Guru Besar Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNJ Djaali mengatakan, kandidat Kapolri lebih tepat jika memiliki latar belakang jiwa pendidik.
Calon kapolri baru diminta yang mempunyai jiwa pendidik. Sebab dapat
mengubah citra kepolisian yang selama ini represif menjadi
persuasif.
|
“Misalnya saja penanganan pendemo akan lebih baik jika secara persuasif daripada represif. Pendemo akan lebih mudah diajak berdialog dan kompromi dan tidak melakukan tindakan anarkis,” katanya usai Paparan Publik Kepedulian Lembaga Pendidikan Tinggi atas Masa Depan Kepolisian di kampus UNJ, Selasa 6 Desember kemarin.
Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK) ini menambahkan, jika seorang Kapolri mempunyai jiwa pendidik maka segala sikap dan perilakunya pun akan terlihat terdidik dan berkarakter.
Dampaknya, jiwa pendidik ini yang keluar dari Kapolri ini akan ditiru oleh anak buahnya. Karena pemimpin Polri yang sudah mewakafkan diri di dunia pendidikan seperti ini akan bisa menjalankan tugas dengan baik dan juga akan menularkan ilmu yang baik kepada 15.000 anggota Polri dan masyarakat.
Djaali menambahkan, kalau ada seorang kapolsek yang baik, maka dia akan bisa membuat masyarakat satu kecamatan menjadi baik. Sedangkan kapolda yang baik akan bisa membuat masyarakat satu provinsi menjadi baik.
"Kalau Kapolrinya orang baik, dia akan bisa membuat masyarakat satu negara menjadi baik. Dan untuk menjadi peminpin yang baik, harus memiliki jiwa pendidik," ungkapnya.
Berdasarkan data, kandidat Kapolri yang memiliki latar belakang pendidikan ialah Komjen Pol Budi Gunawan yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan Polisi (Kalemdikpol). Dia juga lulusan terbaik Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 83. (Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar