Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Ida Bagus Putu Dunia
menyatakan TNI akan membeli pesawat amfibi. Hal ini untuk memaksimalkan
upaya pemberantasan praktik pencurian ikan di perairan Indonesia. Selain
itu, pesawat amfibi tersebut akan difungsikan TNI dalam menjalankan
patroli laut maupun udara.
"Salah satu jenis pesawat jet amfibi tersebut yakni Be-200," ujar KSAU, dalam jumpa pers di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 22 Desember 2014, seperti yang dilaporkan Kompas.
KSAU menuturkan, rencana pembelian pesawat amfibi tersebut diutarakan saat Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke wilayah perbatasan Indonesia di Kalimantan Timur. Di sana, Presiden melihat langsung aktivitas patroli darat maupun laut oleh TNI dalam menjaga wilayah perairan Indonesia. Kemudian, kata KSAU, TNI menawarkan solusi kepada Presiden untuk membeli pesawat amfibi.
"Kami sampaikan solusi dalam hal pelaksanaan penindakan dan pencurian ikan di wilayah laut, berupa pesawat amfibi yang bisa mendarat di laut dengan karakteristik mampu di gelombang yang tinggi," ucap KSAU.
KSAU menerangkan, dengan kemampuannya yang bisa mendarat di permukaan laut, pesawat amfibi mampu menahan para pencuri ikan agar tidak melarikan diri. Pesawat tersebut juga mampu membawa tim untuk melakukan pengamanan laut. KSAU mengatakan Presiden menyetujui usul tersebut.
Pesawat amfibi yang dimaksud adalah pesawat Beriev Be-200 Altair buatan
pabrikan Irkut (juga memproduksi Su-27 dan Su-30) asal Rusia. Pesawat
tersebut biasanya digunakan untuk melakukan pemadaman hutan karena mampu
mengangkut bom air. Selain itu, pesawat tersebut juga digunakan oleh
tim SAR untuk kegiatan penanganan bencana maupun pencarian orang.
Pesawat Beriev Be-200 Altair yang mampu mengangkut 44 orang ini berdimensi panjang 32 m, rentang sayap 32,8 m, berat kosong 27.600 kg dan maksimal berat lepas landas 41.000 kg. Dengan dua mesin Progress D-436TP turbofans, pesawat ini terbang dengan kecepatan maksimal 700 km per jam dan jangkauan 2.100 kilometer. Saat ini baru dua negara yang menggunakan pesawat amfibi besar ini, yaitu Azerbaijan dan Rusia sendiri.
Baca juga: Lepas landas dan Mendarat Dimanapun: Rusia Perkenalkan UAV Amfibi
Pesawat Beriev Be-200 Altair yang mampu mengangkut 44 orang ini berdimensi panjang 32 m, rentang sayap 32,8 m, berat kosong 27.600 kg dan maksimal berat lepas landas 41.000 kg. Dengan dua mesin Progress D-436TP turbofans, pesawat ini terbang dengan kecepatan maksimal 700 km per jam dan jangkauan 2.100 kilometer. Saat ini baru dua negara yang menggunakan pesawat amfibi besar ini, yaitu Azerbaijan dan Rusia sendiri.
Baca juga: Lepas landas dan Mendarat Dimanapun: Rusia Perkenalkan UAV Amfibi
Di lain sisi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI
Marsetio menyatakan, rencana pembelian pesawat amfibi tersebut sangat
efektif untuk mendukung TNI AU dalam mengatasi pencurian ikan di laut
Indonesia.
"Itu sangat efektif untuk mengatasi kegiatan ilegal. Tentu kebutuhan dan kekurangan dengan adanya pesawat melakukan patroli kini bisa dilakukan. Bahkan pesawat sejenis itu pernah dimiliki TNI AL pada tahun 65-an (buatan Rusia)," jelas KSAL.
Terkait anggaran, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan telah memasukannya dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015. Hal itu merupakan salah satu upaya mewujudkan program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
"Itu sangat efektif untuk mengatasi kegiatan ilegal. Tentu kebutuhan dan kekurangan dengan adanya pesawat melakukan patroli kini bisa dilakukan. Bahkan pesawat sejenis itu pernah dimiliki TNI AL pada tahun 65-an (buatan Rusia)," jelas KSAL.
Terkait anggaran, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan telah memasukannya dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015. Hal itu merupakan salah satu upaya mewujudkan program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Sumber: Kompas / Liputan 6 / Detik
Gambar via Taringa.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar