Jumat, 18 Maret 2016

Mi-28NE Night Hunter Menatap Dunia

mi-28NM
Batch pertama dari helikopter serang Mi-28NE Night Hunter telah bergulir dari jalur perakitan di pabrik Rosvertol di Rostov-on-Don. Mampukah dia menatap pasar internasional?
Helikopter serang Mi-28NE Night Hunter, versi ekspor dari helikopter Mil-28N yang dikembangkan oleh Rostvertol Rusia dikenal sebagai helikopter dengan kemampuan operasi segala cuaca siang atau malam. Pemburu malam dua kursi anti-armor ini disebut telah menarik perhatian pasar internasional.
Mi-28NE  yang NATO menyebutnya sebagai Havoc  dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghancurkan tank tempur, kendaraan lapis baja, personil,  kapal kecil angkatan laut, dan pesawat kecepatan dan ketinggian rendah.  Night Hunter juga dapat digunakan untuk menghancurkan situs dan instalasi pertahanan yang dilindungi.

Mi-28NE menawarkan sebuah sistem tempur elektronik yang terintegrasi. Modifikasi antara lain meliputi: gearbox utama untuk transmisi daya ke rotor yang lebih tinggi; bulah baru yang efisiensi dengan tips berbentuk menyapu; dan sistem kontrol injeksi bahan bakar mesin.
Sensor utama sistem tempur elektronik terpadu adalah radar antena microwave yang dipasang di atas rotor, dan sistem inframerah di depan.
Pilot menggunakan target designator helm-mount, yang mengalokasikan target untuk sistem pengawasan dan pengendalian tembakan. Petugas navigator / senjata kemudian mampu menyebarkan senjata dipandu atau senjata terhadap target. Sistem penargetan mengikuti arah mata pilot.
Mi-28NE Night Hunter ini didukung oleh dua mesin turboshaft VK-2500 yang masing-masing menghasilkan daya maksimum take-off dari 2,200hp.
Helikopter ini bisa memanjat pada tingkat 13.6m per detik  dan memiliki kemampuan terbang pada ketinggian 5.600 meter. Cruise dan kecepatan maksimum adalah 270 km / jam dan 300 km / jam  sementara rentang terbang adalah sekitar 435km.
Hampir selusin negara telah menunjukkan minat dalam membeli Night Hunter. Mereka adalah negara-negara CIS, Amerika Latin, Vietnam, Malaysia, Thailand, Bahrain, Iran, Mesir, Aljazair dan juga negara-negara di sub-Sahara Afrika, kata sumber di Departemen Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan kepada Gazeta.ru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar