TNI AD menambah koleksi artileri kelas beratnya. Sebanyak 18 meriam senilai USD 944 ribu telah didatangkan dari Korea Selatan.
"Ada 18 meriam yang baru saja dibeli. Ini terbesar dalam sejarah TNI AD. Meriam dengan kaliber 155 mm," ujar Kepala Staf TNI AD, Jenderal Budiman di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Mei 2014.
Meriam yang dimaksud adalah Howitzer KH 179 yang didatangkan sebulan yang lalu. Meriam berbobot 5.000 kg itu merupakan buatan pabrikan KIA Machine Tool Company (sekarang bernama WIA Corporation), Korea Selatan.
"Ada 18 meriam yang baru saja dibeli. Ini terbesar dalam sejarah TNI AD. Meriam dengan kaliber 155 mm," ujar Kepala Staf TNI AD, Jenderal Budiman di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Mei 2014.
Meriam yang dimaksud adalah Howitzer KH 179 yang didatangkan sebulan yang lalu. Meriam berbobot 5.000 kg itu merupakan buatan pabrikan KIA Machine Tool Company (sekarang bernama WIA Corporation), Korea Selatan.
Menurut KASAD, meriam ini nantinya akan ditempatkan di tiga daerah di Indonesia yakni di Aceh, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur guna melengkapi persenjataan yang sudah ada.
Daya jangkau KH 179 adalah 22 km dengan Normal HE Projectiles atau 30 km dengan Rocket-Assisted Projectile.
"Sampai saat ini yang kita punya memiliki jarak lontar 12 km. Meriam baru ini bisa mencapai 30 km. Ini untuk menutup dan untuk menjaga keutuhan negara," tambah KASAD.
Selain meriam, truk penarik meriam juga ikut diboyong dari Korea Selatan dengan harga senilai USD 170 ribu. Harapannya, meriam baru ini bisa menggantikan meriam yang lama. Pasalnya, meriam yang ada sudah kuno.
(Renatha Swasty/Metro TN news). Semua gambar milik: ANTARA/Wahyu Putro A/fz
"Sampai saat ini yang kita punya memiliki jarak lontar 12 km. Meriam baru ini bisa mencapai 30 km. Ini untuk menutup dan untuk menjaga keutuhan negara," tambah KASAD.
Selain meriam, truk penarik meriam juga ikut diboyong dari Korea Selatan dengan harga senilai USD 170 ribu. Harapannya, meriam baru ini bisa menggantikan meriam yang lama. Pasalnya, meriam yang ada sudah kuno.
(Renatha Swasty/Metro TN news). Semua gambar milik: ANTARA/Wahyu Putro A/fz
KH 179
Pengembangan meriam Howitzer KH 179 155 mm oleh KIA Machine Tool Company
(sekarang WIA Corporation) dimulai pada tahun 1979 dan selesai pada
tahun 1982. KH 179 sudah digunakan oleh Angkatan Darat Korea Selatan
sejak awal tahun 1983.
KH 179 merupakan meriam hasil konversi dari meriam Howitzer M114A1 Amerika dengan carriage baru untuk mengakomodasi kaliber 155 mm atau laras baru. Beberapa bagian tertentu dari carriage
juga sudah diubah untuk menyesuikan dengan laras dan peralatan kontrol
tembak baru. KH 179 dinilai cukup ringan untuk dimobilisasikan dengan
menggunakan airlifter Hercules C-130.
KH 179 dilengkapi dengan dua teleskop untuk menembak langsung dan tidak langusng. Untuk menembak tidak langsung, teleskop panorama
dengan 4x pembesaran dan 10 derajat bidang pandang yang dipasang di
sisi kiri. Sedangkan untuk menembak langsung, teleskop siku dengan 3x
pembesaran dan bidang pandang 13,5 derajat dipasang pada sisi kanan agar
efektif dalam jangkauan 1.500 meter.
KH 179 menembakkan amunisi 155 mm standar NATO dan juga bisa menggunakan
proyektil ERFB. Jangkauannya adalah 22.000 meter dengan menggunakan HE
projectiles dan 30.000 meter dengan menggunakan RAP. Firing rate-nya adalah 4 kali permenit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar