Jumat, 23 Januari 2015

Proses Produksi Prototipe Pesawat N219 PT DI Sudah 90%

Proses pembuatan prototipe pesawat N219 hasil kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah mencapai 90%.

Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan kesiapannya untuk menunjukkan pesawat N219 untuk pertama kalinya kepada publik pada Agustus 2015.


Proses Produksi Prototipe Pesawat N219 PT DI Sudah 90%

Kegiatan keluar hanggar perdana atau roll out pesawat N219 akan menjadi kado spesial di Hari kemerdekaan ke-70 RI, sekaligus Hari Kebangkitan Teknologi."Targetnya Agustus sudah bisa roll out untuk jadi hadiah ulang taun. Roll out itu, kita sudah bisa melihat model pesawat dengan seluruh perlengkapan da peralatan yang terpasang," kata Budi usai rapat koordinasi dengan Menteri Ristek dan Dikti M Nasir di Kantor PT DI, Jalan Pajajaran, Selasa (20/1/2015).


Ia mengatakan saat ini prototipe N219 sudah terbangun sekitar 80-90%. Setelah dipamerkan Agustus nanti, pesawat akan mulai menjalani serangkaian tes terbang.

"Kalau dari desain, sekarang ini sudah 80-90%. Butuh waktu 2-3 bulan untuk kemudian terbang, apakah avioniknya dan lainnya," tuturnya.

Budi menyebutkan saat ini potensial market untuk N219 cukup menggairahkan. Ia menyebutkan sudah ada 200 pemesan dari sejumlah maskapai yang tertarik dengan pesawat N219 yang 100% rancang bangunnya oleh putra-putri Indonesia.

"Potensial marketnya sudah ada, sekitar 200 pesanan. Itu dari Nusantara Buana Air (NBA), Lion Air, dari Thailand, juga dari AL untuk mengganti pesawat lama mereka," ungkap Budi.

Ia menyatakan, bila nanti pesawat ini sudah sukses terbang, maka pesanan akan semakin mengalir. Untuk modal kerja pun Budi mengaku tak khawatir.

"Kalau nanti sudah jadi, modal kita bisa pinjam ke bank, atau kalau dibantu pemerintah ya lebih bagus," tuturnya.

Harga jual N219 belum resmi dirilis, namun Budi menyebut harganya sekitar US$ 5 juta. "Kompetitor kita cuma Twin Otter, mereka harganya sekitar US$ 7 jutaan," sebutnya.

Pesawat N219 merupakan pesawat berpenumpang 19 orang yang memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak yang pendek. N219 adalah proyek yang dikerjakan seluruhnya oleh anak bangsa yang mulai dirancang sejak 2007 lalu.

Target awal proyek ini, prototipe atau purwarupa pesawat sudah selesai dan dipamerkan pada Agustus 2015. Setelah itu menjalani penerbangan pertamanya pada 2016. Kemudian N219 bisa masuk pasar pada 2017, setelah proses sertifikasi.


Menristek Ingin Proyek Pesawat N219 Made in Bandung Dikebut

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti) M Nasir ingin ada percepatan proyek pembuatan pesawat terbang N219.

Proyek N219 merupakan pesawat hasil 100% rancang bangun putra putri Indonesia diharapkan bisa dipercepat produksi massal pada 2016, dari target sebelumnya 2017.

Hal ini disampaikan M Nasir usai menggelar rapat koordinasi bersama Dirut PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Budi Santoso serta deputi dari kementerian terkait di kantor PT DI, Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/1/2015).


Proses Produksi Prototipe Pesawat N219 PT DI Sudah 90%

Rapat koordinasi ini juga dihadiri oleh berbagai deputi dari Kementerian Perekonomian, perwakilan Kementerian Perindustrian, Perhubungan, Bappenas, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan serta Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial.

Rapat koordinasi tersebut dilakukan untuk mendorong percepatan pembuatan pesawat N219 yang dikerjakan oleh PT DI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Rapat koordinasi ini dalam rangka ingin mewujudkan N219 yang akan diproduksi di PT DI dan dalam hal ini riset dilakukan oleh LAPAN. Mudah-mudahan di pertengahan tahun 2015 roll out pesawat sudah jadi dan bisa terbang dan sukses serta di akhir tahun 2015 bisa tersertifikasi oleh Kemenhub," ujar Nasir.

Ia menjelaskan, saat ini dana yang dikucurkan oleh pemerintah masih dianggarkan untuk LAPAN sebagai badan periset. Setelah sertifikasi, maka bantuan anggaran akan diberikan pada PT DI dalam bentuk modal awal.

"Kalau dalam riset anggarannya sekitar Rp 200 miliar untuk kebutuhan penyelesaian di LAPAN. Nanti setelah tersertifikasi baru pindah ke PT DI untuk diproduksi. Baru mulai modal kerja yang dibutuhkan dihitung," jelasnya.

Nasir menuturkan, pesawat N219 ini sangat menjanjikan karena ke depan banyak dibutuhkan penerbangan antar kota ke kota khususnya daerah terpencil.

"Seperti di Papua, Aceh, atau kota-kota lainnya yang terpencil yang misalnya kalau ditempuh darat bisa sampai 12 jam, tapi kalau dengan pesawat ini hanya dengan 45 menit saja," tutur Nasir.

Bila semuanya lancar, Nasir optimistis pada tahun 2016 pesawat N219 sudah bisa diproduksi dan hal itu akan menjadi tahun kebangkitan kedirgantaraan Indonesia.

"Kita ingin ada percepatan, target 2016 harus sudah produksi. Kalau Pak Presiden kan mintanya pada 2017 semua program bisa tercapai," katanya.

Pesawat N219 merupakan pesawat berpenumpang 19 orang yang memiliki kelebihan bisa lepas landas dalam jarak yang pendek. N219 adalah proyek yang dikerjakan seluruhnya oleh anak bangsa yang mulai dirancang sejak 2007 lalu.

Target awal proyek ini, prototipe atau purwarupa pesawat sudah selesai dan dipamerkan pada Agustus 2015. Setelah itu menjalani penerbangan pertamanya (first flight) pada 2016. Pesawat N219 yang mengandung komponen lokal capai 60% ditargetkan bisa masuk pasar pada 2017, setelah memasuki proses sertifikasi. (Detik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar