Armada kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat saat ini merupakan yang tercanggih di dunia, banyak disebarkan di kawasan Asia Pasifik.
Ketika beroperasi di wilayah konflik internasional, kapal-kapal selam AS
akan bertugas mengumpulkan data intelijen, melindungi kapal permukaan
dan menerjunkan tim NAVY SEAL dengan kemungkinan terdeteksi kecil.
Namun ada satu hal yang kini menjadi masalah armada kapal selam AS, yaitu usia dan dana. Di tahun-tahun mendatang, jumlah kapal selam serang Angkatan Laut AS akan terus menyusut dari saat ini 55 unit menjadi 41 unit pada tahun 2028, yang rencananya penurunan ini akan diimbangi dengan produksi kapal selam baru. Masalah tampaknya tuntas, namun ketika pada saatnya nanti AS berhasil mengakuisisi 22 kapal selam Kelas Virginia yang masing-masing senilai USD 2 miliar itu pada tahun 2028, ternyata sudah banyak pula kapal selam Kelas Los Angeles yang dibangun antara tahun 1970-1980 an yang sudah pensiun.
Namun ada satu hal yang kini menjadi masalah armada kapal selam AS, yaitu usia dan dana. Di tahun-tahun mendatang, jumlah kapal selam serang Angkatan Laut AS akan terus menyusut dari saat ini 55 unit menjadi 41 unit pada tahun 2028, yang rencananya penurunan ini akan diimbangi dengan produksi kapal selam baru. Masalah tampaknya tuntas, namun ketika pada saatnya nanti AS berhasil mengakuisisi 22 kapal selam Kelas Virginia yang masing-masing senilai USD 2 miliar itu pada tahun 2028, ternyata sudah banyak pula kapal selam Kelas Los Angeles yang dibangun antara tahun 1970-1980 an yang sudah pensiun.
Pada tahun 2020, 14 kapal selam rudal balistik Angkatan Laut AS juga
perlu diganti. Sampai pada masalah ini, belum seorang pun baik di
Kongres AS atau Pentagon yang tahu darimana mereka bisa mendapatkan dana
untuk membangun 12 kapal selam pengganti yang taksiran biayanya
mencapai USD 95 miliar.
Apakah misi-misi kapal selam AS juga akan menurun seiring penurunan
jumlahnya? Sukar untuk menebak efek dari kekurangan kapal selam terhadap
misi rutin Angkatan Laut AS, karena kabar misi-misi mereka bukan untuk
konsumsi publik. Namun ada juga yang diketahui soal penyebaran armada
kapal selam AS selama beberapa tahun terakhir, salah satunya misi rutin
ke Laut China Selatan, dimana transit perdagangan AS disini senilai USD
1,2 triliun. Selain itu, laut ini juga menjadi pusat ketegangan dan
konflik antara China dengan beberapa sekutu dan mitra AS.
Realitas soal menurunnya kapal selam AS beberapa tahun ke depan tentu
akan memicu skeptisisme negara-negara di kawasan Asia Pasifik mengenai
apakah AS akan mampu mempertahankan Asia Pasifik sebagai prioritas
jangka panjang mereka, sebagaimana yang telah diungkapkan para pemimpin
Pentagon.
Keraguan juga muncul akibat anggaran pertahanan AS yang saat ini dalam
kondisi sengsara. Kongres AS juga belum menemukan solusi bagaimana
mengatasi pemotongan anggaran pertahanan
yang secara otomatis sudah menyebabkan AS menurunkan jumlah misi-misi
militer dan menurunkan belanja senjata dan peralatan pertahanan.
Sekaligus juga berdampak pada pabrik-pabrik kapal AS.
AS berencana mengakuisisi hingga dua kapal selam baru Kelas Virginia
baru setiap tahun dan mengganti kapal selam Kelas Ohio yang diasumsikan
akan senilai USD 19 miliar. Dana ini tidak kecil, dan jumlah merupakan
beberapa kali lipat dana pembuatan kapal AS dalam satu tahun yang
rata-rata hanya USD 6 miliar pertahunnya. Seperti yang diungkapkan oleh
seorang petinggi militer AS bahwa rencana pembuatan kapal selam masih di
atas kertas, belum memiliki dana.
Petinggi-petingi Angkatan Laut AS juga telah menegaskan bahwa jumlah
kapal selam mereka akan menurun selama tahun-tahun mendatang. Namun,
mereka mengatakan bahwa ada langkah-langkah yang bisa diambil ketika
armada kapal selam telah menyusut. Salah satunya adalah dengan
memaksimalkan kapal selam yang ada, mereka akan berpatroli lebih lama
lagi di laut. Seperti yang diketahui, saat ini sudah banyak kapal
permukaan AS yang secara rutin melaut selama tujuh atau delapan bulan,
sementara kapal selam serang masih dikisaran 6 bulan.
Juga ada kemungkinan jika pada saatnya terbentur pilihan, Angkatan Laut
AS akan mengorbankan misi kapal selam di wilayah lain untuk mendukung
Pasifik. Yang mana saat ini armada kapal selam AS yang berbasis di
Pasifik adalah 60 persen dari total kapal selam AS.
Terus Mendominasi Pasifik dengan Bantuan Sekutu
Korea Selatan dan Jepang berencana meningkatkan jumlah armada kapal
selam mereka secara signifikan. AS juga bekerjasama dengan awal kapal
selam dari Australia dan Malaysia, dan juga telah berdialog dengan
Thailand terkait keinginan negara ini untuk membangun program kapal
selam. Hubungan militer AS dengan Vietnam juga semakin hangat, yang
sebelumnya mendapatkan enam kapal selam Kelas Kilo dari Rusia.
AS menilai sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Pasifik, mau
bekerjasama dalam urusan menjaga kestabilan di wilayah Asia Pasifik,
seperti kebebasan navigasi dan penerbangan karena ekonomi global sangat
tergantung akan hal ini. Sementara China berbeda dalam pandangan AS,
negara ini telah mengumumkan zona indentifikasi pertahanan udara atas
Kepulauan Senkaku yang disengketakan Jepang namun dikelola oleh Jepang,
yang disebut China sebagai Kepulauan Diaoyu. Selain juga konflik kecil
antara AL China dan AL Vietnam yang juga terkait sengketa wilayah.
Tentunya AS terus berusaha menempatkan aset militer yang besar di
wilayah ini, termasuk armada kapal selam, untuk menunjukkan komitmen
kepada sekutu dan mitra yang mana wilayah ini telah didominasi AS sejak
Perang Dunia II. Selain juga untuk menghalau China yang tampaknya ingin
mengambil alih dominasi AS atas Pasifik seiring pembangunan armada angkatan lautnya yang sangat pesat.
Tapi pertanyaannya, bagaimana AS bisa meyakinkan sekutu dan mitranya di
Pasifik tanpa harus meningkatkan ketegangan dengan China yang memiliki
respon kontraproduktif? Sulit dijawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar