Kapal induk adalah salah satu simbol utama dari kekuatan militer suatu negara dan kemampuan untuk memaksa proyek di luar perbatasannya. Sebuah kelompok tempur kapal induk hanya bsa beroperasi penuh ketika memiliki sumber daya yang handal (baik nuklir atau minyak bumi), armada yang menyertai pembawa untuk perlindungan, dan pesawat yang dapat beroperasi dari dek kapal induk. Untuk bisa memenuhi persyaratan ini membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Meskipun begitu sulit dan mahal, di Asia kini tengah terjadi perlombaan untuk membangun kapal induk dan kapal besar. Tiga negara yakni China, India dan Jepang seperti berlomba-lomba gede-gedean kapal.
Dari grafis ini bisa dilihat kapal induk yang sudah operasi atau dalam pembangunan di Asia.
China memiliki kapal induk terbesar di Asia yakni Liaoning, kapal sepanjang 302 meter ini dibangun dari kapal bekas Soviet yang mampu membawa 50 pesawat atau helikopter. Meskipun ukurannya paling gede, Liaoning sesungguhnya merupakan kapal tua yang rentan terhadap masalah mekanis.
China berharap untuk memperbaiki masalah itu dengan sebuah kapal yang diproduksi di dalam negeri yang diharapkan akan siap pada 2020. Saat ini, operator tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum dibangun.
India memiliki masalah yang sama dengan China. Meskipun memiliki tiga kapal tetapi juga sudah tua. Viraat dan Vikrant direncanakan akan pensiun tahun 2014 dan hanya akan meninggalkan Vikramaditya untuk operasional . Seperti Liaoning, kapal ini juga bekas Soviet itu yang dibangun pada awal 1980-an dan kerap mengalami masalah teknis.
India juga berharap untuk menyelesaikan dua operator dalam negeri dengan bantuan AS dalam dekade berikutnya, meskipun kapal induk yang rencananya akan diberi nama Vishal belum maju dari tahap perencanaan.
Jepang juga tidak mau kalah. Meski tidak membangun kapal induk, negara ini membangun Hyuga dan Izumo yang ukurannya tidak kalah besar dengan kapal induk. Kedua kapal ini masuk dalam kategori kapal serbu amfibi. Saat ini hanya digunakan untuk helicopter tetapi rencanaya akan dilengkapi dengan F-35B yang mampu tinggal landas dan mendarat secara vertical.
Di Asia masih ada satu lagi kapal induk yakni Chakri Naruebet milik Thailand. Tetapi kapal induk ini sangat kecil untuk kelasnya dan menjadi kapal induk terkecil di dunia. Kemampuannya juga sangat minim. Dibangun pada 1990-an, pembawa hari hampir tidak meninggalkan pelabuhan dan tidak memiliki armada pesawat khusus, karena kekurangan dana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar