Namun, Untung menegaskan, jumlah kapal perang tersebut tidak akan dibagi rata untuk mengisi tiga armada wilayah. "Ada pertimbangannya. Bukan cuma kuantitatif saja, tapi kualitatif dan pengamatan intelijen juga," katanya.

Penambahan armada di Sorong, Papua, juga diikuti dengan penambahan divisi pasukan marinir. Sebab, menurut Untung, idealnya pembangunan armada wilayah baru wajib diikuti dengan penempatan pasukan marinir.

"Sebab, konsep TNI kan armada terpadu, jadi harus ada kapal perang, pesawat udara, pangkalan, dan marinir," ujarnya.

Wacana penambahan armada di Sorong sudah dibahas sejak dua tahun lalu. Selama itu pula TNI AL menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk armada wilayah baru di Sorong. Dalam struktur organisasi yang baru nanti, direncanakan ada seorang panglima bintang tiga yang akan membawahi ketiga komando armada wilayah. (Tempo)

Lanal Sabang Butuh Tambahan Kapal

Amankan Perairan Aceh dari Pencurian Ikan oleh Nelayan Thailand http://www.simeuluenews.com/mp-content/berita/30_DSC1230.jpgBanda Aceh Untuk mengamankan perairan Aceh dari aksi pencurian ikan oleh nelayan Thailand, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Sabang membutuhkan tiga kapal angkatan laut (KAL). Saat ini, Lanal Sabang hanya memiliki satu KAL yaitu KAL Simeulue.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Dan Lanal) Sabang, Kolonel TNI Laut (P) Imam Musani mengataan hal itu menjawab Serambi, di atas KRI Teluk Celuk Bawang dalam pelayaran dari Pelabuhan Malahayati menuju Teluk Sabang, Senin (28/4). Imam mendampingi anggota MPR RI dan belasan pejabat kementerian yang melakukan kunjungan ke Sabang, Pulo Rondo, dan Pulo Breuh.

Kolonel Imam Musani menjelaskan, Lanal Sabang paling tidak membutuhkan tambahan dua KAL untuk melakuan pengamanan perairan Aceh dari incaran pencuri ikan Thiland. “Selama ini kita kekurangan alutsista untuk mengamankan perairan dari aksi pencurian ikan,” kata Imam Musani.

Pada 2013, Lanal Sabang berhasil menangkap empat kapal nelayan Thailand yang sedang beraksi di perairan Aceh. Menurut Kolonel Imam Musani, nelayan Thailand dalam melakukan aksi pencurian ikan menggunakan 20 kapal. “Tapi karena peralatan kita terbatas, kita hanya berhasil menangkap empat kapal,” katanya.

Di Aceh terdapat tiga pangkalan Angkatan Laut, yaitu Lanal Sabang, Lanal Lhokseumawe dan Lanal Simeulue. Masing-masing Lanal dilengkapi satu kapal angkatan laut atau KAL yang dioperasikan untuk patroli laut.

Kunjungan 22 anggota MPR RI ke Pulo Rondo, Pulo Aceh dan Sabang, bertujuan mendorong realisasi pembangunan di tiga daerah tersebut. Delegasi MPR juga menyertakan pejabat dari delapan kementerian/lembaga. Delegasi dipimpin Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid.

Diantara anggota MPR yang hadir antara lain Nasir Djamil, Raihan Iskandar, Muslim, Nova Iriansyah, Ir Mursyid, Lukman Edy, Abidin Fikri dan beberapa lainnya. Delegasi tersebut menuju Sabang dengan KRI Teluk Ceruk Bawang, kapal berusia 40 tahun yang dibeli dari Jerman.

Dan Lanal Sabang Kolonel Laut (P) Imam Musani menjelaskn, KRI Teluk Ceruk Bawang khusus didatangkan dari Belawan, Medan untuk mengantarkan delegasi MPR tersebut. Kapal tersebut berlayar dengan kecepatan 13 knot per jam, membutuhkan waktu tiga jam.

Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid mengatakan, pihaknya menyertakan pejabat kementerian terkait dalam kunjungan ini, untuk memastikan realisasi rencana pembangunan di tiga pulau tersebut. “Kita mau memastikan keseriusan pemerintah untuk membangun pulau terdepan Indonesia itu,” kata Farhan Hamid.(fik

  ★ Serambi Indonesia 
 

KBRI Praha kirim nota protes soal penggerebekan masjid

Sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Republik Ceko http://static.inilah.com/data/berita/foto/2095633.jpgJakarta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Praha akan mengirim nota protes ke pemerintah Republik Ceko terkait penggerebekan masjid di gedung Islamic Foundation Praha pada Minggu (27/4).

"Kami berencana mengirim nota protes hari ini, dan sekaligus ingin meminta penjelasan dari pemerintah Republik Ceko soal penggerebekan kemarin," kata Pelaksana Sosial dan Budaya KBRI Praha Wahono Yulianto saat dihubungi Antara, Senin.

Wahono sedang berada di masjid pada waktu penggerebekan terjadi. Menurut dia, penggerebekan dilakukan saat adzan sholat Jumat.

Polisi Praha melakukan penggerebekan di Islamic Foundation Kota Praha terkait peredaran buku berjudul Foundations of Tauhid - The Islamic Concept of God yang isinya diduga berisi pemikiran radikal.

Penggerebekan dilakukan sesaat sebelum shalat Jumat, saat orang-orang berkumpul untuk beribadah, termasuk di antaranya 10 warga negara Indonesia yang terdiri atas sembilan diplomat dan satu pelajar.

"Kami mendengar ada yang berteriak melihat polisi masuk. Polisi datang berpakaian lengkap dengan masker seperti pasukan Densus 88. Salah satu polisi itu menodongkan pistolnya ke kepala saya," katanya.

Saat penggerebekan, ia menuturkan, polisi Praha memerintahkan semua yang ada di gedung untuk menundukkan kepala dan mengangkat tangan.

"Selama 40 menit kita tidak boleh melakukan apapun. Setelah itu ditanya siapa yang punya paspor diplomatik, barulah kami menunjukkan dokumen," katanya.

"Setelah 1,5 jam berada di dalam masjid akhirnya baru enam WNI yang punya paspor diplomat dilepaskan, sedangkan sisanya masih ditahan hingga 3,5 jam kemudian," katanya.

Menurut dia, sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Republik Ceko soal insiden penggerebekan itu.

Sabah Waters Safe With Strong Navy Presence


There are six CB 90 and eight patrol vessels in Sandakan and managed by the Markas Angkatan Tugas Bersama Dua in Tawau (photo : min-def)

SEPANGGAR (Bernama) -- The Royal Malaysian Navy (TLDM) assured that Sabah waters was safe with the deployment of additional assets to avert any attempt by intruders to endanger the security of the country.

Region Two Navy Commander Rear Admiral Datuk Pahlawan Mohammad Rosland Omar said the navy currently had 23 assets that can be deployed at any one time if needed.

"I am confident that with the assets at our disposal, the security of the nation, especially Sabah is at the optimum level. We have the Kapal Tunda Diraja (KTD) Kepah and Combat Boat (CB) 90 plus the submarine," he told reporters at the 80th Armada TLDM Open Day at the TLDM Base in Teluk Sepanggar, here today.

RMN CB-90H (photo : Malaysian Defence)

Mohammad Rosland said there are six CB 90 and eight patrol vessels in Sandakan and managed by the Markas Angkatan Tugas Bersama Dua in Tawau for operations carried out by the Eastern Sabah Security Command (ESSCom) at the Eastern Sabah Security Zone (ESSZone), which is overseeing the security in the area.

About 10,000 people visited the yearly programme which included various other activities like eating at floating Restaurant on KD Perak, riding on TLDM boats, angling competition, sports activities and exhibition by various government agencies.

The Armada TLDM Open Day was officiated by Sabah Local Government and Housing Minister Datuk Hajiji Noor who represented Sabah Chief Minister Datuk Seri Musa Aman.

(Bernama)

Kompi Benny Pemburu PRRI [1]

Persiapan Operasi Gabungan http://kolektorsejarah.files.wordpress.com/2012/05/prri-tokoh2-re-koleksi-www-bode-talumewo-blogspot-com.jpg?w=468Tokoh PRRI [Foto kolektorsejarah.files]

12 Maret 1958, waktu baru saja lewat tengah malam ketika ajudan KSAD Mayjen TNI AH. Nasution mengetuk pintu kamar atasannya. Kepada Pak Nas kemudian diserahkan pesan dari pilot pesawat pengintai PBY Catalina AURI yang baru saja diterima. Isinya, "Dilapangan udara Simpang Tiga Pekanbaru terdapat sejumlah titik-titik api unggun dan sebuah pesawat besar bermesin empat sedang beraktifitas, menunggu perintah lebih lanjut!".

Pak Nas waktu itu juga sekaligus Ketua GKS (Gabungan Kepala Staf) yang sedang berada di Lanud Tg. Pinang Kep. Riau mengawasi jalannya OPERASI TEGAS. Operasi ini merupakan seluruh Angkatan dan Polri dibawah pimpinan Letkol Kaharuddin Nasution. Basis operasi bermarkas di Tg. Pinang dengan kekuatan Yon 423/Raiders/Diponegoro, Yon 528/Brawijaya, Kompi A RPKAD, 1 Batalyon Brigade Mobil Polri, 1 Batalyon PGT AURI, beserta unsur-unsur pendukung lainnya seperti Zeni, Perhubungan, MP, Perbekalan, dan lain-lain. Kekuatan Operasi ini juga masih ditambah dengan unsur kekuatan laut seperti KRI Banteng, dan satu satuan taktis udara AURI yang terdiri dari 26 C-47 Dakota, 4 B-25 Mitchell, dan 10 P-51 Mustang.

Mendapat berita mendadak tersebut, Pak Nas segera mengkonsolidasikan Operasi Tegas yang ternyata sudah siap melancarkan operasi militer gabungan. Ditemukannya aktifitas pesawat bermesin empat dilapangan udara Simpang Tiga, jelas menunjukkan adanya intervensi asing mengenai persoalan politik dalam negeri Indonesia. Sejauh itu, baik AURI maupun Maskapai Garuda Airways tidak memiliki dan mengoperasikan sebarang pesawat bermesin empat. Dengan dasar analisa tersebut, Pak Nas langsung mengeluarkan perintah, "BERANGKAT!"

Sehabis subuh, dengan diiringi beberapa staf, Pak Nas segera menuju menara agar memperoleh pandangan visual lebih baik terhadap operasi yang akan segera dilaksanakan. Dipangkalan sudah bersiap puluhan pesawat aneka jenis yang kemudian satu persatu mulai lepas landas.

Namun saat itulah kemudian terjadi insiden yang hampir saja merenggut nyawa Pak Nas dan barisan staf nya. Sebuah Bomber B-25 Mitchell yang sedang di service di pinggir landasan seketika menembakkan rentetan mitraliur 12.7 nya. Peluru maut menyambar di atas kepala Pak Nas dan stafnya. Untung saja insiden tersebut tidak memakan korban, hanya menara Lanud Tanjung Pinang bagian atas yang pecah, gompal dan porak poranda terhantam peluru mitraliur. Operasi tetap dilanjutkan.
Perebutan Lapangan Simpang Tiga
Ilustrasi Letnan Leornadus Benny Moerdani [google]

Diatas udara Lapangan Udara Simpang Tiga yang dikuasai Pasukan PRRI, satu persatu pemburu P-51 Mustang dengan flight leader Kapten Udara Rusjmin Nurjadin dan Bomber B-25 Mitchell dengan flight leader Mayor Udara Sri Muljono Herlambang menukik berurutan sambil menghamburkan rentetan 12.7mm. B-25 Mitchell tidak membawa bom dalam operasi ini karena laporan intelijen yang masuk mengatakan bahwa PRRI tidak diperkuat dengan pesawat pemburu dan bomber, sehingga bom-bom yang yang sangat berharga tersebut disimpan untuk menghantam sasaran lainnya.

Sesekali P-51 Mustang bermanuver tajam sambil meluncurkan roket 5 inch yang tidak hanya berguna untuk menghantam bangunan disekitar landasan, tapi juga berfungsi meruntuhkan mental lawan. Aksi gabungan fighter dan bomber ini dimaksudkan untuk mengamankan Lapangan Udara Simpang Tiga sebelum pasukan Lintas Udara diterjunkan. Pasukan PRRI yang mengawasi senjata Arhanud di landasan hanya sempat memberikan perlawanan sebentar sebelum berhamburan melarikan diri. Begitu perlawanan dibawah dapat diredam, Mustang dan Mitchell segera menyingkir, memberi jalan kepada Dakota-Dakota yang akan menerjunkan pasukan.

Disalah satu C-47 Dakota yang membawa pasukan penyerbu, terdapat Letnan Satu Leornadus Benny Moerdani, Komandan Komp A RPKAD. Sebagai Danki, Benny agak resah karena meski memiliki kualifikasi Komando, ia sama sekali belum pernah mengikuti latihan terjun. Sewaktu kompinya menjalani latihan terjun di Margahayu, Benny justru di opname di RS akibat kecelakaan sepulang dari Yogyakarta. Namun Benny berusaha keras mengusir segala macam pikiran buruk dikepalanya. "Wedhus saja dipakein parasut, ditendang terjun bisa selamat, apalagi manusia?" Demikian pendapatnya.

Benny sengaja duduk nomor 2 dari pintu Dakota, disebelah Kopral Sihombing seorang penembak SMR yang bertindak selaku penerjun 1. Dibelakangnya, duduk sahabatnya sejak Pendidikan Dasar Militer dulu, Letda Soeweno, dan selang beberapa orang lagi duduk Letda Dading Kalbuadi, juga rekan sealmamater Benny di P3AD. Selain itu, dipesawat yang lain turut juga teman Benny, Letda C.I.Santoso.

Dilihat dari kelengkapan tempurnya, pasukan Para Komando yang ditugaskan merebut Pangkalan Udara Simpang Tiga jauh dari kesan sempurna. Mereka hanya dibekali peralatan tempur yang notabene peninggalan PD II. Masing-masing menyandang parasut Irvine dipunggung tanpa payung cadangan, sehingga jika kemudian kuncup pada saat terjun, ajal tinggal menunggu dalam hitungan detik. Masih untung bagi pasukan Benny, untuk senjata perorangan mereka dilengkapi dengan FN-49 7.62mm yang baru saja dibeli pemerintah dari FN Herstal Belgia. Sedangkan satu-satunya persenjataan berat yang mereka miliki adalah SM Bren 7.7mm yang sudah dipakai sejak Perang Kemerdekaan dulu. Selain beberapa granat tangan M36 lansiran Inggris, pisau komando dan pistol untuk setiap perwira, tidak ada lagi senjata pendukung bagi pasukan komando ini.

Sejak berangkat Benny sudah berpesan kepada Letda Soeweno agar jika dalam penerjunan nanti dia kelihatan ragu-ragu langsung di dorong saja. Permintaan dari komandannya diiyakan saja oleh Soeweno karena tidak punya pilihan lain. Mendekati Simpang Tiga, jump master memberi isyarat bersiap, begitu lampu merah menyala pintu Dakota langsung terbuka. Begitu lampu hijau menyala, tanpa ragu-ragu Kopral Sihombing selaku penerjun 1 menerjang keluar pintu dan tidak lama kemudian payungnya mengembang dengan sempurna. Entah jadi di dorong atau tidak oleh Soeweno, yang jelas beberapa detik kemudian Benny sudah mendapati dirinya mengayun-ayun di angkasa. 3 Kompi pasukan Lintas Udara berhasil mendarat dengan selamat tanpa kerugian apapun. Di rimbunan semak-semak yang mengelilingi landasan Simpang Tiga, Letda Soeweno berlari menghampiri Benny dan langsung menyematkan Wing Para di dadanya sambil berucap, "Ben, kowe iki sudah jadi penerjun beneran, selamat!"

Melihat pasukan Komando bergerak cepat sembari mengumbar tembakan, pasukan PRRI yang seharusnya tadi sudah disiagakan dengan serangan P-51 Mustang dan B-25 Mitchell bukannya meningkatkan kewaspadaan dengan bertempur, melainkan lari kocar kacir masuk kedalam hutan. Pada saat mereka sedang sibuk memuat berbagai macam peralatan persenjataan ke dalam truk dipinggir landasan. Bahkan awalnya mereka malah mengira payung pasukan Komando yang mengambang di atas mereka ada peti-peti perbekalan yang dijatuhkan oleh pesawat asing rekannya. Ketika pasukan Benny mendarat, mereka mendapati banyak obor-obor disekitar landasan dan masih menyala. Obor itu kelihatannya merupakan penuntun check point ke DZ (Dropping Zone).

Hanya dalam hitungan menit, Lapangan Udara Simpang Tiga jatuh ke tangan RPKAD. Benny, dengan inisiatifnya sendiri menyuruh seorang anggota PRRI yang menyerah untuk menyetir sebuah truk berkeliling beberapa kali di landasan. Ini untuk memastikan tidak ada ranjau atau bobby trap yang dipasang PRRI disekitar landasan. Namun jika ada, tidak mungkin anggota yang menyerah tadi mau mati konyol melindasnya. Benny secara cerdik memanfaatkannya. Sewaktu RPKAD membongkar muatan truk yang ditinggalkan pemberontak dipinggir landasan, terbelalak lah mata mereka menyaksikan tumpukan persenjataan modern yang selama ini hanya mereka ketahui dari bahan bacaan, bertimbun dan tertata rapi dalam peti-peti kayu. Selain senjata ringan seperti senapan Springfield M1903 dan M1 Garrand, juga terdapat persenjataan jenis STTB Recoilless gun M20 75mm, Bazooka 2.5inch, SMR Browning 30, dan SMB M2HB 12.7mm. Semuanya lengkap dengan amunisi yang melimpah. Tak ayal Benny mengkomando anak buahnya untuk memilih sendiri senjata yang mereka sukai.

Jam 09.00 pagi, sebuah Dakota mendarat membawa Letkol Udara Wiriadinata, Wakil Komandan Operasi Tegas. Dengan senyum lebar, ia menyalami Benny dan kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya langsung bernada perintah.

"Berani kau ke kota?"
"Siap, berani Overste!" Jawab Benny.

Padahal, tidak ada satupun prajurit RPKAD termasuk Benny sendiri yang pernah bertugas di Pekanbaru. Jarak dari Simpang Tiga ke Pekanbaru sendiri sekitar 15km.

Saat itu mata Benny langsung tertumbuk pada Jeep Willy 44 diantara deretan truk PRRI. Tanpa membuang waktu Benny mengajak Letda Soeweno, Letda Dading Kalbuadi, Kopral Sihombing, dan Sersan Sukma seorang bintara PHB untuk berangkat ke kota dengan jeep tersebut. Kendaraan yang ditumpangi Benny dkk segera potong kompas, mencari jalan terdekat menuju kota, tentu saja mereka selalu salah arah, karena sama sekali belum ada yang pernah ke kota. Sedangkan pasukan lain, dipimpin oleh Letkol Udara Wiriadinata berjalan kaki dengan gerak melambung menuju arah yang sama.
Berlima Menguber Pasukan MusuhJeep rampasan yang ditumpangi Benny dkk itu merupakan satu-satunya kendaraan yang melaju dijalanan sepi Simpang Tiga-Pekanbaru. Lima prajurit komando yang nekat ini bergerak sendirian menyerbu Pekanbaru, jelas suatu tindakan konyol, tapi itulah yang dilakukan Benny. Walaupun mereka buta kekuatan musuh, atau bagaimana nasib mereka nantinya jika musuh ternyata menyergap, mereka tidak perduli. Tidak ada satupun diantara mereka termasuk Benny yang sudah menikah, semua masih bujangan. Sebab itu mereka seakan tidak ambil pusing jika seandainya terluka atau gugur dimedan tugas, toh tidak punya tanggungan.

Entah kebetulan, diatas Benny melayang-layang 2 pesawat P-51 Mustang yang dipiloti oleh Kapten Udara Rusjmin Nurjadin. Entah ide siapa, Sersan Sukma seorang bintara PHB membuat "sandiwara" kontak palsu dengan pesawat yang sedang melayang-layang diudara. Kebetulan di belakang Jeep ada pesawat radio dengan antenna yang menjulang tinggi, sehingga sepanjang perjalanan ke Pekanbaru mereka "cuap-cuap" seolah-olah ada kontak antara RPKAD yang di Jeep dengan Mustang. Padahal sama sekali tidak ada, cuma sandiwara mereka saja.

Sandiwara yang sebenarnya hanya untuk memperteguh semangat mereka ternyata berimbas positif. Ketika Jeep Benny melewati 1 Detasemen Polisi berkekuatan 1 Kompi yang masih dikuasai pemberontak, mereka menurut saja ketika digertak agar meletakkan senjata. Kejadian seperti ini berlangsung beberapa kali, dan dengan mudah tanpa perlawanan Pekanbaru direbut dari tangan PRRI.

Menjelang senja, masih dengan personel yang sama berjumlah 5 orang, Benny melanjutkan perjalanan menuju Danau Bingkuang. Ada laporan masuk bahwa pasukan PRRI menyeberangi Sungai Kampar dan bersiap melakukan serangan balas. Benny meluncur dengan Jeep yang sekarang sudah ditongkrongin SMR Browning 30.

Ditepi sebuah Dusun dipinggir sungai, tiba-tiba Benny bertatapan muka dengan pemberontak. Reflek Benny yang memegang kemudi menghentikan kendaraannya dan ke-5 dari mereka berhamburan mencari perlindungan.

Tanpa disangka, pasukan pemberontak yang juga kaget juga berhamburan berusaha mendorong rakit menyeberangi sungai. Dari balik tanggul, Kopral Sihombing telah mengokang senapan 7.62 nya siap memberondongkan peluru.

"Tembak Pak, Tembak Pak..! Teriak Sihombing menunggu perintah Benny.

"Sudah, ngga usah. Mereka kan sudah lari!" kata Benny.

Dari balik perlindungannya, dengan Browning M30 yang mampu menghamburkan 600 butir peluru per menit, pasukan PRRI yang kocar kacir itu dapat saja di bantai dengan mudah. Tapi bagaimanapun, peperangan melawan saudara sendiri menimbulkan rasa tidak nyaman dihati masing-masing pihak. Apalagi menilik kenyataan, bahwa andaikan tadi pada saat pasukan Benny yang hanya terdiri dari 5 orang itu benar-benar mendapatkan perlawanan oleh pasukan PRRI yang jumlahnya ratusan tersebut, serta adanya sejumlah Bazooka yang dipanggul oleh mereka, bisa dikatakan dalam sekali tembak dengan Bazooka saja, pasukan Benny akan gugur semua.

Benny memutuskan untuk tetap tinggal di pinggir Sungai Kampar di Danaubingkuang, mengantisipasi segala kemungkinan. Secara bergantian mereka beristirahat di dusun tersebut hingga malam semakin larut. Suasana tegang dan kecapekan karena sudah seharian memburu musuh rupanya membuat Letda Dading Kalbuadi kegerahan. Ia mencopot pakaian loreng RPKAD nya dan berjaga hanya menggunakan celana dalam.

"Wong Banyumasan guendeng! Kalau nanti ada serangan baru tau rasa Kau, nganeh-nganehi!" Kata Letda Soeweno demi melihat temannya yang asli Banyumas itu bertingkah "nyeleneh".

Dading hanya tertawa mendengar umpatan temannya, sambil tetap ber "tarzan" sambil meneteng senjatanya.



 Bersambung ... 

Ditulis Samuel.Tirta (Kaskuser) dari berbagai sumber

Sea Trial Perdana KRI Bung Tomo-357 Di Royal Navy Exercise Area

MRLF Bung Tomo class (photo : Militaryphotos)

Suhu udara dan terpaan angin yang kencang menusuk tulang belulang, jam saat itu telah menunjukan pukul 21.30 local time bersamaan dengan pergerakan sejumlah cawak KRI Bung Tomo 357 mengikuti pelayaran perdana dengan MRLF (Multy Role Lihgt Fregate) KRI Bung Tomo-357 yang akan melaksanakan sea trial di Royal Navy Exercise Area perairan Glasgow, Inggris, Senin (7/4).

Sebelum menuju laut lepas, Dansatgas Kolonel Laut (P) Nyoman Sudihartawan beserta para Perwira Pengawas memberikan briefing kepada crew yang akan mengikuti sea trial.  Mr Manfred Knore selaku Manager Proyek dari Lursen juga turut serta dalam kegiatan tersebut. Diperkirakan jam 02.30 dinihari waktu setempat, dimana pasang tertinggi terjadi dan sejumlah pintu dock dapat dibuka untuk melepas kapal yang akan berlayar ke lautan lepas.

Setelah melewati pintu terakhir kapal melesat ke arah utara menuju perairan Glasgow. Analisa performa terhadap kinerja IPMS (Integrated Platform Management System) oleh Mr.Prasad Shiva selaku programer yang didatangkan khusus dari Kanada mulai dilaksanakan, keempat MPK (Mesin Pendorongan Pokok) diuji kemampuannya pada berbagai balingan apakah hal tersebut dapat dikontrol oleh program yang telah dilaksanakan up gradding beberapa waktu sebelumnya.

Kesempatan Sea Trial tersebut diutamakan untuk melaksanakan pengecekkan terhadap performa system pendorongan termasuk system control IPMS dimanfaatkan untuk memahami karakter kapal oleh para Cawak (Calon Awak Kapal). Pengujian Crash Stop dari Full Ahead langsung Full Astern dilaksanakan untuk mengetahui diameter taktis kapal dan menguji kehandalan, kapal maju penuh dengan menggunakan 4 (empat) MPK mencapai 30 knot dan crash stop sampai kapal berhenti pada jarak 650 yard selama 2 menit 30 detik.

Pengambilan data dan pengujian juga dilaksanakan untuk mengukur noise level di ruang ABK belakang guna kepentingan kenyamanan awak dan untuk kepentingan setting IPMS mencari noise level terendah dari berbagai putaran propeller (RPM) dan sudut CPP (Controllable Pitch Propeller) untuk kepentingan peperangan AKS (Anti Kapal Selam).

Bung Tomo class adalah ex Nakhoda Ragam class Brunei yang belum pernah memasuki dinas di AL Brunei (image shipbucket)

Ditengah dinginnya udara di Perairan Utara Inggris, Mr. Rorre yang mantan Boostman disalah satu Fregate Royal Navy diminta untuk men drill Pelda Novim Susanto untuk mengoperasikan RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat). Hari terakhir pelaksanaan Sea Trial dilaksanakan untuk melaksanakan kalibrasi speed log dengan referensi menggunakan GPS (Global Positioning System) selanjutnya kapal bergerak ke selatan menuju Barrow in Furness untuk melaksanakan penyempurnaan dan perbaikan terutama pada pipa Heat Exchanger yang perlu dilaksanakan pengecekkan setelah dilaksanakan penggantian sementara di Fairly Quaey.

 “ ...Profesionalisme, Discipline, Dedication serta Effort yang ditunjukkan oleh teknisi asing selama berinteraksi lebih dekat di kapal  dalam beberapa aspek perlu kita tiru hal - hal yang kita anggap positif, kedatangan delegasi ke Inggris harus membawa dampak tidak hanya menyerap pengetahuan tentang hal - hal teknis yang ada di kapal namun berinterospeksi kepada diri kita masing - masing apakah kualitas kerja kita  sudah menyamai mereka atau belum, sehingga setiap saat kita selalu memperbaiki diri kita masing – masing. Saat ini kita mendapat mandat untuk fokus mempelajari kapal yang harus kita bawa ke tanah air dengan aman dan sukses sekaligus mengemban misi diplomasi angkatan laut di sejumlah negara yang akan kita singgahi, oleh karena itu mari kita songsong tugas itu dengan penuh semangat.....” demikian disampaikan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan, S.T. saat memberikan briefing dan evaluasi kegiatan saat memotivasi anak buahnya.

Kegiatan lainnya yang dilaksanakan setelah Sea Trial MRLF 2 antara lain adalah melaksanakan Classical dan praktek langsung di pesawat - pesawat, dari hasil evaluasi khususnya bidang Platform memang menunjukkan hal yang cukup menggembirakan karena Cawak dapat segera memahami system yang dihadapinya bahkan telah dilaksanakan drill prosedur start stop sejumlah pesawat yang ada di kapal. Cawak yang telah hadir di Inggris memang belum seluruhnya, baru 3 (tiga) Kadepsin dari ketiga kapal, 6 (enam) ekspert termasuk Kadep Eka) dan 9 (sembilan Key Personel termasuk Komandan KRI Bung Tomo 357) sisa cawak akan berangkat ke Inggris secara bertahap pada gelombang berikutnya. Untuk memahami secara teknis kapal baru diperlukan konsentrasi khusus sehingga pada saat kaderisasi awak pertama ini diharapkan dapat mentransfer pengetahuannya kepada ABK baru nanti, oleh karena itu setiap malam berbagai permasalahan yang diperoleh dibahas dan didiskusikan di kelas sehingga pemahamannya merata ke seluruh Cawak.

Kegiatan Jam Komandan secara periodik senantiasa dilaksanakan, demikian juga control terhadap cawak yang saat ini masih mengikuti KPPK di Kolatarmatim bukan menjadi hambatan karena dipisahkan jarak ribuan mil, pemanfaatan teknologi informasi berbagai layanan internet menjadi alternatif terpilih.

Sebagian teknisi asing yang dipercaya untuk menyiapkan ketiga kapal tersebut memiliki keahlian yang tidak diragukan lagi. Beberapa diantaranya merupakan ahli dari BAE atau pensiunan Royal Navy yang terjun langsung mengembalikan kesiapan kapal yang relatif belum dioperasionalkan sama sekali, oleh karena itu sebagian spare part perlu dilaksanakan penggantian dan kalibrasi ulang. Cawak mendapatkan kesempatan langka untuk langsung belajar bagaimana membongkar dan memasang serta mengukur silinder head dan setting to work Meriam 76 mm OSRG, Radar Scout / LPI dan AWS 9, EOTs, Sonar serta fire fighting yang ada di kapal.

Kehadiran MRLF melengkapi kekuatan TNI Angkatan Laut dalam waktu dekat diharapkan akan memberikan dampak strategis terhadap kredibilitas Indonesia pada tataran regional maupun global. Bangsa Indonesia telah tidak sabar menanti kehadiran kapal tersebut berlayar di seantero perairan Indonesia maupun dunia mengamankan kepentingan nasional Indonesia.

....Selamat Berlayar & Bertempur KRI Bung Tomo 357...fair the wind and bond voyage.......”

(Armada Timur)

Senin, 28 April 2014

Ujian MEF 2

http://3.bp.blogspot.com/-NaBznLIen7k/UeUihYwwBnI/AAAAAAAADCM/N4KWcxyV6P4/s1600/1551209_20130430070914kenyot10.jpgKesinambungan cara pandang berpertahanan untuk lima tahun ke depan akan segera memasuki lintas jembatan suksesi figur orang nomor satu RI. Yang jelas figur yang akan mengisi orang nomor satu itu tidak lagi Sby, sosok yang telah memberikan segelas anggur merah untuk perkuatan militer RI. Figur yang akan mengisi lembaran cerita berbangsa dan bernegara lima tahun ke depan merupakan kepala sekolah yang akan menentukan kebijakan berpemerintahan yang salah satunya adalah kebijakan berpertahanan. Dengan kata lain kepala sekolah yang baru nanti akan menentukan apakah mata pelajaran MEF akan dilanjutkan, dilanjutkan dengan beberapa perubahan atau akan diganti dengan mata pelajaran lain, bisa saja kan.

Meski sudah ada kurikulum MEF (minimum essential force) sampai jilid III tetap saja tongkat komando pimpinan tertinggi menjadi patokan melangkah. Gaya kepemimpinan akan mempengaruhi apakah harus tetap langkah tegap atau langkah biasa atau malah langkah santai aja. Catatan yang bisa kita sampaikan adalah kebiasaan berperencanaan kita selama ini kan tergantung selera pemimpinnya. Adanya pergantian kepemimpinan sangat memungkinkan terjadinya pergantian selera dan cara pandang.

Contoh sederhana, berapa tahun harus sia-sia waktu untuk menentukan penambahan armada kapal selam. Sejak tahun 2003 sudah mulai melakukan perencanaan untuk mengganti atau menambah kapal selam Cakra Class yang sudah lama malang melintang. Tetapi baru 8 tahun kemudian menjadi jelas merek apa yang akhirnya akan dibeli. Dan selama kurun waktu itu telah terjadi pergantian pimpinan TNI dan TNI AL. Bandingkan dengan Vietnam, hanya butuh satu tahun perencanaan, lalu proses pengadaan, tiga tahun kemudian satu persatu kapal selam Kilo yang dipesannya datang. Setelah itu baru kita kaget.

Jangan dikira tidak ada “blusukan” atau lobi-lobi untuk menentukan siapa kelak yang akan memimpin Kementerian Pertahanan meski Presidennya pun belum tahu siapa. Kementerian Pertahanan selama lima tahun ini kan sudah menjadi kementerian gadis manis dengan rambut sebahu yang banyak dilirik dan dicolek produsen alutsista internasional. Kementerian sekarung gula ini tentu menarik minat rombongan semut dunia untuk ikut mencicipi manisnya anggaran alutsista RI.

Dengan berkaca pada kepadatan anggaran beli senjata selama lima tahun ini tentu perkiraan produsen alutsista dan makelarnya bahwa untuk MEF II akan lebih banyak lagi dana dikucurkan. Semua keputusan itu ada di tangan kepemimpinan RI-1 yang baru bersama group kabinet pilihannya. Salah satu pilihan figur paling berbinar dan bercahaya adalah Kementerian Pertahanan. Jika presidennya si A maka ada kemungkinan Menhannya si B atau C. Jika presidennya si X maka kira-kira Menhannya si Y dan Z. Kalkulasi jika, seandainya, misalnya, andaikata pun makin menarik dicermati.

Tidaklah penting bagi kita untuk menentukan figur Kemhan-1 tetapi lebih penting dari itu adalah menjaga kesinambungan program MEF. Jadi sebenarnya ujian MEF terletak pada kelanjutan program perkuatan militer RI. Jika MEF satu bisa mencapai 36% dari target MEF, alangkah bagusnya jika sisa target itu bisa diselesaikan di MEF II. Meski begitu jika ternyata style pemerintahan besok menginginkan sampai MEF jilid III target itu diselesaikan, juga tak mengapa. Yang penting tetap bisa berjalan sesuai rencana.

Sekedar gambaran PDB Indonesia tahun 2013 berdasarkan data BPS berjumlah 9.084 trilyun rupiah meningkat dan searah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,78%. Jika anggaran pertahanan tetap, seirama dengan kenaikan PDB maka anggaran pertahanan ikut naik 5,78%. Selama ini anggaran pertahanan kita ada di kisaran 0,8 – 0,9 % dari PDB padahal Singapura saja sudah membagi anggaran pertahanannya sampai 4% dari PDB. Maka jika anggaran pertahanan kita bisa dinaikkan sampai 2% saja maka perkuatan militer RI akan semakin membahana.

Itu sebabnya banyak prediksi menyebut khusus untuk anggaran beli dan rawat senjata dalam MEF II (2015-2019) akan menyentuh angka US$ 20 milyar, naik US$ 5 milyar dari MEF I yang berjumlah US $15 milyar. Prediksi ini bukan sebuah impian atau angan-angan namun sangat realistis untuk dicapai. Angka 20 milyar dollar itu tentu bisa membelanjakan berbagai jenis alutsista termasuk bayar multi years alutsista yang sudah dipesan duluan.

Maka soal ujian MEF jilid dua nanti kira-kira bocoran soalnya begini. Apakah RI-1 nanti figur yang peduli melanjutkan MEF-1. Kalau ya apakah anggaran alutsista bisa dinaikkan minimal US$ 20 milyar. Kalau ya apakah yang akan dibeli untuk duit sebanyak itu. Sampai disini kemudian bumbu masak bernama “selera” mulai dimunculkan. Bumbu masak selera itu ada gerbang Kemhan. Maka jauh-jauh hari kita mengingatkan selera user alias pengguna mesti menjadi indikator utama rencana beli alutsista. Termasuk mengutamakan industri pertahanan dalam negeri yang mulai bersinar saat ini.

Isian alutsista di MEF II adalah menyediakan perabot untuk rumah Kogabwilhan. Sinergi pertahanan model Kogabwilhan membutuhkan alutsista dalam kuantitas dan kualitas yang menyengat. Jelaslah bahwa MEF II adalah faktor kunci untuk menuju perkuatan militer kita yang sebenarnya. Sejalan dengan itu dinamika kawasan juga akan semakin memperlihatkan kekuatan blok pemegang hegemoni dengan penantang hegemoni. Kita ada diantara keduanya dan kita tidak berpihak pada keduanya. Padahal arena tarung memperebutkan piala hegemoni itu ada di sekitar halaman kita. Jadi kita harus perkuat pagar teritori kita dengan alutsista berkualitas. MEF II adalah soalnya, yang menjawab adalah Next RI-One.

****

Jagvane / 28 April 2014

Senin, 21 April 2014

Pesawat NC-212-400 Buatan PT.DI Jalani Uji Terbang

Tanpa banyak publikasi, PT. Dirgantara Indonesia ternyata telah mencetak lagi sebuah prestasi. Pabrik pesawat asal kota Bandung ini ternyata menyelesaikan sebuah pesawat NC-212-400, pesanan pemerintah Thailand. Pesawat yang masih bercat dasar ini kini tengah menjalani uji terbang.

Pesawat NC-212-400 Buatan PT.DI Jalani Uji Terbang
Pesawat NC-212-400 Jalani Uji Terbang Perdana | foto : Noviarli Wahyudi
Terbang perdana pesawat jenis angkut ringan ini berlangsung pada pertengahan april lalu. Bertugas sebagai pilot uji adalah crew Airbus Military yang sebelumnya membawa C295 ferry flight dari Madrid. Mereka yaitu Pilot Capt. Alejandro Grande dan Capt.Rafaelde Diego Coppen, serta  Flight Test Engineer Eduardo Mayo Avila. Pesawat Take off  pada pukul 10:05 dan kemudian mendarat dengan selamat pada pukul 13:05 wib. Selama 3 jam pesawat dibawa terbang ke Pelabuhan Ratu serta area Bandung sekitarnya.

PT DI sendiri secara resmi sekarang hanya punya 1 pilot tes karyawan tetap yaitu Esther Gayatri Saleh. Pilot uji perempuan ini tidak ikut karena belum punya lisensi C212-400. Namun saat ini Esther dan FTE PT DI sedang menjalani pelatihan di Bandung oleh instruktur Airbus Military untuk mendapatkan lisensi. Untuk penerbangan selanjutnya, dan setelah pemasangan lavatory, sistem avionik baru serta optional lain desain PT DI, uji terbang akan dilakukan oleh pilot & FTE PT DI.

 


NC212-400 dapat dijadikan pilot project untuk program N219 karena konfigurasinya hampir sama. Perbedaan terdapat hanya pada ramp door, flaperon, horizontal fin lebih tinggi, pilot door seperti Cessna Grand Caravan & sistem avionik terbaru atau mungkin powerful engine. Produksi C-212-400 sendiri kini memang telah dialihkan ke Bandung, sementara Airbus sendiri lebih berkonsentrasi pada produksi pesawat yang lebih besar. (ARC)

[World News] Lima rudal nuklir Rusia diarahkan ke AS

Rusia terpantau mulai mengaktifkan rudal balistik antarbenua generasi terbaru R-36M2 Voyevoda atau SS-18 ICBM./*en.ria.ru

Wahington DC  
Provokasi Amerika Serikat (AS) yang menumpuk kekuatan militer di negara-negara Baltik mengepung Rusia, direaksi keras Moskow dengan mengarahkan moncong 5 rudal nuklirnya ke daratan AS.

Pentagon memastikan, ada 5 sinyal baterai pengaktifan rudal nuklir  dari silo bawah tanah yang koordinatnya terbaca menuju ke beberapa kota besar di AS, diantaranya Los Angeles, Manhattan New York, Washington DC, Las Vegas dan Chicago.

Dilansir Dekapfile, Senin (21/04/2014), ke-5 rudal nuklir yang diarahkan ke daratan AS itu didominasi oleh rudal balistik antarbenua generasi terbaru Rusia R-36M2 Voyevoda atau SS-18 ICBM (versi NATO).

Pentagon hingga kini menolak memberikan pernyataan resmi atas informasi bocor yang membuat para petinggi militer AS panik.

Namun Nate Christensen, juru bicara Pentagon menyebut, kegiatan pengaktifan 5 rudal nuklir itu terpantau melalui sistem pelacakan sinyal oleh pesawat AWACS milik AS yang melakukan patroli di atas wilayah negara-negara Eropa Timur.

AS pantas waspada dan panik, karena rudal ini lebih unggul dari rudal terbaru AS “Peacekeeper MX ICBM” yang memiliki 10 hulu ledak nuklir. Keunggulan R-36M2 selain juga memiliki 10 hulu ledak nuklir, rudal ini memiliki kecepatan hampir 8 kilometer per detik jauh di atas kecepatan MX ICMB milik AS yang mencapai 2 kilometer per detik.

R-36M2 ini menurut Christensen, adalah rudal terbaru Rusia yang dirancang khusus untuk menembus sistem perisai rudal milik AS.

“Dari informasi dan kajian kami, rudal tercanggih milik Rusia ini memiliki kemampuan manuver yang sangat baik,” ujar Christensen.

Komandan Pasukan Rudal Strategis Rusia Jendral Sergei Karakayev, tidak berkomentar atas reaksi Pentagon terhadap 5 rudal nuklir Rusia yang sinyal pengaktifannya terpantau oleh AS itu.

Karakayev hanya mengatakan, Rusia akan melakukan tindakan apa saja jika kedaulatan negaranya terancam oleh kekuatan asing.@dkf
   Jurnal3 

[World News] Azorian, Proyek CIA untuk Mencuri Kapal Selam Soviet

Washington Dokumen yang baru dideklasifikasi (dinyatakan tak lagi bersifat rahasia) mengungkapkan rincian baru tentang Project Azorian, yaitu upaya diam-diam badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), untuk mengambil kapal selam nuklir Soviet yang karam di Samudra Pasifik. Mark Strauss menulis cerita mengenai hal ini dalam io9.com 10 April 2014 dan Rhys Blakely menulis dalam The Australian edisi 18 April 2014.

Cerita ini dimulai pada Maret 1968, ketika sebuah kapal selam Soviet, Golf II, rusak akibat ledakan di dalam saat misi patroli rutin dan tenggelam di Samudra Pasifik, 1.900 mil sebelah barat laut Hawaii. Kapal itu membawa rudal balistik nuklir, dengan hulu ledak 4 megaton, dan awak tujuh puluh orang. Soviet melakukan upaya pencarian besar-besaran selama dua bulan, tapi tak membuahkan hasil.

Aktivitas tak biasa Angkatan Laut Soviet di daerah itu mendorong AS untuk memulai pencarian kapal selam, yang akhirnya ditemukan pada Agustus 1968. Tapi, puingnya baru bisa diangkat beberapa tahun setelahnya.

Kapal selam itu, jika bisa diambil, akan menjadi harta karun bagi komunitas intelijen. Itu tidak hanya membuat pejabat AS bisa melihat desain hulu ledak nuklir Soviet, tapi juga mendapatkan peralatan kriptografi yang memungkinkannya memecahkan kode sandi Angkatan Laut Uni Soviet. Lalu, dimulailah Project Azorian itu.

Komunitas intelijen AS menugaskan Howard Hughes untuk membangun sebuah kapal besar --dijuluki Hughes Glomar Explorer (HGE)--untuk mendapatkan kapal selam itu. Operasi penyelamatan, yang dimulai pada 1974, awalnya hanya sukses secara parsial. AS berencana untuk memulai usaha kedua, pada 1975, namun akhirnya dibatalkan ketika cerita soal ini bocor ke pers.

Dalam tahun-tahun berikutnya, sangat sulit untuk mendapatkan informasi tentang Proyek Azorian di luar yang telah beredar di surat kabar. Menanggapi permintaan melalui Freedom of Information Act (FOA), CIA menolak melepaskan dokumen soal proyek itu dan mengatakan "tidak mengkonfirmasi atau menyangkal" hubungannya dengan Hughes Glomar Explorer. (Akibatnya, kalimat "tidak mengkonfirmasi atau menyangkal" dikenal sebagai "respons glomar" atau "glomarization.")

Pada 2010, CIA diizinkan mempublikasikannya dengan suntingan yang sangat banyak, 50 halaman artikel yang menjelaskan Proyek Azorian dalam edisi musim gugur 1978 di jurnal internal CIA, Studies in Intelligence.

Kini, soal proyek itu ini tersedia lebih detail berkat publikasi volume terbaru dari Foreign Relations of the United States (FRUS). Disusun oleh sejarawan Departemen Luar Negeri, seri FRUS adalah sumber tak ternilai, yang berisi dokumen yang dideklasifikasi, yang mencakup kabel diplomatik, memo internal, dan risalah rapat antara presiden dan penasihat terdekatnya. Dalam FRUS terbaru, National Security Policy: 1973-1976, terdapat sekitar 200 halaman soal Project Azorian.

Menurut dokumen itu, pada 1969, CIA mengumpulkan gugus tugas kecil insinyur dan teknisi untuk menyusun konsep bagaimana mendapatkan kapal selam itu. Hambatan teknologi dan logistik menjadi pertimbangan utama. Bagaimana mungkin AS menyelamatkan kapal selam 2.500 ton, yang berbaring di dasar laut pada kedalaman 16.500 kaki? Dan bagaimana AS melakukan operasi besar-besaran tersebut tanpa menimbulkan kecurigaan atau terdeteksi oleh pengintaian Soviet?

Pada akhirnya, para insinyur memilih rencana yang terdengar seperti plot film James Bond. Rencana ini melibatkan tiga kapal. Kapal pertama adalah untuk pengambilan, dengan ruang di dalamnya dan dilengkapi dengan dasar yang bisa membuka dan menutup. Kapal kedua, untuk penangkap, dilengkapi mekanisme pengambilan yang akan dirancang untuk menyelaraskan dengan lambung kapal selam. Kapal yang berhasil diangkat akan diam-diam dirakit pada kapal tongkang besar dengan atap yang bisa dibuka. Kapal tongkang tersebut akan terendam sehingga bisa menyelinap di bawah laut, di bawah kapal pengambilan, membuka atap dan memberikan kapal yang sudah didapatnya.

CIA mengontrak Summa Corporation untuk pembuatan kapal ini. Summa adalah anak perusahaan Hughes Tool Company yang dimiliki oleh miliarder Howard Hughes. Kapal penemuan itu akan dibuat sepanjang 618 kaki, 36.000 ton, dan dijuluki Hughes Glomar Explorer (HGE).

Tentu saja, melihat ada raksasa mengambang berlama-lama di Samudra Pasifik pasti akan memicu kecurigaan. Jadi, Project Azorian mengarang cerita penyamaran bahwa HGE dibangun sebagai usaha komersial swasta Hughes untuk penambangan mangan di dasar laut.

Saat Project Azorian mengalami kemajuan, namun pejabat pemerintah mulai mengungkapkan keraguan apakah biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang didapatkan sebanding. Apakah kapal selam nuklir itu masih bisa disebut aset intelijen atau justru sudah menjadi artefak?

Sebtuah komite ad hoc sekali lagi diminta untuk mengkaji masalah ini dan akhirnya memutuskan bahwa masih ada banyak yang bisa diperoleh dari operasi ini. Meskipun rentang rudal SS-N-5 yang ada di kapal selam itu pendek dan tidak lagi dianggap sebagai ancaman utama, itu masih bisa "menyediakan teknologi potensial penting", sesuai dengan yang baru-baru ini dikerahkan Uni Soviet, rudal jarak jauh SS-N-8. Dan peralatan kriptografinya di kapal itu "akan bernilai sangat tinggi terhadap upaya intelijen AS melawan pasukan angkatan laut Soviet."

Akhirnya, pada 3 Juni 1974, sebuah memorandum dari Dewan Keamanan Nasional kepada Kissinger mengatakan: "Puncak dari usaha enam tahun, Proyek Azorian, siap untuk mencoba untuk mendapatkan rudal balistik kapal selam Soviet dari kedalaman 16.500 kaki di Samudera Pasifik."

Kapal akan berangkat dari pantai barat 15 Juni dan tiba di situs target pada 29 Juni. Operasi pengambilan akan memakan waktu 21-42 hari (30 Juni-20 Juli-10 Agustus). Manajer proyek memperkirakan peluang keberhasilannya lebih dari 40 persen. Dua hari kemudian, operasi itu disetujui.

Misi pengambilan kapal selam, yang berlangsung dari Juni sampai Agustus 1974, hanya berhasil sebagian. Meskipun sebagian dari kapal selam itu diambil, sisa kapal terjatuh dari kapal penangkap lantaran kegagalan fungsi mekanis.

Wakil Menteri Pertahanan memberi penjelasan kepada Kissinger: "Analisis ekstensif dari kegagalan penangkap telah menghasilkan kesimpulan bahwa tangan-tangan baru harus dibuat, yang menggabungkan bahan kurang rapuh dan meningkatkan teknik desain. Semua tindakan yang diperlukan sekarang sedang diambil untuk mengkonfigurasi ulang kendaraan penangkap dan memperbarui kapal penemuan untuk misi kedua selama periode cuaca optimum berikutnya, yaitu Juli dan Agustus 1975."

Haruskah AS mencoba melakukan misi kedua? Saat itu, banyak hal berubah di Washington sejak Hughes Glomar Explorer berangkat ke laut. Presiden Richard Nixon mengundurkan diri pada 9 Agustus. Ada keraguan, mengingat suasana saat ini di Washington, apakah CIA bisa mempertahankan operasi selama satu tahun lagi tanpa cerita itu bocor ke pers.

Namun, konsensusnya cenderung untuk melanjutkan inisiatif tersebut. Namun, bahkan Henry Kissinger, yang berada di antara pendukung terkuat operasi, mulai memiliki keraguan pribadi. Setelah mengadakan satu pertemuan dengan para pejabat intelijen dan pertahanan pada Januari 1975, Kissinger berbicara kepada Presiden Gerald Ford soal kekhawatirannya bahwa operasi rahasia ini bisa bocor.

Kissinger punya alasan untuk khawatir. Sejak awal Januari 1974, wartawan New York Times Seymour Hersh telah menyelidiki cerita soal Project Azorian ini. William Colby, Direktur Central Intelligence Agency (CIA), sudah dua kali bertemu dengan Hersh--pada 1 Februari 1974 dan 10 Februari 1975--dan mendesaknya untuk menunda publikasi soal itu. Tapi, berapa lama lagi cerita soal itu tak dibuka media?

Kurang dari seminggu kemudian, berita itu bocor dan bukan oleh Seymour Hersh. Proyek ini menjadi rahasia umum karena perampokan yang terjadi pada 5 Juni 1974.

Markas perusahaan Summa Corporation milik Hughes di Los Angeles kecurian. Para pencuri membawa kabur uang tunai dan empat kotak dokumen. Berdasarkan pendataan setelah kasus perampokan, diketahui bahwa dokumen yang hilang termasuk memo yang menjelaskan proyek rahasia CIA itu.

Beberapa bulan kemudian, polisi Los Angeles melaporkan bahwa mereka telah dihubungi oleh seorang perantara yang mengaku memiliki dokumen yang dicuri. Sang perantara tidak secara khusus menyebutkan memo tentang CIA dan Proyek Azorian. Sang perantara meminta tebusan US$ 500.000.

Apa yang terjadi selanjutnya dapat digambarkan sebagai komedi kesalahan. Sebab, CIA memberi tahu FBI bahwa dokumen yang ditawarkan sang perantara mungkin termasuk memo sensitif mengenai Project Azorian. FBI kemudian mengatakan kepada polisi Los Angeles tentang adanya memo tersebut, dan polisi Los Angeles memberi tahu sang perantara.

Pada 7 Februari 1975, Los Angeles Times menerbitkan sebuah artikel singkat berjudul "U.S. Reported After Russ Sub" yang mengatakan bahwa menurut "kabar yang beredar di kalangan aparat penegak hukum setempat, Howard Hughes telah dikontrak CIA untuk mengangkat kapal selam nuklir Rusia dari bawah samudra...operasi, menurut teori seorang penyidik, dilakukan oleh awak kapal pertambangan kelautan yang dimiliki oleh Hughes Summa Corp."

Itu adalah artikel dari sumber yang samar, mengandung sejumlah kesalahan, tapi cerita soal Project Azorian itu menyebar. Pada 18 Maret 1975, kolumnis Jack Anderson menyebut soal Hughes Glomar Explorer dalam acara radio nasional dan menyatakan niatnya untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang operasi itu. Hasil dari pengumuman itu, wartawan lainnya, termasuk Seymour Hersh, tidak lagi merasa wajib menunda untuk menurunkan beritanya. Keesokan harinya, beberapa surat kabar besar--termasuk Los Angeles Times, Washington Post, dan The New York Times--menerbitkan cerita di halaman depan yang mengungkapkan bahwa Hughes Glomar Explorer, dalam sebuah operasi yang dipimpin oleh CIA, telah mengambil sebagian dari kapal selam Soviet dari Samudra Pasifik selama musim panas 1974.

Yang mengejutkan bagi Gedung Putih, Soviet hanya diam. Ada dugaan bahwa kemarahannya mirip dengan insiden U-2 pada 1960, ketika sebuah pesawat mata-mata Amerika Serikat ditembak jatuh di wilayah udara Uni Soviet.

Sebuah laporan yang dipersiapkan oleh CIA pada April 1975 percaya bahwa keputusan Soviet untuk menahan diri dari respons publik adalah karena beberapa faktor. Hal ini, antara lain, ditujukan untuk menghindari rasa malu di dalam negeri dan di luar negeri karena harus mengakui untuk pertama kalinya soal hilangnya kapal selam pada 1968. Ini juga untuk menghindari adanya pengakuan publik atas ketidakmampuan Soviet untuk menemukan kapal selam yang hilang kalah oleh AS, yang tidak hanya menemukan, tapi juga mengambil kapal selam mereka.

CIA menyimpulkan bahwa Uni Soviet memiliki kepentingan untuk tidak mempublikasikan peristiwa itu lebih jauh. Namun CIA juga memperingatkan, "Tampaknya tak diragukan lagi bahwa Soviet akan berusaha keras untuk menggagalkan atau mengganggu misi kedua."

Berarti tinggal satu pertanyaan yang tersisa: bagaimana Uni Soviet akan menanggapi misi pengambilan kedua? Gedung Putih belum mengakui hubungan resminya dengan Hughes Glomar Explorer. Apakah mungkin Angkatan Laut Soviet menembaki kapal sipil AS itu?

Pada 16 Juni 1975, Kissinger mengirim memorandum kepada Presiden Ford. Isinya, Kissinger menjelaskan bahwa Soviet sepertinya tidak akan membiarkan AS melakukan misi kedua. Sebuah kapal Soviet dikabarkan sudah di dekat lokasi itu sejak 28 Maret dan ada indikasi bahwa kapal itu akan tetap di sana. Karena itu, kapal AS itu dalam keadaan rentan. Ancaman dari reaksi yang lebih agresif dan bermusuhan juga bisa terjadi, termasuk konfrontasi langsung dengan kapal angkatan laut Soviet.

Melihat perkembangan itu, Project Azorian dihentikan. Biaya total operasinya sekitar US$ 800 juta, yang kalau dinilai dengan mata uang saat ini lebih dari US$ 3 miliar. Hughes Glomar Explorer akhirnya disesuaikan dengan cerita penyamarannya semula, yaitu untuk pengeboran laut dalam. Kapal itu lantas dijual kepada sebuah perusahaan swasta pada 2010 seharga US$ 15 juta.


io9.com | The Australian | Abdul Manan.