Selasa, 08 April 2014
Gripen E, Jet tempur Masa Depan dari Swedia
Jakarta, MiliterNews - Pesawat tempur generasi keempat masih dianggap cukup mampu menjadi andalan banyak negara. Namun kini pabrikan pesawat tempur Swedia, SAAB AB, mengembangkan generasi keenam, SAAB JAS 39E Gripen.
Generasi di antara mereka –generasi kelima– antara lain ada Lockheed Martin F-35 Lighting II, yang ditujukan untuk memenuhi keperluan tiga matra sekaligus, yaitu Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir Amerika Serikat.
Jika pesawat tempur generasi kelima bermakna “mesin pamungkas untuk dikemudikan” maka generasi keenam akan tiba. SAAB dari Swedia memberi argumen, bahwa JAS 39E Gripen mereka –yang sesuai dengan gambaran artis tentang pesawat tempur mahal dan canggih– menjadi pesawat tempur pertama di “kelas” itu.
Bicara JAS 39E Gripen, ini juga yang menjadi salah satu kontestan pengganti F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.
Dia bersaing bersama Sukhoi Su-35 Flanker E (Rusia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnel Douglas F/A 18E/F Super Hornet (Amerika Serikat). Bisa juga ke Boeing-McDonnel Douglas F-15E Striking Eagle.
Konsep pesawat tempur Gen 5 (generasi kelima) telah berusia 30 tahun, berawal sejak Perang Dingin berakhir, saat pemerintahan Ronald Reagan memacu perlombaan senjata dan Rusia yang menggerakkan picunya. Dari sinilah kemudian terjadi perlombaan kecanggihan teknologi, material, dan berbagai macam doktrin pertempuran dan peperangan.
Di sinilah Swedia memberi alternatif penting dalam daftar pesawat tempur masa depan.
Alasan menyatakan bahwa JAS 39E Gripen –dituturkan Aviation Week edisi Maret 2014– sebagai pesawat tempur Gen 6 adalah karena dia dirancang sejak awal berdasarkan pengertian-pengertian peperangan pada masa depan.
Yang menarik dari JAS 39E Gripen ada pada perangkat lunaknya; perangkat keraslah yang menjalankan program aplikasi manajemen tempur dalam perangkat lunak Mission System 21.
Sebetulnya, versi awal perangkat lunak ini telah ditanamkan di dalam JAS 39A/B. Salah satu hal yang dijagokan SAAB adalah ketangguhan Gripen yang bisa berusia pakai panjang, yang mensyaratkan adaptabilitas dalam berbagai misi dan negara pemakai.
Seperti halnya A-4 Skyhawk rancangan Ed Heinemann, JAS 39E Gripen dirancang sebagai pesawat tempur kecil dengan daya muat besar. Bodinya kecil, tapi sanggup menggotong beban berat.
Swedia mengaplikasikan sistem sensor berteknologi state-of-the-art rancangannya sendiri pada perangkat ISR dan peringatan dini situasionalnya. Ini meliputi sistem manajemen perang di penerbangan elektronika memakai teknologi nitrida-galium. Ini yang pertama di dunia pada semua kelas.
Secara sederhana, dia mampu mengidentifikasi teman dan musuh (IFF/identification friend and foe) pada situasi penerbangan yang sangat padat dan kritikal.
Dia tidak akan salah mengenali pesawat tempur/transport teman, musuh, sipil, dan lain sebagainya. Didukung suplai mesin dari Amerika Serikat (General Elecric), sistem radar dari Inggris (Raven ES-05 active), dan penjejakan infra merah dari Italia (Skyward-G-IRST) serta sebagian struktur pesawat terbang dari Brazil.
JAS 39E Gripen bukan pesawat tempur tercepat, paling stealth, dan paling gesit. Namun dia menawarkan hal-hal lain di luar itu, di antaranya biaya pengembangan dan operasi yang rendah dengan capaian terbaik. Ada ungkapan dari salah satu perancangnya, bahwa Angkatan Udara Kerajaan Swedia tidak akan mampu mencapai semua itu dengan cara-cara biasa.
Inilah target besar yang ingin dicapai SAAB; bukan hal mudah namun bisa dilaksanakan. Jika dia berhasil maka dia akan memberi banyak pelajaran pokok pada banyak pihak tentang rancangan pesawat tempur masa depan.
Mirip dengan semua produk berteknologi tinggi Swedia, dia memberi fitur-fitur pokok yang menentukan dengan cara pengoperasian sangat mudah.
Berikut sebagian perbandingan antara JAS 39C dan JAS 39E, yang keduanya rancangan SAAB Swedia.
JAS 39C JAS 39E
Berat kosong 13.000 14.000
Bahan bakar lebih dari 5.000 lebih dari 7.400
Berat maksimal 30.900 36.400
lepas landas
Mesin Volvo RM12 GE F414-GE-39E
Daya menengah/maksimal 12.150/18,100 14.400/22.000
Kecepatan optimal — 1,25 Mach
Radar mekanis AESA
IRST — Ya
Display kokpit 3 unit 6 X 8 inchi 1 unit 8 X 20 inchi
Memang tidak ada ketentuan resmi untuk mengklasifikan generasi sebuah pesawat. Tapi pengamat-pengamat dirgantara juga mencapai kesepakatan ‘tidak resmi’ mengenai generasi pesawat, dalam hal ini generasi ke-6, bahwa syarat utama pesawat generasi siluman itu full stealth, tanpa awak dan otonom. Nyatanya hal ini tidak terjadi pada Gripen E (baru X-47B AS yang mengarah ke generasi ke-6).
Disebutkan pula soal generasi ke-6 Gripen ini disebutkan oleh Aviation Week. Saya cukup sanksi situs sekaliber itu menyatakannya. Mungkin maksudnya adalah teknologinya mengarah ke generasi ke-6, tapi meski begitu, ini juga masih terlalu jauh karena Gripen paling banter masuk ke 4,5 dan masih ada teknologi generasi kelima yang harus dilompatinya.
Mengenai konsep teknologi pesawat siluman, AS sudah menggagasnya menjelang awal 60-an. Tidak dimulai dari berakhirnya Perang Dingin di tahun 1991. Namun, bila dihitung dari kemunculan F-117 AS di awal 80 an, benar bisa dikatakan sudah 30 tahun. Tapi F-117 kala itu bukan masih sekedar konsep, melainkan sudah terbang.
Dikatakan di atas, bahwa Gripen E bukan pesawat tempur tercepat, paling stealth, dan paling gesit, tapi ia generasi ke-6, bingung kan? Artinya generasi ke-5 seperti F-35 akan keok sama Gripen. (kalau keduanya bertempur, jangan-jangan Gripen sudah soak duluan sebelum menyadari kehadiran F-35). Tapi balik lagi, Gripen memang pejuang tangguh di kelasnya, seperti F-14 Tomcat atau F-15 Eagle. Pilot-pilot yang menerbangkannya juga berpendapat bahwa kontrol pesawat ini mengesankan.
Sedikit ralat, maksimum take off Gripen E adalah 16.500 kg dan display kokpit ada 3 unit, bukan 1 unit. Sedangkan kecepatannya bisa mencapai Mach 2 apabila berada di ketinggian tinggi.
Berbicara soal kebutuhan Indonesia pesawat interseptor, TNI AU saat ini memang sangat membutuhkan pesawat interseptor canggih untuk menggantikan F-5 Tiger yang segera pensiun (datang pada 80 an). Perkembangan situasi dewasa ini tampaknya memang mengharuskan kita memiliki pesawat interseptor yang modern. Bagaimana kalau kita pilih Gripen? Boleh juga, performanya sesuai dengan namanya JAS yang merupakan kependekan dari “Jakt, Attack, Spaning” atau Hunt, Attack dan Spying dalam bahasa Inggris.
Sumber : Berbagai Sumber
Gambar : Saab
Editor : Teguh Windharto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar