Senin, 28 April 2014

Ujian MEF 2

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6abwe3sjNNc_fBuHZKWuK6XKz2h9vzaDmeSEwxZcPnNdaOjXsjhaaPpG3yK4T13P02KeDup4AroT6jkpZaZ_dFGqbs9UEJikOqGj1S8WMeDGdgDDRO8yYqrOldRMgpwWoWBMEvV6aCI8/s1600/1551209_20130430070914kenyot10.jpgKesinambungan cara pandang berpertahanan untuk lima tahun ke depan akan segera memasuki lintas jembatan suksesi figur orang nomor satu RI. Yang jelas figur yang akan mengisi orang nomor satu itu tidak lagi Sby, sosok yang telah memberikan segelas anggur merah untuk perkuatan militer RI. Figur yang akan mengisi lembaran cerita berbangsa dan bernegara lima tahun ke depan merupakan kepala sekolah yang akan menentukan kebijakan berpemerintahan yang salah satunya adalah kebijakan berpertahanan. Dengan kata lain kepala sekolah yang baru nanti akan menentukan apakah mata pelajaran MEF akan dilanjutkan, dilanjutkan dengan beberapa perubahan atau akan diganti dengan mata pelajaran lain, bisa saja kan.

Meski sudah ada kurikulum MEF (minimum essential force) sampai jilid III tetap saja tongkat komando pimpinan tertinggi menjadi patokan melangkah. Gaya kepemimpinan akan mempengaruhi apakah harus tetap langkah tegap atau langkah biasa atau malah langkah santai aja. Catatan yang bisa kita sampaikan adalah kebiasaan berperencanaan kita selama ini kan tergantung selera pemimpinnya. Adanya pergantian kepemimpinan sangat memungkinkan terjadinya pergantian selera dan cara pandang.

Contoh sederhana, berapa tahun harus sia-sia waktu untuk menentukan penambahan armada kapal selam. Sejak tahun 2003 sudah mulai melakukan perencanaan untuk mengganti atau menambah kapal selam Cakra Class yang sudah lama malang melintang. Tetapi baru 8 tahun kemudian menjadi jelas merek apa yang akhirnya akan dibeli. Dan selama kurun waktu itu telah terjadi pergantian pimpinan TNI dan TNI AL. Bandingkan dengan Vietnam, hanya butuh satu tahun perencanaan, lalu proses pengadaan, tiga tahun kemudian satu persatu kapal selam Kilo yang dipesannya datang. Setelah itu baru kita kaget.

Jangan dikira tidak ada “blusukan” atau lobi-lobi untuk menentukan siapa kelak yang akan memimpin Kementerian Pertahanan meski Presidennya pun belum tahu siapa. Kementerian Pertahanan selama lima tahun ini kan sudah menjadi kementerian gadis manis dengan rambut sebahu yang banyak dilirik dan dicolek produsen alutsista internasional. Kementerian sekarung gula ini tentu menarik minat rombongan semut dunia untuk ikut mencicipi manisnya anggaran alutsista RI.

Dengan berkaca pada kepadatan anggaran beli senjata selama lima tahun ini tentu perkiraan produsen alutsista dan makelarnya bahwa untuk MEF II akan lebih banyak lagi dana dikucurkan. Semua keputusan itu ada di tangan kepemimpinan RI-1 yang baru bersama group kabinet pilihannya. Salah satu pilihan figur paling berbinar dan bercahaya adalah Kementerian Pertahanan. Jika presidennya si A maka ada kemungkinan Menhannya si B atau C. Jika presidennya si X maka kira-kira Menhannya si Y dan Z. Kalkulasi jika, seandainya, misalnya, andaikata pun makin menarik dicermati.

Tidaklah penting bagi kita untuk menentukan figur Kemhan-1 tetapi lebih penting dari itu adalah menjaga kesinambungan program MEF. Jadi sebenarnya ujian MEF terletak pada kelanjutan program perkuatan militer RI. Jika MEF satu bisa mencapai 36% dari target MEF, alangkah bagusnya jika sisa target itu bisa diselesaikan di MEF II. Meski begitu jika ternyata style pemerintahan besok menginginkan sampai MEF jilid III target itu diselesaikan, juga tak mengapa. Yang penting tetap bisa berjalan sesuai rencana.

Sekedar gambaran PDB Indonesia tahun 2013 berdasarkan data BPS berjumlah 9.084 trilyun rupiah meningkat dan searah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,78%. Jika anggaran pertahanan tetap, seirama dengan kenaikan PDB maka anggaran pertahanan ikut naik 5,78%. Selama ini anggaran pertahanan kita ada di kisaran 0,8 – 0,9 % dari PDB padahal Singapura saja sudah membagi anggaran pertahanannya sampai 4% dari PDB. Maka jika anggaran pertahanan kita bisa dinaikkan sampai 2% saja maka perkuatan militer RI akan semakin membahana.

Itu sebabnya banyak prediksi menyebut khusus untuk anggaran beli dan rawat senjata dalam MEF II (2015-2019) akan menyentuh angka US$ 20 milyar, naik US$ 5 milyar dari MEF I yang berjumlah US $15 milyar. Prediksi ini bukan sebuah impian atau angan-angan namun sangat realistis untuk dicapai. Angka 20 milyar dollar itu tentu bisa membelanjakan berbagai jenis alutsista termasuk bayar multi years alutsista yang sudah dipesan duluan.

Maka soal ujian MEF jilid dua nanti kira-kira bocoran soalnya begini. Apakah RI-1 nanti figur yang peduli melanjutkan MEF-1. Kalau ya apakah anggaran alutsista bisa dinaikkan minimal US$ 20 milyar. Kalau ya apakah yang akan dibeli untuk duit sebanyak itu. Sampai disini kemudian bumbu masak bernama “selera” mulai dimunculkan. Bumbu masak selera itu ada gerbang Kemhan. Maka jauh-jauh hari kita mengingatkan selera user alias pengguna mesti menjadi indikator utama rencana beli alutsista. Termasuk mengutamakan industri pertahanan dalam negeri yang mulai bersinar saat ini.

Isian alutsista di MEF II adalah menyediakan perabot untuk rumah Kogabwilhan. Sinergi pertahanan model Kogabwilhan membutuhkan alutsista dalam kuantitas dan kualitas yang menyengat. Jelaslah bahwa MEF II adalah faktor kunci untuk menuju perkuatan militer kita yang sebenarnya. Sejalan dengan itu dinamika kawasan juga akan semakin memperlihatkan kekuatan blok pemegang hegemoni dengan penantang hegemoni. Kita ada diantara keduanya dan kita tidak berpihak pada keduanya. Padahal arena tarung memperebutkan piala hegemoni itu ada di sekitar halaman kita. Jadi kita harus perkuat pagar teritori kita dengan alutsista berkualitas. MEF II adalah soalnya, yang menjawab adalah Next RI-One.

****

Jagvane / 28 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar