JAKARTA – Panglima Komando Armada Barat
(Pangarmabar), Laksamana TNI, A Taufiq menjelaskan asal-usul penamaan
tiga kapal cepat rudal (KCR-40) yang dimiliki TNI AL, yakni KRI
Surik-645, KRI Siwar-646, dan KRI Parang-647.
Surik, kata Taufiq, merupakan pedang tradisional dari Pulau Timor. Bagi masyarakat Belu, Nusa Tenggara Timur, pedang surik adalah pedang sakti. Meski demikian, kesaktian pedang tersebut juga bergantung kepada orang yang memegangnya.
“Jadi tidak sembarang orang boleh memegang surik. Oleh karena itu sebelum turun perang, masyarakat berembuk menentukan siapa yang pegang. Pedang surik juga dijadikan tarian khas Timor yang bernama tari Surik Laleok yang menggambarkan kepahlawanan adat setempat,” ujar Taufik dalam keterangan persnya kepada Okezone, Sabtu (1/8/2015).
Lalu, Siwar adalah senjata tusuk genggam yang berasal dari Sumatra Selatan, memiliki bentuk menyerupai golok panjang dengan tajaman di salah satu sisi bilahnya. Senjata ini mampu memotong kulit, kayu, bahkan batu yang keras dalam sekali ayunan, selain itu Siwar juga memegang kedudukan yang penting bagi pemegangnya, sehingga fungsinya tidak hanya sebagai alat untuk mempertahankan diri, melainkan juga sebagai benda keramat yang memiliki strata tertentu, dan kekuatan magis.
“Senjata unik dari Sumatera Selatan ini diabadikan sebagai sebuah nama kapal KRI Siwar-646 dengan harapan seluruh prajurit KRI Siwar-646 mampu menyelesaikan masalah dengan baik, cepat dan tajam serta menerapkan nilai keindahan, ketekunan, ketelitihan dan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.
Sementara Parang adalah salah satu senjata tajam yang terbuat dari besi dan ukurannya bervariasi, bentuknya sederhana tanpa pernak pernik. Parang di gunakan turun temurun oleh masyarakat Indonesia guna mendukung kehidupan sehari-hari yaitu di gunakan sebagai alat potong atau alat tebas.
Dalam sejarah peperangan rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah Belanda dari bumi pertiwi, rakyat Indonesia menggunakan Parang sebagai salah satu senjata selain bambu runcing.
“Penggunaan nama KRI Parang-647 bertujuan agar seluruh prajurit KRI Parang-647 dapat menghayati dan meresapi nilai-nilai kesetiaan dan keberanian yang di tunjukan oleh para pahlawan nasional tersebut,” pungkasnya. (awl)
Surik, kata Taufiq, merupakan pedang tradisional dari Pulau Timor. Bagi masyarakat Belu, Nusa Tenggara Timur, pedang surik adalah pedang sakti. Meski demikian, kesaktian pedang tersebut juga bergantung kepada orang yang memegangnya.
“Jadi tidak sembarang orang boleh memegang surik. Oleh karena itu sebelum turun perang, masyarakat berembuk menentukan siapa yang pegang. Pedang surik juga dijadikan tarian khas Timor yang bernama tari Surik Laleok yang menggambarkan kepahlawanan adat setempat,” ujar Taufik dalam keterangan persnya kepada Okezone, Sabtu (1/8/2015).
Lalu, Siwar adalah senjata tusuk genggam yang berasal dari Sumatra Selatan, memiliki bentuk menyerupai golok panjang dengan tajaman di salah satu sisi bilahnya. Senjata ini mampu memotong kulit, kayu, bahkan batu yang keras dalam sekali ayunan, selain itu Siwar juga memegang kedudukan yang penting bagi pemegangnya, sehingga fungsinya tidak hanya sebagai alat untuk mempertahankan diri, melainkan juga sebagai benda keramat yang memiliki strata tertentu, dan kekuatan magis.
“Senjata unik dari Sumatera Selatan ini diabadikan sebagai sebuah nama kapal KRI Siwar-646 dengan harapan seluruh prajurit KRI Siwar-646 mampu menyelesaikan masalah dengan baik, cepat dan tajam serta menerapkan nilai keindahan, ketekunan, ketelitihan dan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.
Sementara Parang adalah salah satu senjata tajam yang terbuat dari besi dan ukurannya bervariasi, bentuknya sederhana tanpa pernak pernik. Parang di gunakan turun temurun oleh masyarakat Indonesia guna mendukung kehidupan sehari-hari yaitu di gunakan sebagai alat potong atau alat tebas.
Dalam sejarah peperangan rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah Belanda dari bumi pertiwi, rakyat Indonesia menggunakan Parang sebagai salah satu senjata selain bambu runcing.
“Penggunaan nama KRI Parang-647 bertujuan agar seluruh prajurit KRI Parang-647 dapat menghayati dan meresapi nilai-nilai kesetiaan dan keberanian yang di tunjukan oleh para pahlawan nasional tersebut,” pungkasnya. (awl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar