Kamis, 19 Desember 2013

Kado Akhir Tahun Untuk Pengawal Republik

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-0isaGPs0fbn3_ykLucN7SzlRkMWT-rb0zpr52uphAMzxXO_GVclzkJyeAGQ3qgzVF03dlAGOmad5n_s0T-VOe-G9rUzNxomIzhhFV2OKLUCkNYPrXYGkPX8IoS1YtT7a-aJboTADgh0/s1600/qv90.jpg
BMP3F Marinir (Dispen Marinir)
Lagu Maju Tak Gentar layak dilantunkan untuk memberikan semangat suasana hati yang gembira, bangga dan senang, utamanya untuk pengawal republik yang sedang digagahperkasakan. Sejumlah kado akhir tahun memeriahkan bahasa tubuh tentara dengan kedatangan berbagai alutsista baru untuk disandangkan di satuan tempur TNI segala matra. Selasa tanggal 17 Desember 2013 PT Dirgantara Indonesia menyerahkan 3 pesawat angkut militer CN295 kepada TNI AU dari jumlah pesanan 9 unit. Dengan penyerahan ini TNI AU sudah memiliki 5 unit CN 295. Kemudian TNI AD mendapat tambahan 6 heli serbu Bell 412 EP. Matra darat ini memesan sedikitnya 24 Heli jenis ini bersama 16 Heli jenis Fennec yang akan datang tahun 2014. Minggu ini juga TNI AL mendapat kekuatan tambahan dengan datangnya 37 unit tank amfibi maut BMP3F dari Rusia.

Kado terbesar dari semua keceriaan yang mewarnai “jalan-jalan” bersama tentara tentu dengan diumumkannya rencana pembelian kapal selam Rusia secara besar-besaran oleh Menhan Purnomo Jumat siang tanggal 6 Desember 2013. Rencana ini juga bersinergi dengan pembangunan infrastruktur kapal selam di tanah air untuk pembuatan kapal selam Changbogo. Kapal selam yang mau dibeli itu adalah dari jenis Kilo dan Amur, dua jenis kapal selam yang paling ditakuti di seluruh dunia. Kapal selam ini mampu menembakkan peluru kendali dari bawah laut menuju daratan dari jarak 300 km.

Dipastikan kehadiran dua jenis kapal selam paling senyap di dunia ini akan memberikan efek gentar dan getar dalam perkuatan otot militer TNI yang sesungguhnya. Dengan lugas dinyatakan Menhan Purnomo bahwa kehadiran kapal selam ini untuk menjaga ALKI di laut Selatan. Maksud tersiratnya jelas pada tetangga Selatan yang lagi galau karena dicuekin SBY. Galau dan panik karena gelombang laut Selatan mengirim manusia perahu makin deras. Tetapi tidak hanya laut Selatan saja dong, juga untuk memagari Laut Cina Selatan atau Ambalat, atau membatasi gerak kapal selam negeri pulau sebelah Batam itu yang suka nyelonong ke perairan kita.

Sebenarnya berbagai alutsista lain sudah menjelang masuk gudang arsenal TNI. Misalnya Kapal Cepat Rudal (KCR) 40m yang ke empat buatan Palindo Batam. Kemudian Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 m buatan PT PAL. Sementara 16 jet tempur T50 Golden Eagle seluruhnya akan tiba akhir Desember ini. Juga pesawat Super Tucano dari Brasil yang kecepatan datangnya dikalahkan Golden Eagle Korsel. Panen raya alutsista digambarkan dengan jelas akan terjadi sepanjang tahun 2014 dengan kedatangan beragam alutsista seperti kapal perang jenis Light Fregat dari Inggris, kapal cepat rudal 60m, kapal angkut tank, kapal BCM (Bantu Cair Minyak), tank berat Leopard, tank Marder, panser Anoa, MLRS Astross, artileri Caesar Nexter, artileri KH179, rudal Starstreak, rudal Mistral, jet tempur F16 dan lain-lain.

Itu yang mau datang Pak Cik. Yang mau dipesan juga masih banyak utamanya untuk kebutuhan MEF 2 periode 2015-2019. Dengan prediksi anggaran belanja alutsista sebesar US$20 milyar untuk MEF 2 maka asumsi kita minimal akan ada tambahan untuk TNI AU 1 Skuadron Sukhoi Family, 1 skuadron f16 batch2 dan 1 skuadron Typhoon. Sedangkan untuk TNI AL akan ada pemesanan 3-5 fregat dari Rusia, tambahan 3-5 kapal PKR10514 Sigma Belanda, atau bisa saja mengambil 2 Destroyer. TNI AD akan memperkuat satuan Kavaleri dan Armed dengan mendatangkan MBT dan MLRS serta Heli tempur. Heli Apache dan Blackhawk sudah diambang pintu termasuk peluru kendali pertahanan udara jarak sedang (SAM) yang akan memayungi Jakarta dan sejumlah pangkalan militer.

Untuk pembangunan kapal selam, jika proyek “Sekilo Semur” berjalan lancar maka prediksi kita pada tahun 2019 saat MEF 2 selesai Indonesia akan memiliki sedikitnya 12 kapal selam dengan rincian 4 Kilo, 4 Amur dan 4 Changbogo. Dua kapal selam Cakra Class buatan tahun 1980 tidak lagi dioperasikan. Sementara teknologi Changbogo yang sudah didapatkan akan menjadi loncatan prestasi dan sekaligus awal pengembangan teknologi kapal selam sehingga RI mampu memproduksi kapal selam secara berkesinambungan mulai tahun 2020.

Sebuah kado sejatinya adalah sebuah momentum. Meski bukan hanya kado akhir tahun saja yang telah diterima pengawal republik. Sepanjang tahun 2013 ini sudah banyak kado yang dipersembahkan untuk tentara rakyat ini. Demikian juga tahun 2014 dan seterusnya, tentara benteng NKRI akan terus mendapatkan berbagai alutsista berteknologi terkini sebagai kewajiban dan tugas pemerintah dan rakyat Indonesia. Wajar dong kita mendandani prajurit kita karena mereka kita tugaskan untuk mengawal dan mewibawakan teritori NKRI. Tentara berteknologi tempur adalah visi dan misi yang harus disandangkan kepada siapapun yang akan memimpin republik kebanggaan ini. Ke depan ini adalah sebuah era dimana perebutan sumber daya energi tak terbarukan menjadi tema utama. Negara yang kaya ini harus dijaga dengan kekuatan militer yang setara dalam teknologi.

Ke depan ini kekuatan Asia Pasifik akan dibelah menjadi dua kekuatan besar. Cina Rusia Korut dimungkinkan menjadi kekuatan militer gabungan melawan AS, Australia, Jepang dan Korsel. Meski tanpa Rusia kekuatan Cina pun sudah mulai diperhitungkan. Insiden pencegatan kapal perang AS USS Cowpens oleh kapal pengawal kapal induk Cina di Laut Cina Selatan 5 Desember 2013 merupakan embrio dari liga pertarungan gengsi militer dan klaim teritori. Indonesia mau tak mau harus ikut kompetisi itu dalam kapasitas membela teritori, menjaga kualitas kewibawaan wilayah negara dan eksistensi NKRI. Maka kado demi kado alutsista harus terus dipersembahkan kepada pengawal republik agar kemampuan jaga wibawa dan jago berotot dapat diperlihatkan. Jika tentara petarung militan dan tentara berteknologi disinergikan dengan jiwa nasionalis sejati. Maka perhatikan apa yang akan terjadi. Super sekali.

Minggu, 08 Desember 2013

Sekilas Tentang Kehebatan Kapal Selam Kilo Class

Kapal selam kelas Kilo asal Rusia pertama kali beroperasi pada awal dekade 1980-an. Kapal yang didesain Rubin Central Maritime Design Bureau St Petersburg ini pada tahap selanjutnya diproduksi dengan tipe 877EKM dan 636.


Sekilas Tentang Kehebatan Kapal Selam Kilo Class

Kemudian ada Lada (Project 677) yang diluncurkan pada November 2004. Awalnya kelas Kilo dibangun di galangan kapal Komsomolsk, tetapi sekarang dipindah ke Shipyard Admiralty di St Petersburg. Kapal teknologi Rusia ini diminati banyak negara. China telah memiliki dua kapal selam Tipe 636, yang kedua bergabung dengan armada China pada Januari 1999. Indonesia juga telah memperlihatkan minatnya sejak 2007.


Pada November 2007, Venezuela juga telah menandatangani MoU (memorandum of understanding) untuk kapal selam tipe 636. Tipe ini didesain untuk berhadapan dengan kapal selam maupun kapal permukaan dan dirancang untuk melakukan misi pengintaian umum dan patroli. Tipe 636 kapal selam dianggap menjadi salah satu kapal selam diesel paling tenang di dunia. Kapal ini mampu mendeteksi kapal selam musuh pada kisaran tiga sampai empat kali lebih besar. Kapal selam terdiri dari enam kompartemen kedap air dipisahkan oleh dinding pemisah yang melintang. Kapal selam ini mampu bersembunyi dengan baik.

Sistem Senjata

Sebagaimana dipaparkan Navytechnology. com, kapal selam ini dilengkapi sejumlah kemampuan tempur dan sistem komando yang menyediakan informasi untuk pengendalian kapal selam yang efektif, termasuk sistem torpedo. Kecepatan sistem komputer yang dimiliki mampu memproses informasi dari peralatan pengawasan dan menampilkannya di layar. Sistem kapal mampu menghitung keberadaan target dan menembaknya dengan akurat.

Sistem ini juga memberikan pengendalian kebakaran otomatis, dan memberikan informasi dan rekomendasi tentang manuver serta penyebaran senjata. Kapal selam memiliki delapan peluncurStrela– 3(rudalpertahananudarayang dikembangkan di Rusia) atau Igla (rudal permukaan ke udara). Rudal ini diproduksi Fakel Design Bureau, Kaliningrad. Strela– 3 memiliki pencari inframerah yang didinginkan dan 2 kg hulu ledak. Jangkauan maksimumnya 6 km.

Sedangkan Igla juga dilengkapi inframerah dengan jangkauan maksimum 5 km. Kapal dapat dipasang dengan Novator Club- S (SS-N-27) sistem rudal cruiseanti-kapal rudal. Kapal selam ini dilengkapi enam 533 mm tabung torpedo depan terletak di hidung kapal dan membawa 18 torpedo, enamtabungtorpedodan12disimpandi rak. Dua tabung torpedo dirancang untuk menembakkan torpedo dengan akurasi yang sangat tinggi.

Sistem torpedo dikendalikan komputer dam dilengkapi dengan perangkat cepat muat (quick-loading device). Tembakan pertama dilakukan dalam waktu dua menit dan yang kedua dalam waktu lima menit. Tipe 636 dilengkapi sonar digital MGK- 400EM. Teknologi ini mampu mendeteksi target kapal selam dan kapal permukaan dalam mode mendengarkan sonar. Juga mampu melakukan telepon dan telegraf komunikasi dalam mode panjang dan pendek, mendeteksi sinyal suara bawah air.

Radar kapal selam bisa bekerja baik di dalam air dan permukaan. Radar ini mampu menyediakan informasi mengenai situasi bawah air dan udara, identifikasi radar dan keselamatan navigasi. Untuk tipe 877, kelas Kilo dilengkapi dengan sistem sonar Rubikon MGK- 400 yang mencakup deteksi ranjau dan menghindari sonar MG- 519 Arfa. India merupakan salah satu negara yang telah memakai kelas Kilo khususnya tipe 877 dari Rusia. Hingga saat ini setidaknya sudah ada 33 kapal tersebut telah diekspor ke India, Aljazair, China, Polandia, Iran, dan Vietnam.

Indonesia dan Venezuela akan menjadi pemakai selanjutnya. Kapal yang mempunyai panjang 70- 74 meter ini dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan maksimum 10-12 knot ketika muncul di permukaan dan 17-25 knot ketika berada di bawah air. (Sindo)

PT DI Siapkan Pesawat Militer dan Komersial

Montreal PT Dirgantara Indonesia (DI) tengah menyiapkan 9 unit pesawat CN-295 untuk keperluan operasi TNI.

Selain itu, negara-negara di ASEAN juga berminat memiliki pesawat yang menggunakan mesin produksi Pratt & Whitney itu.

PT DI menargetkan proses pembuatannya rampung pada 2014. Proses pembuatannya bekerja sama dengan Airbus Military.

Namun, kata Direktur Utama PT DI Budi Santoso, perusahaannya tak sekadar membuat pesawat militer. Perusahaannya juga membuat pesawat komersial bertipe N219.

"Kami menargetkan tahun 2017 pesawat N219 bisa terbang," kata Budi saat mengikuti rombongan kerja Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Montreal, Kanada, Jumat (6/12) waktu setempat.

Menurut Budi, N219 nantinya beroperasi di wilayah timur Indonesia. Pesawat khusus mengangkut 19 penumpang.

Budi mengatakan produksi itu sebagai bukti Indonesia tak hanya mampu membuat pesawat militer. Namun, PT DI juga dapat memproduksi pesawat komersial.

Terkait produsen mesin pesawat, Budi mengaku Indonesia memiliki banyak pilihan seperti Pratt & Whitney dari Kanada, General Electric bermarkas di Ohio, Amerika Serikat dan Rolls Royce.

"Kita memiliki banyak pilihan dan kita akan bekerja sama dengan perusahaan yang melihat Indonesia sebagai partner jangka panjang," tambah Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddi.

Indonesia, kata Sjafrie, memiliki industri dirgantara satu-satunya di ASEAN. Namun Pratt & Whitney malah mengandalkan perwakilan mereka di Singapura. Beda lagi dengan General Electric yang membuat perwakilannya di Indonesia.

Indonesia Minta Pembelian Mesin Pesawat Langsung dari Kanada 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTQSQbStbThyL_8l6nEI2AnlCdOdvfPdLLRqFJR7DXOBN218k3uao0ZHFaJT0Jlyi-jIryxoWJ9QDTRqTWxzpoHnTnzBPdBMg9k1axHXitoCObrTaaEMrQaxGfrbbwqPrLy2i7EglmPGs/s1600/Bell-412-EP-TNI-AD.jpgWakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyambut baik dukungan yang akan diberikan perusahaan pembuat mesin pesawat Kanada Pratt & Whitney kepada industri dirgantara Indonesia.

Hanya saja, dukungan itu sebaiknya dilakukan secara langsung tanpa melalui kantor cabang mereka di Singapura.

"Indonesia bersungguh-sungguh untuk membangun industri pertahanannya. Termasuk dalam membangun industri dirgantaranya, Indonesia tidak lagi membutuhkan satu-dua pesawat, tetapi satu-dua skuadron.

Untuk itu perlakuan yang diberikan tidak bisa lagi seperti dulu melalui kantor cabang di Singapura, tetapi kami meminta langsung dari kantor pusat ke industri di Indonesia," kata Sjafrie saat berkunjung ke Kantor Pratt & Whitney di Montreal, Kanada, hari Jumat (6/12) waktu setempat.

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, Wamenhan didampingi Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso beserta direksi lainnya, para pejabat Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia, serta Duta Besar Indonesia di Kanada Dienne H. Moentario. Sementara pihak Pratt & Whitney dipimpin Wakil Presiden bidang Keuangan John Di Bert.

Delegasi Indonesia secara terbuka menyampaikan keberatan dengan pelayanan yang diberikan Pratt & Whitney yang selalu menggunakan kantor cabang Singapura sebagai pihak yang menyediakan maupun memelihara mesin-mesin pesawat yang dibutuhkan Indonesia.

Selain membebani biaya yang lebih tinggi, pelayanan yang diberikan kantor cabang Singapura seringkali tidak memuaskan karena lamban.

"Dulu ketika kita membeli pesawat dalam jumlah sedikit, boleh saja Pratt & Whitney memperlakukan seperti ini. Tetapi sekarang untuk jenis helikopter Bell 412 saja kita memesan 22 unit, sehingga sepantasnya Indonesia diperlakukan secara berbeda," kata Sjafrie.

John Di Bert tampak kaget dengan pernyataan yang disampaikan pejabat Indonesia. Ia berjanji mengkaji kebijakan yang selama ini diterapkan Pratt & Whitney dalam bekerja sama dengan Indonesia.

"Berikan kami untuk melakukan perbaikan dalam kerja sama yang dilakukan. Kami mengakui Indonesia sangat besar potensinya dan kami ingin bisa bekerja sama dengan industri dirgantara yang ada di Indonesia," ujar John Di Bert.

Wamenhan menunjuk Dubes Dienne sebagai pihak yang berkoordinasi dengan Pratt & Whitney untuk perkembangan rencana tersebut. John Di Bert berjanji untuk selalu berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Ottawa.(Suryopratomo)

Rabu, 23 Oktober 2013

Pro Dan Kontra Hibah F16

Pembahasan tentang hibah pesawat tempur F-16 dari USA seru dan menarik untuk dicermati. Ini informasi tambahan, tentang pro kontra hibah pesawat F16. Semoga bermamfaat:

Varian F-16

F-16 block 25 yang akan dihibahkan kepada Indonesia sebelum direfurbish (photo: F-16.net)
F-16 block 25 yang akan dihibahkan sebelum direfurbish ( F-16.net)
Seperti mesin perang lainnya, F-16 terdiri dari berbagai varian, dengan kemampuan dan konfigurasi mesin, avionik, hingga persenjataan yang berbeda, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Dimulai dari seri A/B dengan versi block 1/15/15OCU/MLU, kemudian seri C/D dengan versi Block 25/30/32/40/50/52/50D/52+, serta yang termutakhir F-16 E/F Block 60.

F-16 A/B Block 15 OCU milik TNI AU

Dari seluruh varian F-16, TNI AU kini memiliki sepuluh unit F-16 A/B Block 15 OCU. Pada saat awal kedatangannya tahun 1989 memang perangkat persenjataannya belum lengkap di datangkan, namun pada perkembangan selanjutnya, F-16 milik TNI AU turut dilengkapi dengan Misil Sidewinder P4 All aspect, dan juga AGM-64D Maverick. Selain itu verisi Block 15 OCU juga dilengkapi dengan HUD yang lebih besar, serta memiliki perangkat radar altimeter sebagai standar, yang memungkinkan F-16 ini dapat melakukan navigasi terbang rendah mengikuti kontur bumi. Dengan demikian F-16 yang TNI AU miliki memiliki kemampuan untuk bertempur dalam cuaca dan menyerang dengan presisi yang tinggi. Oleh karena itu dalam operasi latihan militer F-16 kerap dijadikan penyerang penutup untuk menghabisi sasaran yang tersisa. Selain handal dalam operasi latihan, dalam kondisi tempur F-16 tetap dapat menunjukan taringnya. Bahkan kini F-16 masih diadikan kuda beban untuk melaksanakan berbagai tugas guna mendukung penegakan kedaulatan NKRI, contohnya adalah operasi patroli di wilayah Ambalat, hingga berbagai patroli di atas pulau-pulau terluar. Kemampuan F-16 untuk melakukan tugas-tugasnya juga di dukung oleh kemampuannya untuk dapat terbang jarak jauh, bahkan apabila membawa beban persenjataan yang sangat berat.

Kesepahaman antara DPR dan pemerintah dalam pengadaan F-16 masih terus mencari titik temu dari segi teknologi dan pembiayaan. Komisi I DPR, sebagai mitra pemerintah dalam bidang pertahanan dan keamanan nasional, memberikan beberapa persyaratan dan skema pembiayaan. Seperti apa? Berikut polemik sekitar ini.

DPR dan pemerintah telah sepakat bahwa pengadaan F-16 penting bagi TNI untuk meningkatkan performa dan kewibawaan TNI di lingkungan regional. Tertuang dalam rencana pembelian di tahun 2011, telah disepakati alokasi dana untuk pembelian 6 unit F16 baru untuk block 52+, senilai lebih kurang us$ 430 juta. Alokasi pembelian armament (senjata) dipersiapkan secara terpisah.

Dalam perkembangannya timbul opsi lain. Hasil komunikasi antara TNI AU dan pemerintah Amerika, secara Goverment to Goverment, pemerintah Amerika menawarkan program hibah F-16 kepada pihak Indonesia. Program hibah ini disampaikan juga oleh Presiden Barrack Obama dalam kunjungan singkatnya ke Indonesia pada 9 November 2010 yang lalu. Hibah F-16 ini telah mendapat persetujuan dari Kongres Amerika, dengan komposisi sbb : maksimal 28 unit F-16 block 25, 2 unit F-16 block 15, dan 28 engine utk F-16 block 25, dengan kondisi “as is where is” (seperti itu, di lokasi itu) alias apa adanya untuk pesawat F-16 yang diparkir di Arizona (tempat penyimpanan) parkir).

Di Arizona, terdapat sebuah padang luas, tempat dimana Amerika memarkir pesawat-pesawat tempur, baik yang masih digunakan maupun yang tidak digunakan lagi oleh militer Amerika. Padang Arizona memiliki kelembaban yang rendah, sehingga pesawat yang diparkir di sana tidak mengalami korosi/kerusakan akibat humiditas. Kongres Amerika telah memberikan izin 28 unit F-16 untuk Indonesia, sementara Indonesia hanya butuh 24, jadi sudah terdapat titik terang. F-16 yang dimaksud kondisi nya terpakai 4000 jam sd 6000 jam, sehingga harus dilakukan program Falcon Star agar dapat digunakan hingga 8000 jam terbang. Menurut KSAU, rata-rata pesawat akan digunakan 10-20 jam/bulan, sehingga pesawat bekas tersebut dapat digunakan selama 12 – 15 tahun.

Karena “as is where is”, berarti delegasi Indonesia harus berangkat ke Arizona akan memilih 24 unit pesawat yang terbaik dari ratusan F-16 blok 15, 25 yang terdapat di sana.

Dalam penjelasan yang disampaikan menteri pertahanan kepada komisi 1, lebih lanjut ditengarai bahwa pemerintah Amerika ternyata tidak memberikan hibah “begitu saja”. There no ain’t such thing as a free lunch, tidak ada makan siang yang gratis. Mereka menawarkan konsep hibah plus upgrade.

Terjadi Dispute. Proposal yang disampaikan menteri pertahanan, diperlukan biaya sekitar US$ 450 juta – 600 juta untuk proses hibah (termasuk upgrade 24 pesawat) tersebut. Pada kesempatan yang berbeda, terjadi penjelasan Panglima TNI dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I, ada dua catatan terhadap proses hibah dan upgrade ini. Pertama, pesawat setelah diambil dari Arizona, kemudian akan diupgrade ke block 32. Hasil upgrade bisa selesai dan dikirim ke Indonesia, paling cepat pada tahun 2014 sebanyak 4 (empat) unit, setelah itu disusul dengan pengiriman lainnya. Kedua, biaya hibah dan upgrade 450 juta US dollar harus dibayar pemerintah Indonesia di awal, TUNAI ( perlu diingat ya ..Tunai di muka) (berharap tidak diembargo, tahu tahu barang tidak dikirim) uang hangus (?).

Atas persyaratan tersebut, maka terjadilah perdebatan panjang di ruang rapat Komisi I antara anggota Komisi I DPR RI dengan Pihak Kemenhan.

F-16 Block 25 yang akan dihibahkan selagi bertugas di Air National Guard (F-16.net)

Beberapa pemikiran yang dimunculkan oleh anggota Komisi I antara lain:

Pertama; kalau waktu delivery nya lama, kenapa harus beli bekas. Kalau beli baru, kita butuh waktu sekitar 36 bulan (sekitar 3 tahun) untuk mendapatkan 6 unit saja dengan daya tahan atau pemakaian jauh lebih lama (up to 8000 jam pemakaian). Resiko membeli bekas, dari segi teknologi sudah pasti ketinggalan, walau memang harus diakui dari segi jumlah pesawat lebih banyak dengan jumlah uang yang sama.

Kedua; bila membeli bekas dan kemudian akan melakukan upgrade, maka Komisi I secara bulat mempunyai pemikiran, “bagaimana jika 24 unit pesawat F-16 tersebut diupgrade ke teknologi terbaru saja?”. Berdasarkan penjelasan Kemhan dan TNI AU, block 25 dan block 52 memiliki 2 perbedaan mendasar yaitu Perbedaan Sistem Avionik (block 32 menggunakan teknologi Commercial Fire Control Computer – CFCC, block 52 menggunakan teknologi Modular Mission Computer – MMC), Perbedaan Engine (engine block 52 berukuran lebih besar), dan Perbedaan Airframe (mengakomodasi mesin block 52 yang lebih besar, dan penambahan ruang angkut bahan bakar). Pilihannya adalah 24 F-16 block 25 tersebut diganti sistem avionik nya (termasuk mengganti cockpit) menjadi sistem avionic block 52 (sistem persenjataan menyesuaikan), sementara airframe dan engine tetap.

Sisi Teknologi

Konsep Hybrid (perkawinan), yaitu F-16 block 25, dengan kekuatan mesin tetap block 25, tapi avionik serta senjatanya di upgrade ke block 52. Keunggulan terdapat di avionic block 52, yang lebih canggih dari avionic block 25 dan block 32. Catatan : Proposal Kemhan mengusulkan agar upgrade avionic dilakukan menjadi block 32.

Pertimbangan yang mengemuka : karena Indonesia negara kepulauan, maka tidak membutuhkan mesin dengan jangkauannya lebih jauh. Untuk menjangkau Malaysia, misalnya, bisa dari kepulauan Riau, atau Pontianak untuk menjangkau wilayah Malaysia yang dekat Kalimantan. Begitu juga, untuk menjangkau Timor Leste bisa dari Kupang.

Dasar pemikiran dari Komisi I dengan konsep Hybryd itu terkait dengan “efek getar” (deterrent effect) dan daya tangkal. Singapura memiliki F-16 block 52 sejak tahun 1998 yang lalu.. Jadi kalau Indonesia di tahun 2014 memiliki 24 unit F-16 yang diupgrade “hanya” menjadi block 32, maka dinilai tidak mempunyai efek getar di kawasan.

Komisi 1 mempersilahkan Kemhan untuk mempersiapkan beberapa opsi, dilengkapi perkiraan biaya dan waktu, untuk menjadi bahan pertimbangan yang diperlukan. Proposal Kemhan untuk meng upgrade menjadi block 32, dan butuh waktu 3 tahun, dengan ongkos US$ 450 juta, sementara dari segi efek getarnya juga tidak terasa, maka menurut Komisi I, adalah keputusan yang “nanggung”, perbuatan setengah-setengah. Adalah lebih baik sekalian saja beli pesawat tempur baru sebanyak 6 unit blok 52. Selain efek getarnya lebih terasa, umur pemakaian juga akan lebih lama, yaitu sekitar 30 tahun, dibanding pesawat bekas yang hanya berumur 12 tahun.

F-16 Block 25 yang akan dihibahkan selagi bertugas di Air National Guard (F-16.net)

Sisi Pembiayaan

Polemik kedua berkaitan dengan sisi pembiayaan. Skema pembayaran FMS (Foreign Military Sale) yang ditawarkan oleh pemerintah, sangat menarik, yaitu G to G (negara dibayar oleh Negara). Namun muncul pemikiran : Hibah, kok Mbayar?

Muncul pemikiran : (mungkin) pesawat bekas nya hibah, tetapi di “bundled” dengan membayar untuk pelaksanaan program Falcon Star dan Upgrade.

Skema pembayaran FMS, ada kelemahannya : Pemerintah Amerika minta dibayar tunai 70% dimuka. Artinya, pesawat dikirim 2014 tapi pemerintah harus bayar lebih dulu, sekarang juga. Uang sebesar itu (70% x US$ 450 juta) tertahan diam di kas pemerintah Amerika. Sungguh disayangkan, semestinya dana sebesar itu bisa kita manfaatkan untuk membeli keperluan TNI lainnya seperti pembangunan pesawat patroli, kapal patroli, tank tempur, dan lain-lain. Ada masukan agar melalui Pinjaman Dalam Negeri oleh Bank Pemerintah, sebagai contoh melalui Bank Mandiri cabang New York, Bank Mandiri atas nama Pemerintah membayar penuh ke pemerintah Amerika, sementara Kemhan membayar ke Bank Mandiri secara installment per tahun (dicicil).

Komisi I sekarang ingin berbuat lebih baik dalam masa pengabdiannya. Jangan sampai hanya menjadi “tukang stempel” pemerintah. Tapi harus benar-benar menjadi mitra pemerintah dalam menghasilkan sesuatu yang terbaik untuk bangsa dan negara. Karenanya Komisi I membahas setiap persoalan, secara detil, teliti, dan berorientasi pada kepentingan bangsa dan negara secara konsisten.

Sisi Pengerjaan Upgrade

Komisi 1 juga menyampaikan pemikiran : untuk memberdayakan kemampuan engineering Dalam Negeri, bagaimana bila proses Falcon Star dan Upgrade Block, dilakukan di wilayah Republik Indonesia? Sehingga terjadi proses pembelajaran dan transfer of technology yang bisa diserap oleh bangsa Indonesia. Kalau proses Falcon Star dan pelaksanaan Upgrade sepenuhnya dilakukan di Amerika, komisi 1 menganggap tidak ada nilai lebih yang signifikan buat industri pertahanan Dalam Negeri. Ini bagian dari komitmen Komisi 1 untuk mendukung pemberdayaan terhadap teknologi dan industri dalam negeri dalam menuju kemandirian alutsista. Pengerjaan upgrade-nya harus dilakukan di Indonesia dengan supervisi dari pihak produsen utama. Kami di Komisi I mengetahui bahwa anak-bangsa kita mempunyai potensi dan kemampuan untuk di bidang teknik perawatan dan upgrade alutsista.

Memahami pemikiran Komisi 1, anak bangsa Indonesia akan mempunyai kesempatan untuk melakukan bongkar-pasang pesawat-pesawat F-16 tersebut. Meskipun mengerjakan barang bekas, ilmu dan pengetahuan yang diperoleh anak bangsa tersebut merupakan aset yang sangat berharga dalam perjalanan bangsa ke depan. Jelas itu jauh lebih berguna bila dibandingkan : beli barang bekas, diupgrade oleh produsen langsung, duit terbang ke negara lain, sementara bangsa sendiri tidak pernah diberi kesempatan untuk pintar.

Jadi selain syarat teknologi dan pembiayaan, Komisi I juga memberikan penekanan pada aspek pengerjaan upgrade tersebut.

Dalam dua kali pertemuan, yaitu Senin (19/09) dan Rabu (21/9) antara pihak Pemerintah dan DPR, kesepakatan belum dicapai. Pihak pemerintah masih akan mengkaji keinginan Komisi I, dan Komisi I juga belum bisa menyetujui kemauan pemerintah. Pihak pemerintah yang hadir dalam pertemuan antara lain Menhan, Wamenhan, Sekjenhan, Panglima TNI, Asrenum (Asisten Perencanaan Umum) didamping oleh Kasau, Wakasau, dan jajaran Angkatan Udara. (by Cinta Tnah air).

Selasa, 17 September 2013

Tiga Nakhoda Ragam Class Set untuk Pindah ke Indonesia


 
Nakhoda Ragam kelas light fregat (foto: Militaryphotos)

Sistem Kapal BAE di Pusat Sengketa Set untuk Tinggalkan Barrow Docks Setelah Tahun di Limbo

TIGA kapal yang telah menghiasi dermaga Barrow selama lebih dari lima tahun setelah perselisihan antara BAE dan Sultan Brunei akhirnya siap untuk meninggalkan.

Tiga kapal kelas Nakhoda Ragam dibangun oleh BAE di Scotstoun, Glasgow, untuk Royal Brunei Navy.

Tapi setelah mereka selesai pada tahun 2002, Brunei menolak untuk menerima mereka, meskipun kapal yang dinyatakan fit oleh Royal Navy.

Hal ini dimengerti Brunei berusaha untuk menarik diri dari kesepakatan karena biaya operasi dan kurangnya personil cukup terlatih untuk mengoperasikan kapal.

Pertempuran hukum akhirnya diselesaikan melalui arbitrase internasional pada tahun 2007 - yang mendukung BAE - dan kapal-kapal diserahkan ke Brunei.

Mereka kemudian pindah ke Barrow pada 2007 untuk disimpan di dermaga sementara Jerman Lürssen galangan kapal, yang telah dikontrak oleh Brunei, mencoba untuk menemukan pembeli.

Kini, setelah lebih dari 10 tahun dalam limbo, kesepakatan telah melanda dan pembuluh ditetapkan untuk pindah ke iklim yang lebih hangat dari Indonesia - dalam cuaca kapal yang dirancang untuk beroperasi masuk

Indonesia dilaporkan telah dibayar hanya seperlima dari harga asli £ 600 untuk tiga kapal. Kapal-kapal diharapkan untuk memasuki layanan dengan Angkatan Laut Indonesia dalam tahun depan.

Tiga korvet sedang dipertahankan oleh Barrow perusahaan pelayaran James Fisher Marine Services.

Sebagai bagian dari kesepakatan untuk menjual kapal, James Fisher berusaha untuk mendirikan hidup akomodasi sementara di darat dewan terdekat ke rumah beberapa staf teknis mereka sendiri yang telah menyediakan penutup pengaman pada korvet.

Aplikasi ini ditolak oleh Barrow Borough Council tetapi menyusul intervensi Barrow MP, John Woodcock, dan usaha oleh James Fisher untuk mengatasi kekhawatiran dewan, petugas Barrow Balai Kota sekarang akan mendukung aplikasi perencanaan.

Mr Woodcock mengatakan: "Ada nilai ekonomi riil dalam menjaga korvet di Buccleuch Dock, dengan karyawan Barrow berbasis bekerja di kapal mereka dan pendapatan untuk bisnis lokal dari pelaut mengunjungi.

PH mencari bantuan Indonesia dalam konflik Zamboanga

Sebuah kendaraan lapis baja tentara pemerintah mendorong masa lalu untuk serangan lain terhadap pemberontak Muslim Moro National Liberation Front (MNLF) posisi di kota Zamboanga di selatan Filipina September 16, 2013. <REUTERS/Erik De Castro>

MANILA, Filipina - Pemerintah telah meminta bantuan Indonesia, yang memfasilitasi peninjauan pelaksanaan dari perjanjian perdamaian 1996 dengan Front Pembebasan Nasional Moro, dalam menyelesaikan secara damai permusuhan di Kota Zamboanga. Penasihat Presiden tentang Proses Perdamaian Teresita Quintos-Deles mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa bahwa Istana memohon kepada pemerintah Indonesia sebagai ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk memediasi perundingan damai dengan melawan diintensifkan di Kota Zamboanga yang menewaskan 87 orang tewas dan 60.000 orang mengungsi.

Deles mengatakan Indonesia menanggapi permintaan dan memberikan instruksi kepada kedutaan besar Indonesia ke Filipina.

"Petugas kedutaan menjelaskan kepada kami bahwa ini berarti bahwa garis mereka akan terbuka untuk menerima dan mengirimkan pesan dari satu sisi ke sisi lain bahwa mereka tidak melihat hal itu terjadi dalam peran mereka untuk secara proaktif membuat panggilan ke kedua sisi," katanya.

Proses perdamaian penasihat menyesalkan bahwa sebelum persetujuan mereka, pemerintah mengirim banding kepada Komite Perdamaian OKI seluruh pada tanggal 12 September, tetapi "tidak ada delapan negara yang ditawarkan proposal."

OKI adalah kelompok negara-negara Muslim yang memainkan peran penting dalam perjanjian damai 1996 yang ditandatangani Misuari dengan pemerintahan Ramos.

Deles menjelaskan bahwa Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), yang dipimpin oleh Nur Misuari, belum menyatakan secara resmi ke Indonesia niat mereka untuk menyelesaikan kebuntuan, yang kini mencapai minggu kedua.

"Kami memahami dari Indonesia yang dalam beberapa kali mereka menerima pesan dari kelompok Misuari pekan lalu, satu-satunya topik mereka mengangkat adalah mengenai pengaturan perjalanan untuk menghadiri pertemuan di Yogyakarta, sampai mereka meminta penundaan pertemuan Kamis lalu (September 12 ), "katanya dalam sebuah pernyataan.

Pada hari Selasa, sekitar 150 orang disandera oleh MNLF dibebaskan.

Pada Selasa siang, namun, kota polisi Direktur Senior Superintendent Jose Chiquito Melayu dan dua pengawal keamanan disandera oleh Misuari yang dipimpin pria bersenjata penandaan mereka sebagai "tawanan perang."

Jet Tempur Sukhoi TNI-AU Kini Sudah di Pasang Rudal Zvezda Kh-31P / NATO AS-17 Krypton

 
http://img156.imageshack.us/img156/9797/610xfv0.jpg
Skadron Udara 11 TNI-AU kini telah memasang rudal-rudal untuk pesawat tempur Sukhoi, antara lain Rudal Zvezda Kh-31P atau istlah NATO AS-17 Krypton. Rudal Krypton buatan Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara seperti,  sistem pertahanan musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS, dari jarak  200 km. Rudal anti-radar ini  bisa mematikan penjejaknya saat diserang.

Komponen paling menarik dari rudal Kh-31P adalah adanya kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan dalam dual roket pendorong (sistem propulsi ganda). Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo.
http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2012/05/Kh31Krypton.jpg

Pada tahap awal misil ini berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas, digantikan 4 mesin jet pendorong, untuk mencapai kecepatan 5 Mach. Kecepatan tinggi ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, termasuk harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak, drone maupun pesawat AWACS.

Karena rudal ini ditugaskan menghancurkan radar musuh atau pesawat AWACS, rudal Kh-31P tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Rudal AS-17 Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat 600 kg  dan dijuliki negara barat dengan nama “AWACS killer”.

Roll Out C-130H hibah dari Australia

Inilah dia foto resmi C-130H Hercules hibah Australia untuk Indonesia. Tidak seperti Hercules TNI-AU umumnya, kali ini pesawat angkut berat itu berbalutkan warna abu-abu tua. Dengan warna ini, sang putra dewa makin terlihat perkasa dan siap mengabdi untuk ibu pertiwi. Pesawat dengan nomor ekor A-1330 ini sudah roll out dari hangar Qantas Defense Services, dimana sebelumnya ia menjalani perawatan berat.

(Foto Combat Aircraft)

Menurut majalah Combat Aircraft, saat berdinas di AU Australia, Hercules ini menyandang nomor seri A97-006. Dikabarkan pula, pesawat ini akan dikirim ke Indonesia pada bulan Oktober nanti.

Australia sendiri kini telah memensiunkan armada C-130H mereka. 4 diantaranya kemudian dihibahkan ke TNI-AU, namun harus melalui serangkaian perbaikan dan upgrade senilai 58 juta Dollar. 3 pesawat lainnya direncanakan akan dikirim pada bulan april, agustus serta oktober 2014. Selain menerima hibah, Indonesia juga setuju membeli 5 Hercules bekas Austtralia, Simulator dan berbagai peralatan pendukung lainnya.

Ambisi Indonesia Untuk Bangun Armada Kapal Selam

SEBAGAI negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia seharusnya membangun armada kapal selam guna mewujudkan TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani menuju world class navy. Pembangunan kapal selam ini dipandang perlu untuk mendukung pertahanan negara yang efektif dan berdaya tanggal tinggi. Saat ini, TNI AL sedang merancang untuk mmbangun pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah.

Ambisi Indonesia Untuk Bangun Armada Kapal Selam

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Marsetio mengatakan pembangunan kekuatan pertahanan harus sejalan dengan strategi pertahanan negara yang tepat dan mampu memaksimalkan pendayagunaan seluruh sumber daya nasional dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

Menurut Marsetio, sejarah membuktikan bahwa kapal selam merupakan senjata penghancur lawan yang sangat sukses. Terbukti dalam keterlibatan kapal selam selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, perang India-Pakistan, perang Malvinas dan perang dingin.


“Kapal selam merupakan salah satu kekuatan Angkatan Laut yang memiliki kemampuan handal sebagai salah satu striking force paling ditakuti dalam perang laut, sulit dideteksi lawan dan dapat menyusup ke jantung pertahanan daerah lawan tanpa diketahui,” kata KSAL Laksamana TNI Marsetio saat membuka Sarasehan Kapal Selam di Wisma Elang Laut, Jakarta, Minggu (15/9).

Sarasehan ini mengangkat tema ‘Kapal Selam Ke Depan’ yang diselenggarakan tepat pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 Satuan Kapal Selam, TNI AL. Dalam acara ini hadir Warga Korps Hiu Kencana sebutan untuk Satuan Kapal Selam.

Sarasehan ini juga menampilkan pembicara yakni Pengamat Militer, Kusnanto Anggoro dengan topik Peran Kapal Selam dalam sistem pertahanan negara maritim; Asisten Perencanaan KSAL, Laksda TNI Ade Supande tentang Rencana Strategis TNI AL dalam Membangun Kapal Selam ke depan; mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono tentang kebijakan industri pertahanan dan Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono tentang Pembangunan Submarine Training dan persiapan personel pengawak kapal selam dalam rangka menyongsong kebangkitan kekuatan kapal selam.

Menurut Marsetio, kapal selama yang dibangun saat ini memiliki tingkat kesenyapan dengan Radiated Noise Level yang rendah, tingkat penghindaran deteksi ((silent and stealthy), memiliki persenjataan yang mematikan (deadly), dapat beroperasi secara individu, tidak membutuhkan escort atau perlindungan baik oleh kapal permukaan oleh pesawat udara.

Kapal selam ini juga mampu membawa personel pengawak yang cukup banyak rata-rata 10 prseonel dan tim-tim khusus dengan akomodasi yang memadai. Dengan begitu, dapat digunakan untuk operasi-operasi infiltrasi dan sabotase.

Marsetio berpendapat kapal selam bagi Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipungkuri, karena akan menimbulkan efek daya tangkal sekaligus memberikan pengamanan yang optimal di laut.

Dalam perencanaan strategis TNI AL sesuai dengan kekuatan pokok minimum membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 5 unit yakni 3 unit pengadaan baru dan 2 unit direvitalisasi. Namun dalam postur ideal, menurut Marsetio, TNI AL membutuhkan kekuatan kapal selam sebanyak 10 unit yang baru.

Ia menjelaskan pengadaan kapal selam Pinjaman Luar Negeri/Kredit Ekspor (PLN/KE) yang saat ini sedang berjalan di Korea Selatan sebanyak 1 unit. Berdasarkan rencana pemenuhan kekuatan pokok minimum TNI AL tahun 2010-2014 akan dibangun kapal selam diesel elektric (DE) yang sudah terkontrak 3 unit dan akan berakhir hingga tahun 2017.

“Pembangunan kapal selam ke-3 akan dibangun di galangan lokal dengan memaksimalkan transfer of technology (TOT),” kata Marsetio.

Sementara Pangarmatim, Laksda TNI Agung Pramono mengatakan kapal selam merupakan alutsista TNI AL memiliki sifat atktis khusus dengan reka bentuk dan tingkat teknologi yang dapat melaksanakan berbagai operasi dengan tingkat kerahasiaan tinggi dan resiko tinggi. Karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan pengawak yang memiliki profesionalitas yang tinggi pula.

Agung membenarkan, sejak berdiri Satuan Kapal Selam pada tahun 1959 hingga saat ini, fasilitas pangkalan khususnya untuk pelatihan awak kapal selam amat sangat kurang. Begitu kurangnya frekuensi operasi unsur-unsur Satuan Kapal Selam dapat berimplikasi pada terjadinya degradasi kemampuan dan profesionalisme pengawak kapal selam.

Mantan KSAL, Laksamana TNI (Purn) Sumardjono mengingatkan bahwa anggaran jangan dijadikan alasan pembenar untuk tidak bisa bangkit memenuhi kebutuhan alutsista dalam memperkuat postur pertahanan. “Indonesia perlu melangkah menuju kemandirian nasional dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan,” kata Sumardjono.

Hibah Kapal Selam

Pengamat Militer Kusnanto Anggoro menyarakan kepada pemerintah Indonesia khususnya TNI AL untuk menerima hibah 10 unit kapal selam dari Rusia.

“Kalau pengadaan kapal selam masih kurang dari 18 unit masih bisa diterima karena masih dalam batas kebutuhan sesuai geografis Indonesia sebagai negara maritim,” kata Kusnanto Anggoro.

KSAL Marsetio menyatakan telah mendapat perintah dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro untuk meninjau kemungkinan untuk menerima hibah 10 unit kapal selam dari Rusia.  (Jurnas)

Jumat, 30 Agustus 2013

Kejelasan dari pengadaan 11 helikopter AKS untuk TNI AL

AS565 MB Panther
AS565 MB Panther
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Pertahanan dan militer Indonesia. Tentu hal ini tidak terlepas dari semangat pemerintah yang mendorong penggunaan alutsista dalam negeri. Dan memang seperti itulah seharusnya, jika Indonesia yang besar ini mau mandiri.

TNI AL akhirnya memesan 11 unit helikopter jenis Anti-Kapal Selam (AKS) kepada PT DI. Pembelian ini sekaligus menepis kemungkinan pembelian Heli AKS Seasprite yang memang menuai kontroversi.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio berharap 11 helikopter AKS untuk memperkuat alutsista TNI Angkatan Laut telah ada paling lambat tanggal 5 Oktober 2014. TNI AL telah menyiapkan skuadron khusus untuk menerima 11 helikopter AKS buatan PT DI dengan nama Skuadron 100 AKS. Helikopter AKS dibutuhkan TNI AL untuk membentuk kekuatan tempur Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) pada tahun 2014 nanti. Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) ini mellibat unsur Kapal Perang, Pesawat Udara, Koprs Marinir dan Pangkalan.

Eurocopter AS565 MB Panther

Berdasarkan keterangan Asisten Direktur Utama PT DI, Sonny Ibrahim Saleh, PT DI akan menggarap 11 unit helikopter AKS TNI AL serta delapan helikopter serang TNI AD.

“Untuk anti kapal selam jenisnya adalah Superpuma karena faktor peralatan pendukung sedangkan untuk tujuan serang bukan lagi NBO-105 tapi kemungkinan Ecureuil,” tandasnya di Bandung – Jawa Barat.

Dari penjelasan Juru Bicara PT DI itu, dapat disimpulkan helikopter AKS yang dipesan PT DI adalah Eurocopter varian AS332 Super Puma atau versi lebih baru AS565 MB Panther. Sedangkan heli serang untuk TNI AD juga buatan Eurocopter, AS350 Ecureuil atau varian AS555 Fennec.

Sebelumnya PT DI memang telah menandatangani kerjasama dengan Eurocopter untuk produksi sejumlah jenis helikopter, termasuk Fennec dan Ecureuil.

Di saat yang sama, PT DI juga memenuhi pesanan 7 unit helikopter Eurocopter jenis lain. Enam diantaranya untuk TNI AU. Jenisnya adalah EC-725 Cougar varian Combat SAR and Personal Recovery. Pengerjaan tersebut di luar jumlah pesanan atas heli angkut personil Bell 412 EP untuk kepentingan TNI.

Hal ini membuktikan kualitas PT DI terus mendapatkan kepercayaan. Dengan banyaknya pesanan kepada PT DI meyebabkan nilai kontrak yang diraih pada tahun 2012 mencapai Rp 8,2 triliun, sementara tahun 2011 hanya Rp 1 triliun. Nilai kontrak itu mencakup pesanan CN-235 MPA dan Helikopter Anti Kapal Selam.

 Perakitan C-295 

C-295 AEW&C

TNI Angkatan Udara akan kembali menerima dua pesawat C-295 bulan September 2013, sehingga jumlah yang diterima dari Spanyol menjadi 4 pesawat. Mulai pesawat ke lima, ke enam dan ke tujuh, akan dikustomisasi di Indonesia. Sedangkan pesawat ke delapan dan ke sembilan sepenuhnya dirakit oleh PT DI.

Menteri BUMN Dahlan Iskan menargetkan pada tahun 2014, PT DI mulai merakit C-295 dan TNI AU pun akan terus menambah pesawat jenis C-295 hingga berjumlah 16 buah untuk memenuhi kebutuhan skuadron dua TNI AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Untuk menyambut produksi yang lebih besar, PT DI terus membeli mesin baru untuk produksi, sekaligus merevitalisasi mesin mesin di PT DI yang telah berumur 30 tahun.

“Saat ini telah ada 8 mesin baru yang beroperasi dan lima unit lainnya dalam proses pengiriman”, ujar Juru Bicara PT DI Rakhendi Triyatna. Mesin ini dibeli PT DI untuk keperluan: komputerisasi, bubut, bor, cetak metal, silinder dan lain sebagainya. Beberapa mesin yang dibeli: CNC (Computerized Numerical Control), Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR Deckel Maho DMU serta Mesin Gantry Matec Jobs LINX30. Mesin mesin berteknologi tinggi ini didatangkan dari beberapa pabrik di Jerman, Italia dan Taiwan.

Menurt Rakhendi, kemampuan mesin CNC yang handal serta pengalaman yang dimiliki PT DI membuat mereka dapat memenuhi komponen pesawat produk PT DI serta menyuplai banyak komponen yang dipesan Airbus, Boeing dan Bombardier.

“Seperti yang sering kami katakan, PT DI merupakan single supplier untuk bagian tengah, depan dan wing dari A380, pesawat yang sangat populer di dunia. Saat ini PT DI memiliki 100 unit mesin CNC dan TNC. Mesin mesin yang telah ada sebelumnya bekerja sangat produktif dan rata rata beroperasi 15 jam/hari untuk memenuhi target produksi yang terjadwal sangat ketat”, tambah Rakhendi.

Dengan tambahan peralatan baru ini PT DI sangat percaya diri untuk menggarap C-295 di Bandung- Jawa Barat. Apalagi C-295 merupakan hasil peningkatan dari CN-235 dengan penambahan panjang badan pesawat (sekitar 3 meter), penguatan landing gear dan penambahan tenaga pesawat. Bahkan untuk menyambut perakitan CN-295 nanti, PT DI telah menyiapkan badan pesawat yang lebih panjang dan sedang dikerjakan. PT DI ingin memberi nilai lebih dengan CN-295 yang nantinya mereka rakit.

  CN-235 MPA  


Pesawat CN 235 MPA TNI AL.

Sebelum menggarap C-295, kini PT DI juga sedang menguji terbang 3 pesawat CN-235 MPA yang juga pesanan TNI AL, untuk patroli maritim. Berbeda dengan CN-235 umumnya, pesawat pesanan TNI-AL ini memiliki winglet pada ujung sayapnya guna mengefisienkan gaya hambatdan penghematan bahan bakar.

 N-219 PT DI  

Lion Air akan Pesan 50 unit N-219 PTDI

Order lain datang dari Maskapai Penerbangan Lion Air yang menyatakan siap membeli 50 pesawat N219. Lion Air tertarik dengan N-219 karena onderdil atau parts yang dipakai pesawat ini law maintenance. PT DI berencana akan menjual 100 pesawat N219 kepada maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, Lion Air.

Pesawat kecil yang difokuskan untuk melayani penerbangan perintis itu dipatok seharga US$ 4,5 juta hingga US$ 5 juta/unit. Pesawat perintis buatan PT DI ini akan memiliki kandungan komponen buatan lokal sebesar 40 persen. Jumlah ini ditingkatkan secara bertahap, sehingga pada pesawat produksi yang ke-30, kandungan lokalnya sudah mencapai 60 persen.

Dengan terus mempromosikan pesawat CN235, CN295, NC212-400 dan N219 tahap desain), PT DI berbenah diri dalam segala hal untuk menyambut prospek pasar di kawasan Asia Pasifik yang terus meningkat.

Presiden SBY Melawat ke Tiga Negara Eropa

 
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan melakukan serangkaian kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan, Polandia, dan Rusia pada 1-7 September 2013.


Presiden akan didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono beserta sejumlah delegasi dalam kunjungan tersebut.

“Kunjungan ke luar negeri Presiden selama tujuh hari memiliki arti strategis bagi kepentingan nasional Indonesia, utamanya di bidang ekonomi,” Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah di Jakarta, Jumat (30/8).

Teuku Faizasyah mengemukakan, kunjungan Presiden ke Astana, Kazakhstan dilakukan atas undangan Presiden Nursultan Nazarbayev. Kunjungan tersebut merupakan balasan terhadap kunjungan Presiden Nazabayev sebelumnya.

"Selama di Astana, Presiden akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Nazarbayev. Bidang yang akan dibahas antara lain perdagangan dan investasi, pangan dan energi, sosial budaya, dan kerjasama pendidikan," kata Faizasyah di Jakarta, Jumat (30/8).

Presiden juga dijadwalkan akan bertemu dengan PM Kazakhstan Serik Akhmetov dan pelaku bisnis utama Kazakhstan.

Seusai kunjungan ke Astana, Presiden beserta rombongan akan bertolak menuju Warsawa, Polandia. Kunjungan kali ini merupakan yang ketiga kali dilaukan Presiden RI sejak dibukanya hubungan diplomatik pada 1955. Kunjungan pertama dilakukan oleh Presiden Soekarno tahun 1959 dan yang kedua oleh Presiden Megawati pada tahun 2003.

Selama di Polandia, Presiden dijadwalkan akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Polandia, Bronisław Komorowski. Selain itu, juga akan dilakukan pertemuan dengan PM Polandia, Donald Tusk, dan Ketua Senat Polandia, Y.M. Bogdan Borusewicz.

Pada kesempatan kunjungan kenegaraan ini, akan ditandatangani nota kesepahaman di berbagai bidang, diantaranya di bidang perikanan, pertanian, perdagangan, investasi, pertambangan, dan pendidikan. Untuk lebih memfasilitasi interaksi pejabat kedua negara, akan pula ditandatangani perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor dinas dan diplomatik.

Adapun kunjungan terakhir Presiden RI dalam rangkaian lawatan ini adalah St. Petersburg, Rusia guna menghadiri KTT ke-8 G-20. KTT G-20 dibawah Presidensi Federasi Rusia akan membahas empat isu utama (cluster of issues), yakni growth and financial stability, sustainable development for all, growth, jobs, investment; dan growth and trade.

Bersama para pemimpin G-20 lainnya, Presiden Yudhoyono juga akan menghadiri dialog informal G-20 dengan Business 20 (B20) dan Labor 20 (L20). Topik yang akan dibahas dalam dialog tersebut adalah promoting growth and job.

TNI AL Incar 10 Kapal Selam Rusia


TNI sangat serius dalam melakukan penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Setelah TNI AD membeli MBT Leopard 2A6 dan helikopter serang Apache, TNI AU membentuk satu skuadron Sukhoi dan F-16, kali ini TNI AL bakal memperkuat armadanya.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah Republik Indonesia (RI) mendapat tawaran dari Rusia berupa bantuan 10 kapal selam. Saat ini, TNI AL hanya memiliki dua kapal selam yang terbilang berumur. Hingga tiga tahun ke depan, TNI AL bakal kedatangan tiga kapal selam baru hasil kerja sama dengan Korea Selatan.

Untuk mempercepat pencapain kekuatan pokok minimum (MEF), Purnomo tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintahan yang dipimpin Vladimir Putin itu. Meski begitu, Purnomo tidak merinci apakah kapal selam yang ditawarkan itu berbentuk hibah atau pembelian baru.

Terkait spesifikasi juga ia mengaku kurang tahu lantaran baru tawaran awal dan perlu dilakukan kajian mendalam. Yang pasti, kata dia, kapal selam yang dijajakan ke Indonesia relatif baru.

“Kami akan kirim tim ke Rusia, terdiri Kemenhan, Mabes TNI, dan TNI AU untuk tahu lebih lanjut. Pak Marsetio (KSAL) pimpinan delegasinya,” kata Purnomo usai peluncuran buku ‘Komunikasi Dalam Kinerja Intelijen Keamanan’ di Jakarta, Jumat (31/8) malam.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio mengakui bakal berkunjung ke Rusia untuk melihat langsung galangan tempat bersandarnya kapal selam. Hal itu dilakukan agar kapal selam yang dibeli cocok dengan kondisi perairan Indonesia. Ia belum bisa menjelaskan secara detail lantaran belum melihat langsung barangnya.

“Yang Rusia belum. Harus disesuaikan dengan geografis Indonesia, apakah termasuk kapal selam samudera atau kapal selam kelas negara archipelago? Idealnya kapal selam kita memiliki kekhususan dan kekhasan dengan melihat kedalaman dan kontur laut,” ujar Marsetio.

Apache AH-64E Indonesia Akan Amankan Batas Laut China Selata

Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk menjual helikopter serbu Apache tipe AH-64E kepada Indonesia. Persetujuan itu dilakukan saat Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel melakukan kunjungan ke Tanah Air beberapa waktu lalu.


Dengan adanya pembelian itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meyakinkan penempatan squadron baru itu tak akan ditempatkan di Papua. Pembelian itu dilakukan hanya untuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia, bukan menekan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

"Oh enggak, itu bukan untuk Papua, itu untuk Indonesia itu. Untuk menjaga kedaulatan kita," ucap Purnomo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/8).

Namun, alih-alih memberitahukan, Purnomo menyebut pangkalan untuk Apache dilakukan dekat perairan Laut China Selatan.

"Itu saya pastikan bukan di Papua, ya tapi kita tak bisa beri tahu sekarang ya. Agar tahu saja, bahwa kita akan tempatkan di Laut China Selatan," pungkasnya. (Merdeka)

Helikopter Tempur Buatan Indonesia Bernama GANDIWA

https://lh6.googleusercontent.com/-FpvVg7AkyuY/UbmYCyA2LmI/AAAAAAAAAvQ/4EK0hZUusOw/w449-h445-no/model+gandiwa+2++kaskus.us.jpg

GANDIWA Merupakan Helikopter tempur yang Diambil dari nama senjata busur yang berisi anak panah dengan jumlah tak terbatas milik Arjuna yang didapat dari dewa Baruna, Helikopter Serbu yang dirancang PT. DI ini memiliki kemampuan menyergap target di darat, seperti musuh infanteri dan kendaraan lapis baja.

Dikarenakan helikopter ini dilengkapi dengan persenjataan berat, kadang disebut juga sebagai gunship helicopter. Karena helikopter ini juga dapat dipakai untuk melakukan penyerangan, maka biasa disebut juga sebagai helikopter serang (attackt helicopter).


 https://lh3.googleusercontent.com/-Fp6v23reZ5o/UbmbmqVF3_I/AAAAAAAAAwE/zKeqr64WOtU/w768-h576-no/Gandiwa+%2528kalashinikov777%2529+01316ks.jpg

Senjata yang digunakan pada helikopter tempur ini dapat mencakup autocannons, machine-guns, roket, dan peluru kendali seperti Hellfire. Selain itu helikopter ini juga mampu membawa rudal udara ke udara, meskipun sebagian besar untuk tujuan pertahanan diri. Secara umum, Dirgantara Combat Helicopter memiliki dua tugas utama : 


  1. Untuk memberikan dukungan udara secara langsung dan tepat bagi pasukan darat. 
  2. Sebagai anti-tank, dimana tugasnya adalah menghancurkan kendaraan lapis baja miilik musuh.
https://lh6.googleusercontent.com/-_2CPKSdxIDo/Ubmaxn60eBI/AAAAAAAAAvs/jnfG6i9zntQ/w768-h576-no/helikopter-gandiwa-ptdi.jpg

Design Development
Helikopter tempur GANDIWA adalah helikopter dengan konfigurasi 2 orang crew (1 orang pilot dan 1 orang co-pilot/gunner) dengan posisi tandem. Helikopter ini memiliki dua buah engine dan satu buah dengan empat bilah composite bearingless rotor utama (main rotor) dan satu buah rotor ekor (tail rotor). Helikopter ini dilengkapi juga dengan wing pylon untuk mensupport persenjataan yang dibawanya.

Karakteristik umum
  • Crew: 2 (pilot, and co-pilot/gunner)
  • Length: 56 ft 1 in (17.1 m)
  • Rotor diameter: 46 ft 0 in (14.0 m)
  • Disc area: 1,662 ft² (154.4 m²)
  • Empty weight: 6,789 lb (3,079 kg)
  • Max takeoff weight: 11,900 lb (5,397 kg)
  • Powerplant: 2×Pratt & Withney Canada. PT6T-3BE Twin Pac Turboshafts, 900 shp (671 kw)each
  • Fuselage length: 43 ft (13.1 m)

Performansi
  • Maximum speed: 140 knots (259 km/h)
  • Cruise speed: 122 knots (226 km/h)
  • Range: 402 nmi (745 km)
  • Service ceiling: 20,000 ft (6,096 m)
  • Rate of climb: 1,350 ft/min (6.86 m/s)
  • Power/mass: 0.2263 hp/lb (437 W/kg)

Persenjataan
  • Guns: 1× 30 × 113 mm (1.18 × 4.45 in) M230 Chain Gun with 1,200 rounds
  • Hardpoints: Four pylon stations on the stub wings.
  • Rockets: Hydra 70 70 mm, and CRV7 70 mm air-to-ground rockets
  • Missiles: Typically AGM-114 Hellfire variants; AIM-92 Stinger may also be carried.

Roket Meluncur dari Garut

[VIDEO] Roket Meluncur dari GarutGarut • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil meluncurkan sejumlah roket dengan daya jelajah hingga 100 kilometer. Peluncuran dilakukan di Kawasan Cilautereun, Garut, Jawa Barat.

Dalam tayangan Liputan 6 Terkini SCTV, Kamis (30/8/2013), roket-roket dengan daya jangkau 30 dan 100 kilometer ini berhasil mengangkasa dengan baik.

Roket berjenis R-Han ini merupakan karya para ahli Indonesia dengan seluruh materialnya dari dalam negeri. Roket khusus ini diciptakan untuk memperkuat pertahanan dalam menjaga kedaulatan negara.

Roket berhasil diciptakan berkat kerja sama para ahli dari Lapan, PT Pindad, serta Kementerian Riset dan Teknologi yang tergabung dalam Konsorsium Riset dan Teknologi Roket Nasional.

Rencananya kemampuan roket akan ditingkatkan hingga memiliki daya jangkau 150 kilometer.(Riz/Sss)

Helikopter Serang Pertama China Berhasil Luncurkan Rudal AAM


Helikopter WZ-10 yang merupakan helikopter serang pertama yang dikembangkan oleh China telah berhasil meluncurkan rudal udara-ke-udara (AAM) dan berhasil mengintersep target di ketinggian rendah untuk yang pertama kalinya. WZ-10 yang merupakan akronim dari "Wuzhuang Zhishengji 10" yang berarti "helikopter bersenjata", melakukan penembakan rudal itu saat latihan tempur yang melibatkan personel dari pasukan penerbangan dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di perairan timur Provinsi Guangdong, China Selatan, pekan lalu.

Latihan tersebut, yang merupakan latihan tempur skala besar sejak dibentuknya pasukan penerbangan, diadakan untuk mempelajari metode pertempuran masa kini. Ada enam operasi yang dilakukan dalam latihan tersebut yaitu penembakan, dukungan penembakan jarak dekat, serangan khusus, airlanding di sisi sayap, intersepsi tembakan dan bergerak dengan "leapfrogging".

Helikopter serang WZ-10 atau biasa juga disebut Z-10 dirancang untuk misi anti tank, menetralkan pasukan dan kekuatan mobile di darat, dan misi sekunder untuk pertempuran udara-ke-udara. Helikopter ini pertama kali terlihat di hadapan publik pada saat China International Aviation and Aerospace Exhibition ke-9 di selatan kota Zuhai, Guangdong 2010 lalu. WZ-10 dirancang dan diproduksi oleh Perusahaan Changhe Aircraft Industries Corporation (CAIC) dari China, namun seorang engineer Rusia mengatakan bahwa WZ-10 adalah desain Rusia

Rusia Akan Kirim Kapal Perang ke Laut Tengah

Rusia Akan Kirim Kapal Perang ke Laut Tengah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTrqYlrFy0TcaaP9RonO716LLHQMxouF4UBeaXjRzNnSc-KLQbWjLEFcOXUdfutxqi1FDW9PCX8wPoa3DeBGqXdChXji7D9JTiHsRMG01Ale3RTQtVIsmL6eaFOI6jOsIMWBMHpybVfA/s1600/3057634_20130829051209.jpg
Rusia dikabarkan berencana mengirim dua kapal perangnya ke Laut Tengah untuk memperkuat kehadiran militernya di kawasan tersebut karena "situasi yang sudah diketahui bersama". Demikian kantor berita Interfax mengabarkan, Kamis (29/8/2013). Interfax mengutip pernyataan seorang sumber angkatan bersenjata yang mengatakan kapal perang anti-kapal selam dan kapal serbu itu akan tiba di Laut Tengah dalam beberapa hari ke depan.

Jika benar Rusia mengirim kan kapal perangnya ke Laut Tengah, maka kemungkinan besar mereka akan bertemu dengan kapal-kapal perang AS yang kini bersiaga di kawasan yang sama. Setidaknya AS menyiagakan empat kapal perang di Laut Tengah untuk mengantisipasi rencana serangan militer ke Suriah. Sepanjang konflik bersenjata Suriah yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun ini, Rusia memang dikenal menjadi salah satu sekutu kuat rezim Bashar al-Assad selain China dan Iran.

Di tengah konflik yang semakin memanas, Rusia diketahui tetap memasok rudal-rudal anti-serangan udara S300 untuk militer Suriah, dengan dalih pengiriman itu merupakan bagian dari perjanjian yang sudah sejak lama diteken. Dukungan Rusia kembali terlihat setelah insiden serangan senjata kimia di Ghouta dekat ibu kota Damaskus pekan lalu. Di saat AS dan sekutunya serta negara-negara Timur Tengah menuding rezim Suriah berada di balik serangan brutal tersebut, lagi-lagi Rusia meyakini pelaku serangan senjata kimia bukanlah pemerintah Suriah. Bahkan, saat wacana serangan militer ke Suriah semakin gencar, Rusia tetap bersikukuh membela Suriah dan memperingatkan dampak serangan militer terhadap stabilitas Timur Tengah pada umumnya

Rusia Tampilkan Sistem Pertahanan Udara S-350 di MAKS 2013

Rusia Tampilkan Sistem Pertahanan Udara S-350 di MAKS 2013

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxC29wdVCc3O3wdXP_VvZuE1OxDH3Mz-3wgrIF_wqtFjcLcEnfUUPSUOgNGhVUv0Vyr3auo4bGSib0PjM557emUlwqUFf-x86d1sNXXAqj2TJc9Eqvc1hdLfKEUG_rq804GlFVQRr4k4I/s1600/sistem_pertahanan_udara_s-350e.jpg

Pada pameran kedirgantaraan MAKS 2013 yang berlangsung di Moskow, perusahaan pertahanan Rusia Almaz-Antey untuk pertama kalinya menampilkan sistem pertahanan udara jarak menengah baru "S-350E" kepada publik. Sistem rudal baru S-350E ini dirancang untuk melindungi objek terhadap serangan besar-besaran dari udara termasuk alutsista musuh yang berteknologi siluman, serta rudal balistik taktis dan operasional taktis, baik untuk masa sekarang maupun di masa mendatang.

Sebelumnya Almaz-Antey memang berjanji akan menghadirkan sebuah sistem pertahanan udara jarak menengah baru, lalu muncullah S-350E yang juga dikenal sebagai Vityaz (Ksatria). Sistem rudal S-350E ini sebelumnya juga ditampilkan di hadapan Presiden Rusia Vladimir Putin saat kunjungannya ke pabrik Obukhov di St Petersburg, Rusia beberapa waktu lalu. Dari informasi yang diperoleh, kinerja S-350E diklaim jauh lebih unggul dari sistem pertahanan udara S-300. Negara-negara mitra Rusia juga disarankan untuk mengganti sistem S-300-nya karena sistem itu masih menggunakan teknologi usang jaman Uni Soviet.

Peluncur vertikal 50P6E TEL dari sistem S-350E yang terkombinasi dengan radar multi fungsi dengan tampilan melingkar menjadikan sistem rudal ini efektif untuk mengatasi serangan dari segala arah. Inilah yang membuatnya berbeda dari sistem-sistem rudal pesaingnya yang peluncurnya cenderung condong (seperti sistem pertahanan udara Patriot buatan AS). Karena desain barunya dan penggunaan rudal canggih 9M96, jumlah amunisi juga meningkat secara dramatis yaitu satu peluncur terdiri dari 12 rudal, bukan 4.

Faktor kunci yang menjadi penentu efektivitas sistem rudal baru ini adalah kemampuannya untuk secara bersamaan (dalam satu waktu) mengatasi serangan pesawat dari berbagai tipe, dari segala arah, di semua ketinggian penerbangan, di semua kondisi cuaca, siang atau malam, dan dalam kondisi padat sinyal. Semua ini karena penggunaan alat informasi fundamental baru yaitu radar multifungsinya. Fitur ini baru kali ini digunakan dalan sistem pertahanan udara Rusia. Selain itu, S-350E memiliki mobilitas dan daya tahan yang tinggi. Hanya dibutuhkan waktu lima menit saja untuk menjadikan sistem ini dalam status waspada.

Pameran kedirgantaraan MAKS merupakan momen penting bagi bisnis Rusia. Awalnya hanya sebagai acara hiburan belaka, namun kemudian berubah menjadi pasar di mana produsen-produsen pertahanan Rusia mencari pembeli. Pameran ini menjadi penting bagi negara-negara CIS dan tetangga, karena kesamaan pasar. Sejak pameran pertama pada 1992, selanjutnya MAKS selalu diadakan pada tahun-tahun ganjil hingga saat ini. MAKS 2013 sendiri berlangsung dari tanggal 27 Agustus 2013 hingga 1 September 2013 dan dibuka untuk umum mulai tanggal 30 Agustus hingga 1 September 2013