Kamis, 14 Agustus 2014

Operasi AS-202 Bravo Dihentikan

Pesawat latih mula AS-202 Bravo buatan Swiss (photo : TNI AU)

SUKOHARJO, KOMPAS - TNI Angkatan Udara menghentikan sementara pengoperasian pesawat latih AS-202 Bravo menyusul jatuhnya salah satu pesawat tersebut di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pengoperasian kembali AS-202 Bravo menunggu hasil penyelidikan.

Hal itu disampaikan Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Marsekal Pertama Agus Munandar di lokasi jatuhnya pesawat di Dukuh Jogodayoh, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/8). "Sambil menunggu penyelidikan, sementara (pesawat AS-202 Bravo) tidak kami terbangkan. Nanti menunggu hasil dari tim yang melakukan penyelidikan itu," ujar Agus.

Agus menyatakan belum mengetahui dugaan sementara penyebab jatuhnya pesawat latih buatan Swiss itu. Pesawat yang mulai dioperasikan TNI AU sejak tahun 1982 itu disebutnya masih layak terbang. "Masih bisa untuk pendidikan," katanya.

Saat ini ada 10 pesawat jenis AS-202 Bravo yang digunakan Wing Pendidikan Terbang Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Sebagian pesawat itu, menurut Agus, ditempatkan di Lanud Adi Soemarmo, Solo, setelah penyelidikan tuntas dan diketahui hasilnya, TNI AU berencana menerbangkan kembali. "Kalau hasil penyelidikan sudah didapatkan, akan kami terbangkan lagi," katanya.

Seperti diberitakan, pesawat latih AS-202 Bravo milik TNI AU Wing Pendidikan Terbang Pangkalan TNI AU Adisutjipto, Yogyakarta, jatuh di persawahan Dukuh Jogodayoh, Selasa siang. Mayor Penerbang Surono dan Sersan Siswa Putu Pandu Wahyu Pratama (siswa Pendidikan Sukarela Dinas Pendek Skuadron Pendidikan 101 Lanud Adisutjipto) berupaya mendarat darurat di sawah. Keduanya selamat dalam kecelakaan itu. Badan pesawat, Rabu, sudah dievakuasi dari tengah sawah. Proses evakuasi memakan waktu lebih kurang tujuh jam.

Modernisasi Berlangsung

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Rabu mengatakan, sejumlah pesawat latih modern sudah dan sedang disiapkan untuk mengganti pesawat lama.

"Kami menyiapkan pesawat KT-1 Wongbee yang sudah lengkap 12 unit dari Korea Selatan sejak tahun 2004. Sementara sekarang secara bertahap sudah datang pesawat latih Grob dari Jerman yang akan lengkap tahun 2015 sejumlah 32 unit atau dua skuadron," ucap Hadi.

Keberadaan Wongbee dan Grob secara bertahap menghapuskan penggunaan pesawat latih Charlie dan Bravo. Pesawat latih AS-202 Bravo sebanyak 40 unit masih digunakan Skuadron Pendidikan (Skadik) TNI AU, Skadik TNI AU sekarang terdiri atas Skadik 101, 102, 103, dan 104. Skuadron 104 merupakan skadik dalam ruang (ground school).

Sementara itu, untuk pesawat latih penerbang jet tempur, sudah disiapkan T-50 Baby Falcon buatan Korea Selatan sebagai lead-in fighter trainer. Sebanyak 16 unit atau satu skuadron T-50 sudah ada dan berpangkalan di Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

Secara terpisah, Direktur Program Imparsial Al Araf yang aktif dalam Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Militer mengatakan, modernisasi pesawat TNI AU merupakan kebutuhan dasar. "Dalam era modern warfare, kekuatan udara dan laut harus diperkuat. Namun pembelian alutsista (alat utama sistem persenjataan) itu harus sesuai perencanaan, tepat sasaran, transparan, dan akuntabel," ujar Al Araf.

(Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar