Rabu, 23 Maret 2016

Pakistan, India dan Masa Depan Fighting Falcon


Bagram F-16s support ground operations in Helmand Province

Bisakah ikon Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon satu hari nanti akan bergulir keluar dari pabrik di India? Seperti kita tahu jalur produksi F-16 akan ditutup pada akhir 2017 jika tidak ada pesanan baru. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa pemerintah Obama mendorong begitu keras untuk menjual delapan Falcon Pakistan baru dalam beberapa hari terakhir. Setelah itu terjadi, satu-satunya jalur produksi di  Lockheed Fort Worth, Texas akan berganti untuk memproduksi siluman F-35 Joint Strike Fighter.
Tapi dengan nasib tidak jelas dari kesepakatan India untuk membeli pesawat tempur Dassault Rafale dari Prancis, mungkin ada jendela kesempatan bagi produsen Amerika untuk bergerak membunuh.
Boeing sebelumnya menyatakan minat dalam memproduksi F / A-18E / F Super Hornet di India. Namun, Boeing tidak sendirian, Lockheed juga, tertarik untuk memboyong produksi varian F-16IN  Blok 60. Konfiguraasi yang sama dengan F-16E / F Desert Falcon milik UEA.

Lockheed tampaknya mencoba untuk merebut kesempatan ini. Dalam sebuah pernyataan kepada harian India, The Hindu, kepala Lockheed Martin India, Phil Shaw mengatakan “Dalam diskusi antara Pemerintah AS, Pemerintah India, dan mitra industri kami di India tentang potensi produksi F-16 baru di India. ”
Meskipun tidak ada rincian tegas, menurut The Hindu, Lockheed menyatakan minat mendirikan sebuah lini produksi F-16 India pada Singapore Airshow 2016 pada bulan Februari lalu.
Namun menyiapkan lini produksi di India akan membutuhkan kerja sama industri militer jauh lebih dalam antara Washington dan New Delhi dari yang ada saat ini. Pemerintah AS telah mesra dengn India sebagai sarana untuk mengimbangi pengaruh China.
Boeing F/A-18E/F mungkin memiliki keunggulan atas Fighting Falcon karena Pakistan juga mengoperasikan F-16. New Delhi mungkin tidak ingin mengoperasikan jenis yang sama dengan tetangga tak akurnya itu.
F-16IN dengan radar aktif AESA APG-80 atau mungkin APG-83 akan menjadi sistem canggih peperangan elektronik, pod sensor dan sejumlah senjata akan mampu dibawa oleh Viper paling canggih  yang pernah dibangun ini.
Pesawat dipasok ke Pakistan tidak secanggih F-16IN karena menggunakan radar mekanis APG-68 dan avionik yang lebih tua. Meskipun demikian, Super Hornet yang juga datang dalam varian serangan elektronik EA-18G Growler mungkin terbukti menjadi pilihan yang lebih menarik.
New Delhi memiliki track record buruk dalam akuisisi program. Upaya panjang untuk membangun kekuatan udara India adalah salah satu contoh  yang jelas. Sangat mungkin bahwa New Delhi bisa buntu dalam kesepakatan potensial dengan Boeing, Lockheed Martin-atau Eurofighter. Dalam hal ini, India mungkin lebih baik melanjutkan produksi Sukhoi Su-30MKI yang sudah dilakukan. Namun, baik Super Hornet atau F-16 akan sangat meningkatkan kemampuan perang udara India.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar