Senin, 03 Agustus 2015

Kanada dan China Transfer Teknologi MLRS dan RCWS Untuk Indonesia

Menurut laporan tiga bulanan Kanada dan Pertahanan China, perusahaan Norinco telah mentransfer ke Perusahaan IndoMesin, tiga teknologi produksi senjata yang diproduksi di Indonesia, untuk melengkapi alutsista Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

Senjata itu adalah peluncur roket multilaras (MLRS) Type 90B, 40-mount 122mm, UW 1 Remote Control Weapon Station (RCWS), serta meriam laut 30 mm.


Kanada dan China Transfer Teknologi MLRS dan RCWS Untuk Indonesia
MLRS type 90B Norinco China yang ditransfer teknologi ke Indonesia

Indonesia hanya bertanggung jawab untuk perakitan semua bagian yang disediakan oleh Norinco, kemudian secara bertahap akan melakukan produksi lokal terhadap bagian yang mereka buat sendiri. Senjata ini hanya untuk digunakan oleh angkatan bersenjata Indonesia dan tidak dapat diekspor.


Artikel itu mengatakan, MLRS type 90B yang memiliki jangkauan 50 km telah digunakan oleh Royal Guard of Oman. Roket ini diangkut dengan truk North Benz yang memiliki berat tempur 23 ton, kecepatan maksimal 85 km/jam, dan daya jelajah 800 km.

Truk ini juga akan dirakit di Indonesia. Seluruh Software operasi akan menggunakan program Indonesia sendiri dan menggunakan bahasa Indonesia. Roket multi laras tipe 90B akan melengkapi alutsista Korps Marinir dan akan diterbitkan sertifikat setelah perakitan selesai.

RCWS UW 1 merupakan produk a state-of-the-art dari Norinco, karena memiliki fitur “low silhouette”, easy mounting, convenient operation dan excellent performance.

RCWS ini dapat dioperasikan siang dan malam di segala cuaca, untuk mencari, menarget dan menembak target diam maupun bergerak, di saat operator penembaknya, terlindungi (remote weapon). Sistem pengamatan menggunakan kamera berwarna CCD. Sementara untuk pengamatan malam menggunakan thermal imaging.

RCWS UW 1 dapat ditempatkan ke berbagai kendaraan tempur roda maupun berantai sebagai senjata utama. RCWS ini juga bisa ditempatkan di Main Battle Tank sebagai senjata kedua untuk operasi urban.


RCWS UW 1 Norinco
RCWS UW 1 Norinco


UW 1 juga bisa dipasang di kapal cepat dan kapal patroli. Senjata ini efektif untuk misi pemantauan perbatasan, checkpoint dan fasilitas lainnya yang butuh pertahanan.

RCWS UW 1 bisa dipasang senjata mesin : 7.62mm, 12.7mm, 14.5mm MG atau 40mm automatic grenade launcher.

Indonesia mendapatkan teknologi RCWS untuk diproduksi di kapal patroli angkatan laut dan kendaraan tempur Angkatan Darat yang telah disertifikasi pada tahun 2014.

Spesifikasi RCWS UW 1:

Ammunitiony:

    7.62mm MG with 600 rds or

    12.7mm MG with 200 rds or

    14.5mm MG with 150 rds or

    40mm grenade 30 rds

Observation and sighting :

    Day sight: dual-FOV colored CCD camera

    Night sight: uncooled thermal imaging camera

    Laser range finder: eye-safe

    Display: 10.4? colored LCD

Weapon control :

    Traverse: 360°

    Elevation: -5° to +60°

    High speed: traverse ?45° / s, elevation ?30° / s

    Low speed: traverse and elevation ?0.015° / s

    Stabilization: yes

    Power supply: 24 V DC, 20 A

NG-18 Norinco:

Meriam laut 30 mm (NG-18) memiliki jangkauan 4000 meter dan jangkauan 3000 meter jika ditembak dengan kecepatan tingkat tinggi 320 butir/menit. Meriam laut ini akan ditempatkan di kapal patroli kecil Angkatan Laut Indonesia.

Selain itu, Indonesia dan China juga menandatangani kontrak transfer teknologi senjata kaliber 20,76 mm, untuk diintegrasikan. China akan menyediakan produk modular setengah jadi yang kemudian dirakit oleh Indonesia.

China terus memberikan lebih banyak senjata dan peralatan militer ke Indonesia. Untuk Angkatan Laut Indonesia, pada tahun 2015, akan disediakan rudal C-705 untuk setidaknya lebih dari 18 kapal yang masing-masing dilengkapi dengan dua jenis/tipe rudal kapal patroli.

Indonesia berharap rudal C705 menjadi perakitan nasional. Area kerja sama di Angkatan Udara juga muncul dengan kebutuhan simulator tempur untuk Su-30 MK2, dimana China, Rusia, Kanada, terlibat dalam tender.

Angkatan Udara Indonesia sudah datang ke China untuk mengunjungi emulator ini. Seluruh program dimulai dua tahun lalu untuk mempersiapkan, namun bergerak relatif lambat, karena pemilihan presiden dan alasan lainnya. Panglima Angkatan Bersenjata juga diganti, sehingga negosiasi baru mungkin juga membutuhkan sedikit lebih banyak waktu. Tapi pilot Angkatan Udara Indonesia, mengatakan: program pelatihan simulator Su -30MK2 di China sangat baik.   Zhiyuan / iNews163.com | JKGR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar