Rabu, 28 Januari 2015

Militan BIFF, Penghambat Perdamaian di Filipina Selatan


Militan BIFF, Penghambat Perdamaian di Filipina Selatan BIFF yang merupakan pecahan MILF menolak berdamai dan meneruskan peperangan dengan Filipina. Minggu lalu, 43 orang tewas dalam baku tembak di Maguindanao. (Getty Images/Jeoffrey Maitem)
Maguindanao, CNN Indonesia -- Sedikitnya 43 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah Filipina dengan kelompok separatis tersebut yang dimotori oleh Pejuang Kebebasan Islami Bangsamoro, BIFF, pada Minggu lalu. Hal ini menyiratkan permasalahan yang masih mengganjal dalam upaya perdamaian antara Filipina dengan separatis Muslim di selatan negara tersebut.Kebanyakan korban tewas dalam bentrokan berasal dari kubu Pasukan Khusus Polisi Filipina berjumlah 37 orang. Sementara korban tewas dari militan BIFF dan MILF enam orang dan 11 terluka dalam baku tembak di kota Mamasapano, Maguindanao.

Seharusnya pertempuran itu hanya antara pasukan polisi dan BIFF, namun entah bagaimana MILF yang terikat gencatan senjata dengan pemerintah ikut terlibat baku tembak. Pemerintah mengakui hal ini terjadi karena tidak ada koordinasi antara polisi dan MILF. Saat itu, polisi tengah memburu anggota Jemaah Islamiyah, Marwan dan Basit Usman, komandan faksi BIFF.

Insiden ini juga mencoreng upaya damai antara MILF dengan pemerintah yang dicanangkan tahun lalu. Dalam proses tersebut, pemerintah berjanji memberikan otonomi khusus pada MILF di wilayah selatan Mindanao. Proses tersebut masih dalam penggodokan di parlemen Filipina.

Penghambat perdamaian

Peristiwa itu sekaligus menunjukkan ganjalan terbesar proses damai, yaitu BIFF sebagai kelompok radikal yang menolak kesepakatan damai dan bersikeras membentuk negara Bangsamoro.

BIFF adalah pecahan MILF yang dibentuk oleh mantan kepala Komando Basis ke-105  MILF Ameril Umbra Kato yang memisahkan diri pada 2008 setelah Mahkamah Agung Filipina menganulir Nota Kesepakatan Wilayah Nenek Moyang yang ditandatangani oleh pemerintah Filipina dan MILF.

Kato yang menolak kompromi dengan pemerintah melakukan serangan terhadap warga sipil, memaksa ratusan ribu orang mengungsi. Pada Februari tahun lalu, BIFF bergabung dengan Dewan Komando Islam Front Pembebasan Nasional Moro, MNLF.

Diperkirakan ratusan anggota BIFF bersama Abu Sayyaf dilatih di Irak oleh ISIS. Tahun lalu, BIFF berbaiat pada ISIS di Suriah dan Irak.

Kelompok Umbra Kato ini sebenarnya juga diundang dalam perundingan damai dengan pemerintah dan MILF, namun menolak ikut serta.

"Mereka bisa melanjutkan rencana tersebut, sementara kami akan melanjutkan perjuangan kemerdekaan Bangsamoro. Kami tidak bisa bergabung dengan proses perdamaian," kata Abu Misry Mama, juru bicara BIFF, dikutip Philstar pada Februari 2014.

Menurut sumber militer Filipina dikutip Inquirer, banyak anggota MILF yang juga loyal pada BIFF, terutama di wilayah Maguindanao dan Cotabato Utara. Militer Filipina menyebut militan MILF yang loyal terhadap BIFF ini sebagai "warga negara ganda".

Militer Filipina mengatakan, itulah alasan mengapa MILF terlibat dalam baku tembak Minggu yang merupakan pelanggaran gencatan senjata.

Bersaudara

Namun Ghadzali Jaafar, wakil bidang politik MILF membantah bahwa ada anggota mereka yang beroperasi bersama BIFF dalam pertempuran di Maguindanao itu.

"Tidak ada keuntungan militer dan politik bekerja sama dengan BIFF. Komando Basis ke-105 tidak akan bekerja sama dengan BIFF karena pertama, BIFF tidak menyukai kami. Kedua, kami tidak setuju dengan aktivitas BIFF dan ketiga, MILF tidak akan melakukan pelanggaran perjanjian damai," kata Jaafar.

Abu Misri Mama juga membantah adanya kerja sama antara BIFF dan MILF dalam pertempuran itu. Dia mengatakan, keterlibatan MILF saat itu hanya kebetulan. Kendati demikian, dia tidak memungkiri bahwa militan BIFF dan MILF sudah seperti saudara.

"Dalam komunitas, kami sahabat dan kerabat. Saat berpapasan, kami berpelukan dan mengucapkan salam. Tidak ada identitas lain di lapangan selain kami semua keluarga," kata Mama.
(den/ike)

cnnindonesia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar