Rusia telah memutuskan akan melindungi fasilitas nuklirnya sendiri
tanpa bantuan Amerika Serikat. Namun, Moskow masih bersedia untuk
melanjutkan kerja sama dengan Washington untuk mengontrol keamanan
penggunaan nuklir di dunia. Berdasarkan keterangan Badan Nuklir Rusia
Rosatom, sebelumnya Amerika Serikat sudah lebih dulu tidak mengacuhkan
kerja sama mereka di bidang nuklir.
Pada Selasa (20/1) lalu, harian The Boston Globe
melaporkan bahwa Rusia telah memutuskan tak mau lagi menerima bantuan
dari AS untuk melindungi fasilitas nuklirnya. Hal tersebut juga sudah
disampaikan secara resmi pada Washington.
Sebelumnya, pada Maret 2014, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka hendak membatasi kerja sama nuklir dengan Rusia.
Namun, Badan Nuklir Rusia Rosatom menyebutkan Rusia
dan AS akan tetap melanjutkan kerja sama untuk mengawasi penggunaan
nuklir secara global. “Rusia dan AS memiliki tanggung jawab
khusus untuk memastikan keamanan dan keselamatan penggunaan material
nuklir, menjamin perlindungan yang mumpuni, dan melindungi agar
fasilitas nuklir ini tak sampai ke tangan organisasi teroris,” terang Rosatom melalui pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis (22/1).
Kerja Sama yang Tak Setara
“Pada tahun 1990-an, Rusia tengah dilanda krisis
ekonomi dan merasa kesulitan mengelola penggunaan material nuklir. Hal
tersebut mengundang perhatian AS,” kenang Kepala Peneliti di Center for Arms Control, Energy, and Environmental Studies Anatoly Dyakov.
Dengan membantu perlindungan fasilitas nuklir Rusia
secara finansial, AS berhak melakukan inspeksi dan mengawasi penggunaan
dana yang telah mereka alokasikan. Sementara, Moskow tak memiliki akses
yang sama terhadap fasilitas nuklir AS. Hal itulah yang paling
dipermasalahkan oleh Kremlin dan membuat Moskow merasa kerja sama
tersebut bersifat tak setara.
Sebagian besar pekerjaan yang tercantum pada Program
Nunn-Lugar telah selesai pada 2013. Kini, program tersebut akan
digantikan oleh ‘kerangka kerja sama bilateral untuk mengurangi ancaman
nuklir’ yang baru.
Menurut Dakov, selama ini Moskow sudah menerapkan
sistem perlindungan fasilitas nuklir mereka sendiri secara independen,
menggunakan dana milik Rusia.
Rusia sempat mengajukan tawaran untuk mengubah kerja
sama ke ranah ilmiah dan tertarik untuk mengunjungi fasilitas nuklir AS,
namun AS menolak tawaran tersebut.
Terkait Konflik Ukraina
Para ahli menilai terpuruknya hubungan Rusia dan AS akibat krisis Ukraina bukan alasan utama yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja sama di bidang nuklir. Sanksi yang diberikan Barat pada Rusia
membuat Moskow tergerak untuk mempercepat penerapan sistem perlindungan
mandiri pada fasilitas nuklirnya, tanpa mengandalkan bantuan keuangan
dari AS.
Pada Nuclear Security Summit 2010, Rusia menegaskan
bahwa tiap negara harus bertanggung jawab atas keamanan penggunaan
material nuklir mereka masing-masing.
AS sendiri telah membatasi beberapa kerja sama teknis dan
ilmiah mereka dengan Rusia mulai 2014, khususnya di bidang nuklir, sejak
terjadi konflik di Ukraina. Hal itu berdampak terhadap beberapa proyek
penting, salah satunya program kerja sama Rusia-AS untuk mengekspor
energi nuklir ke negara lain.
Dyakov menekankan, jika Washington masih tertarik
untuk melanjutkan kerja sama dengan Kremlin di bidang keamanan nuklir,
kerangka kerja sama tersebut harus dibuat setara.
Sementara para ahli berpendapat, Kremlin dan Gedung
Putih akan segera menemukan bentuk kerja sama baru di bidang keamanan
nuklir, dan pengalaman yang mereka miliki mungkin akan berguna untuk
masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar