Bandung, MiliterNews – Kemenhan berencana mengorder 23 unit tank ringan retrofit (modifikasi) AMX-13 untuk tahap pertama ke PT Pindad.
“Kami berencana membuat 23 unit untuk pesanan pertama. Namun, kami bakal teruskan karena masih 400 populasi AMX-13 yang harus kita retrofit,” ujar Wamenhan, Sjafrie Sjamsoeddin, saat inspeksi di PT Pindad, Bandung, kemarin.
Sjafrie yang juga menjabat sebagai High Level Comittee (HLC), komite yang terdiri dari Kemenhan, Bappenas, dan Kemenkeu yang memantau kemampuan PT Pindad dalam memenuhi kebutuhan Kemenhan terkait modernisasi alutsista.
“Saya melihat ada kemajuan, Pindad menampilkan satu prototipe tank ringan AMX-13 yang kita modifikasi teknologinya lebih tinggi daripada sebelumnya,” kata Wamenhan.
Wamenhan mengharapkan finalisasi pesanan pertama itu pada 5 Oktober 2014 karena merupakan terminasi dari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
Selain itu, Sjafrie mengharapkan retrofit dari 400 populasi AMX 13 bisa terlaksana pada tahun anggaran 2015-2019. Wamenhan juga mengatakan Kemenhan juga ingin memesan 250 panser Anoa untuk kebutuhan TNI.
Sementara Direktur Utama PT Pindad, Tri Hardjono, mengakui ada kendala teknis dalam me- retrofit AMX-13 yang masuk
program
2011. “Kendala teknisnya karena memang ini tank lama, setelah perang
dunia kedua. Sehingga material cari yang buatan dulu. Arahan Pak
Wamenhan, kami terus untuk berjalan,” ujar Tri. Karena itu, ujarnya,
sulit juga memenuhi target retrofit 400 AMX-13.
“Problemnya karena ini
tank lama, tank tua. Agak kesulitan membuat komponen sedang kami
hitung-hitung. Karena itu kami juga punya program membuat tank medium
dengan senjata 1,05 dan punya kemampuan untuk menjadi tank modern. Itu
yang dibutuhkan kavaleri.”Secara ekonomi biaya retrofit tank lebih murah daripada membeli tank baru. Tri menyebutkan, harga tank baru minimal Rp 30 miliar sedangkan tank retrofit Rp 9 miliar hingga Rp 10 miliar.
Selain retrofit AMX-13 dan Anoa, ada juga produk baru yaitu kendaraan intai. Menurut Sjafrie, kendaraan intai ini bisa digunakan untuk mengangkut personel dengan kecepatan yang lebih tinggi. Prototipe kendaraan intai ini, imbuhnya, sedang dibuat dan nantinya dipakai oleh Pasukan Khusus TNI AD.
Wamenhan menyebutkan kelebihan buatan Pindad karena mampu menyesuaikan postur prajurit dan kebutuhan operasional sehingga amat meyakinkan prajurit. “The man behind the gun, harus cocok. Bahkan, sekarang (TNI) selalu menjadi pemenang pertandingan menembak di Asia Pasifik,” ujar Sjafrie.
Kemenhan sudah membuat satu road map bagi pembangunan industri stategis pertahanan alutsista, memiliki range master list untuk kebutuhan hingga 2029. Namun itu tergantung kebijakan pemerintah selanjutnya dan kemampuan anggaran. (Tribunnews)
AMX-13, Produksi Perancis 1952-1987
Tank ringan ini diproduksi oleh Prancis mulai tahun 1952 hingga 1987. Utamanya digunakan oleh militer Perancis, namun juga telah diekspor ke 25 negara lainnya. Diperkirakan AMX-13 beserta variannya sudah diproduksi sekitar 7.700 unit, dimana sekitar 3.400 unit telah diekspor dan masih ada sekitar 400 unit di Indonesia.
Tank yang berbobot 14,5 ton ini berdimensi panjang 6,36 m, lebar 2,51 m, tinggi 2,35 m dan diawaki oleh 3 kru yaitu komandan, penembak dan pengemudi. Senjata utamanya adalah kaliber 75 mm atau juga 90 mm, sedangkan senjata sekundernya adalah senapan mesin 7,62 mm. Didukung oleh SOFAM Model 8Gxb 8 silinder berpendingin air, mesin ini menghasilkan kekuatan dan kecepatan masing-masing 250 hp dan 60 km/jam dengan jangkauan operasional hingga 400 km.
Setelah diretrofit oleh PT Pindad, tank ini akan memiliki tampilan yang berbeda dari aslinya. Modifikasi utamanya terjadi pada lambung yang lebih diperpanjang sekitar 20 cm. Hal ini guna menempatkan mesin baru (kabarnya) Navistar buatan AS yang menghasilkan kekuatan sebesar 400 hp.
Selain lambung dan mesin, turret atau kubahnya juga dimodifikasi guna menempatkan meriam 105 mm. Sistem kontrol tembak dan visi malam juga akan dipasangkan untuk menambah kemampuan tempurnya. Beberapa modifikasi lain dalam retrofit AMX-13 oleh PT Pindad adalah pada tanki BBM, rak amunisi, suspensi dan transmisi. (Artlr)
Editor : Teguh Windharto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar