Senin, 21 April 2014

Mahasiswa ITS Ciptakan Peluru Frangible Bullet Pertama di ASIA

Vicko Gentantyo Anugraha, mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi memberanikan diri mengikutsertakan hasil risetnya dalam Lomba Karya Tulis Indonesia yang diadakan oleh Tentara Negara Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Bertemakan pertahanan nasional, Vicko mengenalkan peluru frangible yang belum pernah diproduksi di Asia. Tak disangka, dari 134 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, Vicko berhasil menyabet juara pertama. Peluru frangible ini sekaligus merupakan Tugas Akhir yang tengah dikerjakan Vicko sebagai syarat kelulusan.

Vicko Gentantyo Anugraha, mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi (photo: its.ac.id)

Bermula dari ajakan senior tiga tahun lalu untuk mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Vicko dikenalkan tentang peluru frangible yang memiliki berbagai keunggulan. Penasaran, Vicko mengangkat riset tersebut dalam Tugas Akhirnya. Di tengah Vicko melakukan riset, salah seorang temannya memberitahukan lomba yang diadakan TNI AD. “Kebetulan sekali saya sedang melakukan riset mengenai itu. Temanya pun mengenai sistem pertahanan nasional,” ujar Vicko.


Dalam pengerjaannya, Vicko didukung oleh berbagai pihak. Ia mengaku pengerjaan peluru frangible banyak dibantu oleh teman dalam tim riset tugas akhirnya, Paiman Joni. “Kami banyak berdiskusi dan terkadang mengerjakan bersama,” ujar Vicko. Selain itu, Vicko mendapat arahan dari dosen pembimbing risetnya, Dr Widyastuti SSi MSi yang telah terlebih dulu menekuni sistem pertahanan. Bahkan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) pun membantu pendanaan riset yang rencananya akan menjadi proyek jangka panjang.


Peluru frangible

Vicko menjelaskan berbagai keunggulan peluru frangible, salah satunya adalah komposisi penyusun serbuk peluru. Jika biasanya timbal yang menjadi penyusunnya, Vicko menggantinya dengan tembaga. Pasalnya, timbal merupakan zat berbahaya jika sampai kontak langsung dengan manusia. Memang, menurut Vicko, peluru frangible lebih membahayakan daripada peluru biasa, tapi lebih aman. ”Sebab, peluru biasa akan menimbulkan back-splash ketika membentur benda keras dan membahayakan orang sekitar,” ujar Vicko.

Peluru biasa akan mempunyai 2 kemungkinan, kalau tidak back-splash, maka akan menembus tubuh. Sedangkan peluru frangible mampu hancur ketika mengenai permukaan keras atau mengenai tubuh, sehingga disinyalir akan lebih merusak ketika mengenai tubuh sasaran. ”Pelurunya akan mancep dan akan pecah dalam tubuh,” tambahnya. Karenanya, peluru frangible ini akan diaplikasikan dalam ruangan tertutup, misalnya evakuasi terorisme.

Dalam perlombaan itu sendiri, awalnya, Vicko tak mengetahui bahwa dirinya lolos menjadi 12 besar dari 134 peserta dengan kategori umum. Melalui info dari salah seorang temannya seminggu sebelum pengumpulan terakhir, ia baru mengetahuinya. Sehingga, Vicko harus membuat produk jadi sesuai persyaratan lomba dalam waktu yang sebentar.

Merasa tidak sanggup, Vicko pun menghubungi pihak TNI AD bahwa Ia tidak siap mengikuti tahap selanjutnya. “Saya sudah pasrah kala itu. Hingga H-3 saya dihubungi pihak TNI AD bahwa saya harus mengikuti tahap selanjutnya di Jakarta 3 hari lagi,” ujar Vicko. Tak ayal, dalam waktu yang singkat, Vicko hanya mampu membuat pellet peluru saja.

Tak hanya itu, ketika akan melakukan presentasi, Vicko terjebak macet parah di Jakarta. “Ketika saya datang, semua juri sudah bergegas pulang. Yang semula saya adalah kontestan pertama yang maju presentasi, akhirnya saya menjadi kontestan terakhir yang presentasi ketika itu,” kenang Vicko.


Peluru frangible yang menyentuh benda keras

Namun, usahanya pun membuahkan hasil, Vicko menyabet juara pertama dalam ajang tersebut. Ia mengalahkan para kontestan lain yang lebih ahli. Para kontestan itu diantaranya mahasiswa S2, dosen, dan para ahli dalam bidang persenjataan. Vicko pun berharap pemerintah dapat mengapresiasi karya-karya pemuda di Indonesia yang ia yakini sangat hebat. “Sayang sekali kalau tidak diapresiasi oleh negara sendiri. Kalau negara lain mengetahui kemampuan pemuda kita, pasti ditarik ke luar negeri,” ujar Vicko.

Diminati PT PINDAD
Menjadi juara pertama dalam ajang yang berkaitan pertahanan dan keamanan nasional, hasil riset Vicko dilirik oleh PT PINDAD (persero), perusahaan persenjataan milik Indonesia. Menurut PINDAD, peluru yang sangat langka di Indonesia tersebut akan menjadi sesuatu yang baru dan unik dalam industri pertahanan dan keamanan di Indonesia. Perusahaan ini menjanjikan untuk mengadakan uji tembak dalam waktu dekat.

Usai uji tembak, PT PINDAD mencanangkan untuk produksi masal, tetapi hanya untuk case yang spesial. “Masih ada bimbingan lanjutan dari TNI AD. Jika terjalin kontrak kerjasama, akan dilakukan dengan persetujuan dari TNI AD dahulu,” ujar Vicko. (its.ac.id | JKGR )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar