Sadar atau tidak, telah terjadi perlombaan senjata pada
angkatan-angkatan laut di kawasan Asia Pasifik. Analis memperkirakan
bahwa dalam dua puluh tahun ke depan, Asia Pasifik akan menghabiskan
dana sebesar USD 200 miliar untuk meningkatkan kemampuan tempur angkatan
lautnya.
Lebih dari 400 kapal perang utama dan hampir seribu kapal patroli dan kapal pendukung akan dibangun di Asia Pasifik. Termasuk dalam kategori kapal perang utama yang akan dibangun adalah lebih dari seratus kapal selam, yang tampaknya akan menjadi kapal perang pilihan bagi angkatan-angkatan laut di Asia Pasifik terutama bagi negara yang khawatir akan pertumbuhan pesat kekuatan Angkatan Laut China.
Negara pemboros terbesar dalam perlombaan senjata di Asia Pasifik ini ini tidak lain adalah China, lalu Korea Selatan, Jepang dan Australia. Setiap negara di kawasan Asia pasifik dengan latar belakang ekonomi apapun kini berusaha mendapatkan kapal perang dan pesawat angkatan laut baru.
Asia Pasifik sedang berada dalam euforia dalam membeli kapal selam. Sebut saja Vietnam, negara yang memiliki sengketa wilayah dengan China ini membeli 6 kapal selam kelas Kilo dari Rusia, Malaysia membeli 2 kapal selam Kelas Scorpene dari Prancis, Singapura membeli 2 kapal selam Kelas Archer dari Swedia dan 2 kapal selam Type 218 SG dari Jerman (sebelumnya telah ada 4 kapal selam Kelas Challenger), Australia yang sudah mempersiapkan dana USD 20 miliar untuk kemungkinan pembelian 10 kapal selam Soryu dari Jepang, dan termasuk negara kita Indonesia yang membeli kapal selam Kelas Changbogo dari Korea Selatan. Ini hanya dari kapal selam dari sebagian negara ASEAN (plus Australia), belum lagi duo Korea, Taiwan dan Jepang atau negara lain di kawasan yang saat ini sedang mencari kapal selam baru, seperti Thailand.
Saat ini Angkatan Laut China belum memiliki superioritas yang besar di kawasan ini, namun arahnya sudah terlihat kesana. Angkatan Laut China baru-baru ini mengoperasikan kapal induk pertamanya dan memproduksi massal kapal perusak canggih yang mirip dengan kapal perusak Kelas Arleigh Burke Amerika Serikat dan kapal selam konvensional yang mirip dengan Kelas Kilo Rusia.
Untuk kapal selam nuklir, saat ini China masih mengalami masalah dengan pengembangannya, tetapi China terus mengembangkan kapal selam nuklir serang (SSN) kelas baru (lebih baik dari SSN sebelumnya) dan kapal selam nuklir rudal balistik (SSBN). Jika tidak diimbangi dengan peningkatan pesat persenjataan angkatan-angkatan laut di kawasan Asia Pasifik, Angkatan Laut China akan menjadi yang terkuat dan mendominasi Asia Pasifik dalam dua dekade ke depan.
Lebih dari 400 kapal perang utama dan hampir seribu kapal patroli dan kapal pendukung akan dibangun di Asia Pasifik. Termasuk dalam kategori kapal perang utama yang akan dibangun adalah lebih dari seratus kapal selam, yang tampaknya akan menjadi kapal perang pilihan bagi angkatan-angkatan laut di Asia Pasifik terutama bagi negara yang khawatir akan pertumbuhan pesat kekuatan Angkatan Laut China.
Negara pemboros terbesar dalam perlombaan senjata di Asia Pasifik ini ini tidak lain adalah China, lalu Korea Selatan, Jepang dan Australia. Setiap negara di kawasan Asia pasifik dengan latar belakang ekonomi apapun kini berusaha mendapatkan kapal perang dan pesawat angkatan laut baru.
Asia Pasifik sedang berada dalam euforia dalam membeli kapal selam. Sebut saja Vietnam, negara yang memiliki sengketa wilayah dengan China ini membeli 6 kapal selam kelas Kilo dari Rusia, Malaysia membeli 2 kapal selam Kelas Scorpene dari Prancis, Singapura membeli 2 kapal selam Kelas Archer dari Swedia dan 2 kapal selam Type 218 SG dari Jerman (sebelumnya telah ada 4 kapal selam Kelas Challenger), Australia yang sudah mempersiapkan dana USD 20 miliar untuk kemungkinan pembelian 10 kapal selam Soryu dari Jepang, dan termasuk negara kita Indonesia yang membeli kapal selam Kelas Changbogo dari Korea Selatan. Ini hanya dari kapal selam dari sebagian negara ASEAN (plus Australia), belum lagi duo Korea, Taiwan dan Jepang atau negara lain di kawasan yang saat ini sedang mencari kapal selam baru, seperti Thailand.
Saat ini Angkatan Laut China belum memiliki superioritas yang besar di kawasan ini, namun arahnya sudah terlihat kesana. Angkatan Laut China baru-baru ini mengoperasikan kapal induk pertamanya dan memproduksi massal kapal perusak canggih yang mirip dengan kapal perusak Kelas Arleigh Burke Amerika Serikat dan kapal selam konvensional yang mirip dengan Kelas Kilo Rusia.
Untuk kapal selam nuklir, saat ini China masih mengalami masalah dengan pengembangannya, tetapi China terus mengembangkan kapal selam nuklir serang (SSN) kelas baru (lebih baik dari SSN sebelumnya) dan kapal selam nuklir rudal balistik (SSBN). Jika tidak diimbangi dengan peningkatan pesat persenjataan angkatan-angkatan laut di kawasan Asia Pasifik, Angkatan Laut China akan menjadi yang terkuat dan mendominasi Asia Pasifik dalam dua dekade ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar