Selasa, 04 Maret 2014

Uni Eropa Menimbang-nimbang Langkah Menyikapi Intervensi Rusia di Ukraina


CNN Peta Ukraina berdasarkan penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari

BRUSSELS, KOMPAS.com — Para pemimpin Uni Eropa merencanakan pertemuan puncak untuk membahas perkembangan krisis Ukraina, Kamis (5/3/2014). Topik pembahasan antara lain menyangkut pembekuan visa bebas Ukraina dan kerja sama ekonomi antara Uni Eropa dan Rusia jika Moskwa tidak mengambil langkah yang menenangkan krisis di semenanjung Crimea, Ukraina.

Para menteri luar negeri dari negara-negara Eropa yang menjadi anggota G8 mengatakan pula bahwa mereka telah menghentikan persiapan untuk menggelar pertemuan puncak kelompok negara maju itu di Sochi, Rusia.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan bahwa Uni Eropa akan menunggu Rusia memperlihatkan iktikad baik sampai Kamis (5/2/2014). "Syarat" iktikad baik itu termasuk kesediaan Rusia membuka pembicaraan dan menarik pasukan mereka di Crimea, Ukraina, untuk kembali ke barak.

"Keinginan (kami) adalah melihat situasi (di Ukraina) membaik. Jika tidak, haluan harus diarahkan," kata Ashton setelah pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa, Senin (3/3/2014). Dia pun mengumumkan rencananya untuk bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Madrid, Spanyol, Selasa (4/3/2014).

Para duta besar dari 28 negara anggota NATO juga akan menggelar pertemuan darurat kedua di Ukraina, Selasa, setelah Polandia meminta adanya forum konsultasi. Polandia meminta hal itu setelah melihat masalah Ukraina juga terkait dengan integritas wilayah, kemerdekaan politik, ataupun ancaman keamanan bagi mereka.

Dari pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa, hal yang harus segera diwujudkan adalah diplomasi dan dorongan terhadap adanya dialog antara Rusia dan kepemimpinan baru Ukraina.

Sebelum krisis Ukraina meletup, Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar Rusia. Sebaliknya, Rusia merupakan mitra dagang ketiga bagi Uni Eropa. Sebagian besar transaksi itu terkait bahan baku, seperti minyak dan gas.

Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans mengatakan, sanksi ekonomi untuk Rusia akan merugikan, baik bagi Rusia maupun Uni Eropa. "Konsekuensi tersebut akan berakibat buruk bagi semua pihak. Namun, (dampak) untuk Rusia akan lebih buruk dibandingkan bagi Uni Eropa. Kami dapat menargetkan pasar lain jika memang harus, (sementara Rusia) akan mengalami kesulitan untuk bisa cepat mendapatkan konsumen lain," ujar dia.


Penulis: Palupi Annisa Auliani
Editor : Palupi Annisa Auliani
Sumber: Associated Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar