Kamis, 23 Juli 2015

Angkatan Laut Indonesia Butuh 150 Kapal

KRI John Lie (JOL-358) dan KRI Usman Harun (USH-359) yang baru tiba melaksanakan latihan formasi di Perairan Karimunjawa, Jateng, Minggu (28/9).
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi mengatakan ada banyak alutsista milik TNI AL yang usianya sudah cukup tua sehingga perlu peremajaan dalam rencana strategi Minimum Essential Force(MEF). Ade mencontohkan, kapal-kapal patroli yang kondisinya sudah tua seperti fast patrol boat (kapal patroli cepat) serta kapal frigate dan korvet buatan Belanda.

”Ada beberapa alutsista yang usianya sudah tua yang harus diremajakan pada tahun ini. Contohnya, kapal frigate eks Belanda, itu kan buatan tahun 1967, ada enam kapal. Jadi, usianya kalau sekarang sudah 48 tahun,” kata Ade.
Dari sisi kelayakan, kata Ade, kapal tersebut masih dapat digunakan karena kemampuan apungnya masih bagus namun tetap harus mendapat perhatian. Karena itu, TNI AL sudah mengurangi tugas combat kapal tersebut. Ade mengakui, belum seluruhnya kapal frigate diremajakan.
Kendati demikian, dua kapal pengganti sedang dalam proses pembuatan oleh PT PAL. ”Kita juga sudah memasukkan tambahan empat. Karena itu, kita mengharapkan tidak berubah secara signifikan secara jumlah, tetapi kualitas. Jadi enam kapal ini, dua sudah dimulai, empat kita masukan dalam revisi MEF,” katanya sebagaimana dikutip Sindo 20 Juli 2015.
Kapal yang juga kondisinya sudah tua adalah empat kapal korvet buatan Belanda. Kapal yang diproduksi pada tahun 1980 ini sudah berusia 35 tahun. Ade menyampaikan, dua dari empat kapal tersebut sedang mengalami perbaikan pada tahun ini. Perbaikan tersebut mencakup kemampuan apung, kemampuan tempur, dan sistem persenjataan, sehingga kapal tersebut bisa digunakan hingga 5–10 tahun ke depan. ”Kita membutuhkan 151 kapal, nantinya itu semua diisi oleh kapal-kapal baru sehingga posturnya utuh,” katanya.
Ade menambahkan, alutsista lainnya yang perlu diganti adalah pesawat udara untuk tactical maritime aircraft atau pesawat udara maritim taktis. Pesawat tersebut diperlukan untuk membantu kegiatan di laut. Termasuk, pengadaan 11 helikopter anti kapal selam (AKS).
”Kita ingin dihidupkan lagi skuadron pesawat AKS. Tahap pertama 11 helikopter. Apalagi, kapal kita konsepnya bahwa helikopter adalah bagian organik. Karenanya, semua kapal yang memiliki geladak akan dilengkapi helikopter sehingga punya kemampuan utuh untuk peperangan yakni, peperangan anti udara, peperangan anti kapal permukaan, dan peperangan anti kapal selam. Termasuk, dalam maritime surveilance dari kapal-kapal itu sendiri,” ucapnya.
Begitu juga dengan kapal penyapu ranjau dan dua kapal selam milik TNI AL yang kini sudah tua. Ade menuturkan, dua kapal selam KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 sudah dioperasikan sejak 1980.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar