Setelah turbulensi sekian lama, Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengumumkan pada 10 April 2015 bahwa negara ingin membeli 36 pesawat tempur Rafale sesegera mungkin untuk meningkatkan kekuatan udaranya. Pesawat, yang telah memasuki layanan dengan Angkatan Laut Prancis di tahun 2004 dan Angkatan Udara Prancis pada tahun 2006, dapat berfungsi dalam pertahanan udara, pengintaian, serangan udara ke darat dan serangan udara ke laut sekaligus serangan nuklir.
New Delhi telah melakukan pembicaraan dengan Perancis sejak 2012 untuk membeli 126 pesawat tempur Rafale.Tetapi mengalami deadlock pada keinginan pemerintah India untuk memproduksi 108 pesawat di India. Hal ini ditolak oleh Rafale. Negara ini sedang memiliki kebutuhan mendesak untuk tempur sejak setengah dari armada yang ada akan decomissioned pada tahun 2024.
Reputasi tempur Rafale terlihat ketika sukses menggempur sasaran-sasaran di Libya pada tahun 2011. Pesawat ini terbukti mampu melaksanakan misi yang berlangsung total 9 jam dan 35 menit dengan pengisian bahan bakar dalam penerbangan.
Pada tahun 2013, jet tempur mesin kembar juga terbukti bisa menahan panas gurun ketika Perancis menyerang kamp pemberontak di Mali timur. Pesawat ini juga telah beredar di pengintaian dan pemboman di Irak, di mana Rafale menjadi salah satu pesawat utama yang digunakan dalam serangan udara terhadap ISIS. Kinerja ini akhirnya menelurksn order ekspor pertama pada bulan Februari ketika Mesir memerintahkan 24 Rafale.
Sebagaimana ditulis Kantor Berita China Xinhua, pesawat ini secara desain aerodinamis, avionik dan mesin lebih unggul mitra China, Chengdu J-10, yang telah memasuki layanan dengan Angkatan udara China. Apa yang membuat pesawat tempur Rafale berdiri di luar dari jet tempur lain adalah kemampuannya untuk membawa ASMP-A, sebuah rudal jelajah yang dapat dipecat sebagai tembakan peringatan sebelum serangan nuklir. India dan Pakistan adalah negara dengan kekuatan nuklir tetapi sarana untuk menyebarkan senjata nuklir sangat penting dalam membangun penghalang kredibel. Jadi inilah alasan utama kenapa India tetap ingin membeli Rafale di tengah persoalan dan penundaan yang panjang.
Manohar Parrikar, menteri pertahanan India, mengatakan mungkin memakan waktu dua sampai dua setengah tahun untuk mengambil pengiriman pesawat tempur Rafale pertama India dipesan dari Perancis sejak pesawat perlu disesuaikan untuk militer India dan kedua negara belum sepakat harga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar