Seperti diketahui tiga Bomber stratgis B-52 Stratofortress telah tiba ke Eropa setelah berangkat dari pangkalan udara North Dakota AS. Bomber ini akan bergabung dalam latihan Saber Strike yang digelar NATO di negara Baltik yang berbatasan dengan Rusia.
Latihan dua minggu ini juga akan melibatkan 10.000 tentara dari 13 negara NATO, serta beberapa calon anggota alianasi masa depan, seperti Swedia dan Finlandia.
Robert Bridge seorang penulis dan wartawan Amerika yang berbasis di Moskow dalam tulisannya di Russia Today Sabtu 4 Juni 2016 menyebutkan provokasi di depan pintu Rusia hanyalah sebuah contoh kecil dari petualangan militer yang dipimpin AS yang sekarang terjadi di seluruh Eropa Timur. Tindakan ini secara langsung telah bertanggung jawab untuk menyeret hubungan bilateral antara Moskow dan Washington ke tingkat terburuk dalam sejarah.
Bulan lalu, misalnya, Presiden Putin mengomentari sistem pertahanan rudal AS yang baru saja online di Rumania. “Saat ini rudal pencegat memiliki jangkauan 500 kilometer, segera ini akan naik ke 1.000 kilometer, dan lebih buruk dari itu, mereka dapat dipersenjatai kembali dengan rudal ofensif dengan jarak 2.400 km dan itu bisa dilakukan dengan hanya mengubah software, yang bahkan Rumania sendiri tidak akan tahu, “kata Putin kepada wartawan selama kunjungan dua hari ke Yunani.
“Kami memiliki kemampuan untuk merespons,” katanya sembari menambahkan bahwa Polandia dan Rumania, berkat tindakan Washington ini telah masuk dalam “garis bidik” rudal Rusia yang akurat dan mematikan.
Tapi ada alasan lain untuk menjadi sangat prihatin atas gerakan kekuatan NATO yang telah mengkatifkan alarm di Rusia. Para pemimpin AS dan NATO terus mengarahkan pandangannya ke arah timur dan seharusnya itu tidak mengejutkan jika mereka mengalami lebih sering kontak dengan militer Rusia, namun entah bagaimana ini membingungkan para pengamat Barat.
CNN bahkan memberanikan diri menyampaikan pertanyaan bodoh, dalam judul: ‘Jet Rusia terus berdengung di atas kapal dan pesawat AS. Apa yang dapat AS lakukan? Padahal jawabannya sangat gampang “Yah, berhenti melakukan manuver militer dekat wilayah Rusia. Sebenarnya tidak memerlukan seorang militer jenius untuk memahami bahwa pertemuan-pertemuan semacam ini memiliki potensi untuk menghasilkan bencana,” tulis Bridge
Pertimbangkan pesawat Rusia terbang rendah di atas USS Donald Cook pada bulan April adalah karena kapal itu memasuki Laut Baltik dan berlayar hanya pada jarak 70 mil laut dari Kaliningrad, sebuah tempat strategis Rusia yang terletak antara Lithuania dan Polandia.
Namun yang terjadi justru barat menuduh menuduh Putin melakukan tindakan “sembrono;” Menteri Luar Negeri John Kerry menaikkan taruhan, mengatakan tindakan Rusia bisa jadi alasan pembenar untuk “menembak jatuh.”
Bridge menulis bagi mereka yang masih tidak yakin bahwa Rusia memiliki beberapa alasan serius untuk khawatir dengan mesin perang AS dan NATO yang semakin dekat, dia mengajak menempatkan situasi dalam perspektif yang tepat.
“Mari kita bayangkan bahwa papan catur geopolitik tiba-tiba dibalik yakni dengan Rusia yang kini sibuk mengirimkan kekuatan ke perbatasan Amerika, misalnya, di Amerika Latin.”
“Mari kita melempar dadu dan melihat apa reaksi Washington jika Rusia mengirim tiga pembom TU-160 Blackjack ke Amerika Selatan untuk berpartisipasi dalam latihan perang dengan negara seperti Kuba, Venezuela dan Brasil, misalnya, hanya beberapa minggu setelah Moskow membangun sistem pertahanan rudal yang bisa diaktifkan dengan jentikan switch di Kolombia. Astaga! Saya berani mengatakan tidak ada sebuah jaket di dunia yang bisa menahan kejang neocon yang akan keluar di Beltway.”
Sekarang bayangkan Amerika Serikat harus menelan provokasi Rusia di tanah Amerika Latin. “Ya, saya tahu itu sangat sulit membayangkan, tapi tolong bermain fair.”
Tapi itulah situasi yang sekarang secara paksa diterapkan untuk Rusia. Bahkan saat selama tiga dekade, Rusia telah membungkuk ke belakang selama 30 tahun terakhir untuk membantu Amerika Serikat melalui neraka dan air yang tinggi.
“Siapa orang pertama yang menelepon George W. Bush setelah serangan teroris 9/11 di New York dan Washington? Apakah panggilan datang dari London? Paris? Nah. Apakah Anda percaya panggilan itu datang dari Moskow, dan meskipun perbedaan waktu !? Sebenarnya, untuk lebih tepatnya, panggilan datang dari Vladimir Putin. Tapi karena semua orang tahu bicara tidak cukup, pemimpin Rusia mendukung kata-katanya dengan perbuatan yang sebenarnya, dan perbuatan terhormat pada saat itu.”
Berikut adalah bagaimana pembuat film Oliver Stone dan sejarawan Peter Kuznick, dalam buku mereka ‘ The Untold History of the United States,’ ‘ dijelaskan sumbangan Putin ke Amerika pasca 9 / 11: “Pada tanggal 24 September, ia [Putin] mengumumkan lima rencana untuk mendukung perang AS atau terorisme. Tidak hanya akan berbagi intelijen dan wilayah udara Rusia terbuka utuk Amerika Serikat, tapi dia akan menyetujui dan bahkan memfasilitasi penempatan pasukan di Timur Tengah.”
Pada bagian berikutnya, Stone dan Kuznick menjelaskan bagaimana AS membalas kebaikan Putin: “Bush menjawab kemurahan Putin dengan melanggar janji ayahnya kepada Gorbachev dengan memperluas NATO ke dekat perbatasan Rusia, efektif mengepung Rusia dengan dengan pangkalan militer AS dan NATO, kedua gelombang ekspansi ini dimulai pada akhir tahun 2002 dan pengakuan Bulgaria, Rumania, Slovakia, Slovenia, Lithuania, Latvia, dan Estonia sebagia anggota NATO pada Maret 2004. ”
EROPA TIMUR JATUH DALAM PROPAGANDA
Meskipun AS dan 28 anggota NATO yang berkumpul di perbatasan Rusia dan menggelar latihan perang besar-besaran serta memamekan kekuatan senjata, alasan yang digunakan adalah untuk menahan kebangkitan Rusia yang bersikeras memulihkan kemuliaan kekaisaran.
Jadi apa yang mengaduk hati dan pikiran Eropa Timur menjadi percaya bahwa Rusia telah menimbulkan ancaman eksistensial untuk mereka? Tidak ada yang lebih berbahaya daripada suara propaganda dan dentang nyaring uang.
Dalam upaya untuk mengindoktrinasi khalayak dengan ide tentang ‘agresi Rusia, media Barat menggunakan dua peristiwa sejarah. Yang pertama adalah konflik Rusia-Georgia tahun 2008 dalam perang lima hari yang dimulai pada tanggal 7 Agustus ketika pasukan Georgia membuka serangan militer di pada Tskhinval, ibukota Ossetia Selatan.
“Meskipun kala itu ada serangan yang membunuh belasan penjaga perdamaian Rusia dan ratusan warga sipil. Namun media Barat menggambarkan Rusia sebagai agresor dan Georgia menjadi korban yang malang.”
Ya, pasukan Rusia kemudian bergulir ke Georgia tepat setelah mereka mengambil serangan awal, mengambil alih beberapa kota, tapi apa yang akan dilakukan negara lain jika ada di bawah kondisi yang sama? Dalam kasus apapun, Rusia menyelesaikan penarikan pasukan dari Georgia pada 8 Oktober dua bulan setelah serangan dimulai. Namun, sampai hari ini media Barat masih menyeret hal itu sebagai semacam bukti-sempurna tentang niat buruk Rusia.
Padahal sebuah penyelidikan independent yang ditugaskan oleh Uni Eropa, sampai pada kesimpulan bahwa Georgia bertanggung jawab untuk memicu permusuhan.
“Dalam pandangan Mission, Georgia yang memicu perang ketika menyerang Tskhinvali (di Ossetia Selatan) dengan artileri berat pada malam 07-08 Agustus 2008,” demikian diplomat Swiss Heidi Tagliavini yang memimpin penyelidikan ketika mengumumkan hasil penyelidikan.
Kemudian ada ‘pancaplokan’ Rusia atas Crimea pada 2014 ketika Ukraina sedang dilanda perselisihan karena banyak kelompok yang gelisah dengan kepentingan Barat di Kiev. Tapi faktanya sekarang orang-orang Crimea tampaknya puas dengan status baru mereka sebagai warga negara Federasi Rusia.
Bahkan Forbes mengakui, satu tahun setelah Crimea bergabung dengan Rusia, jajak pendapat menunjukkan bahwa penduduk setempat yang terdiri dari Ukraina, etnis Rusia atau Tatar kebanyakan setuju: hidup dengan Rusia lebih baik dari pada dengan Ukraina.
Mungkin jika media Barat akhirnya akan mendapatkan cerita langsung akan bingung tentang situasi sekitar Crimea. “Lihat, tidak pernah ada ketegangan Crimea oleh pasukan Rusia. Pada kenyataannya, pada 16 Maret 2014, orang-orang dari Crimea terlepas dari latar belakang etnis mereka hampir dengan suara bulat dalam referendum yang demokratis memilih untuk bergabung dengan Federasi Rusia. Tidak ada tank, tidak ada tentara Rusia, tidak setetes darah yang berharga.”
“Jadi, seperti yang kita dapat melihat dengan jelas, tindakan NATO di perbatasan Rusia benar-benar tidak berdasar dan lebih berdasarkan pada hype dan histeria. Tapi yang pasti tidak membuat mereka kurang berbahaya. Sayangnya, tampaknya satu-satunya cara agar orang-orang Barat akan bangun dan memahami tentang Rusia selama 30 tahun terakhir adalah ketika mereka benar-benar mengalami ketakutan dan kebencian ketika melihat militer tentara asing bermain di halaman belakang mereka sendiri,” tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar