Rabu, 25 Juni 2014

Jika tak ada Leopard, bagaimana TNI hadapi Tank PT-91 Malaysia?

MBT Pendekar Malaysia

C
apres Joko Widodo mengkritik pembelian tank kelas berat Leopard. Dia menilai tank berbobot 62 ton ini terlalu berat untuk jalan-jalan di Indonesia. Bobot tank juga tak bisa ditahan oleh jembatan-jembatan di Indonesia.

Sementara Capres Prabowo Subianto menilai Indonesia memang butuh tank kelas berat. Mantan Panglima Kostrad ini mencontohkan tahun 1970an saja tentara Vietnam Utara sudah menggunakan tank kelas berat. Masak, Indonesia sampai tahun 2000an tak punya tak kelas berat.

"Vietkong itu sudah pakai main battle tank. Mereka menyerang dengan main battle tank," kata Prabowo dalam debat capres, Minggu (23/6) malam.

Menengok kekuatan negara tetangga, Malaysia sudah lebih dulu membeli 45 buah PT-91M sekitar tahun 2007 dari Polandia. Tank yang diberi nama Pendekar itu berbobot 45,5 ton. Senjatanya kanon 125 mm 2A46M, senapan mesin 12,7 mm dan 7,62 mm. Malaysia membeli tank ini untuk menggantikan Tank ringan Scorpion buatan Inggris.

PT-91M Pendekar kini menjadi andalan resimen kavaleri Malaysia. Lapisan pelindungnya ERAWA 3 Explosive Reactive Armour, cukup kuat untuk menahan gempuran RPG, roket antitank atau tembakan kanon meriam 100 mm. Tank ini mampu digeber dengan kecepatan 70 km/jam.

 Bagaimana dengan Indonesia? 

Sejak tahun 1995, satuan kaveleri TNI AD hanya mengandalkan tank ringan FV101 Scorpion. Bobot tank ini hanya 8,74 ton. Dipersenjatai kanon 90 mm dan senapan mesin 7,62 mm. Keunggulannya dibanding PT-91 M hanya kecepatannya yang lebih tinggi mencapai 80 km/jam.

Soal proteksi, daya dobrak atau kekuatan tembak, jelas Scorpion sulit diadu dengan si Pendekar negeri Jiran.

Jika misal terjadi perang tank di perbatasan Kalimantan dan Sabah tentu tank Scorpion bukan tandingan PT-91.

Baru jika Indonesia memiliki tank kelas berat Leopard, pertempuran monster lapis baja ini bisa dimenangkan kavaleri TNI AD.

  ★ Merdeka 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar