Rabu, 19 Maret 2014

Menolak US$ 1 Juta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQj7l-G2yumjzHs06IKwfpAe4hUzqhEZpcOVbNIQnw-Y9I3l3yBOAu31CyCfEBkkd2gme71g1FAxWE4iGcYuATgx3wsop3U41jxxzzQ1dejkSSW9Bjc5xvCdBrLdWFuQWIMIAwW5lzHjpq/s1600/1.jpgAll hands,
Kekuatan laut Indonesia tidak pernah memanfaatkan secara optimal fasilitas kredit negara yang diberikan oleh Rusia pada 2006 senilai US$ 1 juta dollar. Dari nilai tersebut, Angkatan Laut Indonesia mendapatkan jatah berupa dua kapal selam kelas Kilo dan 20 tank BMP-3F. Namun dalam realisasinya, kekuatan laut Indonesia hanya mendapatkan 17 tank BMP-3F saja. Sedangkan untuk kapal selam kelas Kilo, Indonesia hanya pandai berwacana saja dan wacana itu berlangsung hingga awal 2014.

Dibandingkan dengan Angkatan Udara dan Angkatan Darat, Angkatan Laut negeri ini adalah pihak yang paling "hemat" memanfaatkan bantuan kredit dari Moskow. Tentu saja beragam alasan dikemukakan soal tidak dimanfaatkannya tawaran pengadaan dua kapal selam kelas Kilo. Lepas dari bermacam alasan itu, sebenarnya ada satu hal yang patut digarisbawahi. Yakni keengganan dari pihak yang ditawari kredit dari Rusia itu untuk membeli kapal selam kelas Kilo.

Pertanyaannya adalah kenapa enggan? Silakan mencari jawabannya sendiri. Satu hal yang dapat dipastikan adalah upaya memperkuat Angkatan Laut tidak didukung oleh niat yang kuat dan tulus dari pihak yang ditawari kredit oleh Rusia tersebut. Kasus pembatalan rencana pengadaan kapal selam kelas Kilo menunjukkan bahwa sulit untuk kekuatan laut Indonesia untuk menjadi world class navy seperti yang digaungkan. Sebab world class navy berarti memiliki anggaran dan sekaligus kemauan untuk membeli sistem senjata yang tergolong state of art

Tidak ada komentar:

Posting Komentar