Persiapan pembuatan pesawat ini mulai sejak 2013 lalu. Ada beberapa tahapan proses pembuatan pesawat berkapasitas 80 penumpang ini.
Presiden Direktur RAI Agung Nugroho menyebutkan pengembangan pesawat baling-baling ini terbagi menjadi 3 fase:
Fase pertama merupakan tahap desain awal atau preliminary design, uji pasar, uji finansial dan bisnis, mencari konsumen dan rencana bisnis. Fase ini dilakukan di tahun 2013-2014.
"Kita sekarang di dalam business plan (rencana bisnis) dan pleminiary design atau design awal," kata Agung ditemui di acara MoU antara PT RAI dengan Dassault Systèmes di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (8/4/2014).
Fase kedua, yaitu full scale development (pengembangan skala penuh) dilakukan dari tahun 2014 hingga 2017. Di fase ini dilakukan langkah-langkah yang lebih konkret antaralain detail design, pembuatan prototipe, uji coba terbang, sertifikasi tipe dan produk serta persiapan industrialisasi atau produksi massal.
Komisari PT RAI, Ilham Habibie mengatakan pada tahun depan prototipe pesawat ini sudah bisa dibuat. Juga termasuk harga dari pesawat ini pun sudah bisa diketahui.
"Kita belum tuntas, kita belum pilih engine, kokpitnya itu kalau sudah kita bakukan designya. Mungkin pertengahan atau akhir tahun. Kalau itu selesai definisi pesawat itu sudah oke, maka kita bisa berikan harga," katanya.
Fase ketiga, yaitu serial production, sales and product support. Fase yang dilakukan di 2018-selanjutnya ini mencakup produksi, penjualan, purna jual, dan pengembangan lebih jauh.
PT Regio Aviasi Industri (RAI) Bekerjasama dengan Dassault Systèmes Prancis
Perusahaan pembuat pesawat di dalam negeri PT Regio Aviasi Industri (RAI), mendapat bantuan dari perusahaan di sektor software design 3D asal Prancis, Dassault Systèmes untuk membuat desain pesawat R80.
Adapun pesawat sipil Regio Prop (R-80) adalah penerus pesawat N-250 yang diciptakan BJ Habibie. Saat ini pesawat tersebut diteruskan pembuatannya oleh anak BJ Habibie yaitu Ilham Habibie lewat RAI.
Pabrik pembuat pesawat R80 ini akan memasang platform Dassault Systèmes 3D EXPERIENCE untuk mendukung rekayasa kolaboratif dan pekerjaan manufakturnya.
Sedangkan Dassault Systèmes akan menyediakan solusi untuk kedirgantaraan, dan mengukur kemajuan proyek berdasarkan semua kriteria utama yang meliputi biaya, jadwal, beban kerja, kinerja, risiko, dan peluang.
"Dengan platform 3D EXPERIENCE Dassault Systèmes, kami ingin mengetahui secara real time perkembangan program pesawat kami mulai dari desain, simulasi, hingga perencanaan produksi dan integrasi," kata Presiden Direktur RAI Agung Nugroho di acara MoU PT RAI dengan Dassault Systèmes di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (8/4/2014).
"Hal ini memastikan program kami akan terlaksana tepat waktu, sesuai anggaran dan pada saat yang sama meningkatkan nilai produk konsumen," tambah dia.
RAI akan memanfaatkan potensi dari platform 3D EXPERIENCE dengan keahlian Dassault Systèmes dan mitra bisnisnya di Indonesia, PT Nusantara Secom Infotech (PT NSI). Kerja sama ini akan membantu RAI menyelesaikan pesawat yang tengah dibuatnya, R80.
"Dassault Systèmes telah mendorong banyak inovasi yang mengubah cara kerja para insinyur, desainer, dan pemasok. Platform kami akan berfungsi sebagai katalis untuk memanfaatkan dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan RAI dan rantai pasokannya untuk menyelesaikan program R80 seperti yang dijanjikan," ungkap Managing Director for Asia Pasific South Dassault Systèmes, Samson Khaou.
Saat ini pesawat R80 yang berkapasitas 80 orang tersebut masih dalam tahap produksi. Ditargetkan, pesawat komuter sipil ini akan melakukan penerbangan perdananya pada 2017.
Diproduksi 400 Unit
Rancangan pesawat R80 karya mantan Menristek BJ Habibie saat ini sudah masuk tahap preliminary design atau desain awal yang tertuang dalam rencana bisnis. Rencananya dalam 20 tahun, sebanyak 400 unit pesawat ini akan diproduksi di pabrik PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Bandung, Jawa Barat.
"Kita sekarang sedang dalam rencana bisnis. 400 pesawat dalam 20 years," kata Presiden Direktur PT Ragio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho dalam acara penandatanganan MoU antara PT RAI dengan Dassault Systèmes di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (8/4/2014).
Agung mengatakan, setelah preliminary design selesai, pada periode 2014-2017 pesawat berkapasitas 80 penumpang ini masuk ke dalam detail design, selanjutnya dibuat prototipe dan design pesawat yang lebih rinci. Setelah ada prototipe, pesawat akan masuk ke tahap sertifikasi dan pengujian terbang perdana.
"Sumber daya manusia kita akan ambil dari PT DI, karena kita tidak punya sumber daya manusia yang besar, tapi kita punya ahli untuk mengembangkan R80. Kita masuk tahap akhir preliminary design, setelah itu detail design, dirinci ke yang lebih detail," papar Agung.
Di tempat yang sama, Komisaris PT RAI yang juga merupakan putra dari BJ Habibie, Ilham Habibie mengatakan akhir tahun ini diharapkan desain awal sudah rampung. Sehingga tahun depan, prototipe sudah bisa dibuat.
"Kita belum tuntas, kita belum pilih engine, kokpitnya itu kalau sudah kita bakukan desainnya. Mungkin pertengahan atau akhir tahun. Kalau itu selesai definisi pesawat itu sudah oke, maka kita bisa berikan harga," jelas Ilham.
Dipesan 6 Maskapai Nasional
Pesawat sipil Regio Prop (R80) rancangan Mantan Menristek BJ Habibie sudah banyak dipesan maskapai penerbangan di dalam negeri. Tercatat sudah ada 6 maskapai penerbangan yang berminat terhadap pesawat berkapasitas 80 penumpang ini.
Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang memproduksi pesawat ini, Ilham Habibie mengatakan 6 maskapai penerbangan tersebut adalah maskapai yang beroperasi di rute-rute pendek, karena spesifikasi pesawat R80 cocok untuk rute pendek.
"Ada Nam Air, Sky Aviation, Wings Air, Citilink, Merpati, dan Kalstar. Mereka dari awal sudah ikut, sudah masuk," kata Ilham di sela acara penandatanganan MoU antara PT RAI dengan Dassault Systèmes di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (8/4/2014).
Ilham menuturkan, saat ini PT RAI akan fokus di pasar dalam negeri terlebih dahulu, sebelum merambah pasar global. Rencananya pesawat ini juga akan dipasarkan di kawasan ASEAN karena rute-rute maskapai penerbangan di Asia Tenggara tak berbeda jauh dengan di Indonesia.
"Kita konsentrasi di domestik dulu. Pasar dunia yang paling dinamis itu di Indonesia. Tentu kita akan ke luar negeri," kata putra dari BJ Habibie ini.
Sementara itu, Presiden Direktur PT RAI Agung Nugroho menyebutkan dari semua maskapai yang ditawari pesawat R80, ada 2 yang sudah melakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI). Maskapai tersebut di antaranya Nam Air dan Kalstar.
"Kita sudah menandatangani LoI dengan 2 maksapai Indonesia yaitu Nam Air 100 pesawat dan Kalstar mereka berencana membeli 25 pesawat," terang Agung.
(Detik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar