Dalam konferensi di Maryland pada 15 September 2015, Jenderal Herbert Carlisle, kepala Air Combat Command Angkatan Udara, mengakui F-35 memang tidak segesit pesawat pendahulunya.
Kolonel Edward Sholtis, seorang juru bicara Air Combat Command, mengatakan F-35 akan mampu menutup kelemahan ini dengan kemampuan tersebut. “F-35 tidak dioptimalkan untuk manuver dogfighting, tapi ini untuk melawan dari jarak jauh.”
Lebih jelasnya pesawat ini akan mampu mendeteksi dan menembak jatuh pesawat musuh dari jarak jauh sehingga pertarungan jarak pendek tidak diperlukan. Selain itu Joint Strike Fighter akan bekerjasama dengan F-22, F / A-18, F-15, F-16, dan dogfighters AS lainnya. Setiap pesawat melakukan misi tertentu yang terbaik dan membantu menutup kelemahan pesawat lainnya.
Tetapi kekhawatiran lain ketika China dan Rusia sebagai dua negara yang dianggap sebagai musuh potensial secara maksimal mengembangkan dogfighters canggih yang jelas akan mengancam F-35.
Selain itu Joint Strike Fighter nantinya akan menggantikan sekitar 90 persen dari armada udara taktis Amerika. Itu berarti pesawat akan mengambil sebagian besar peran pesawat yang dipensiun. Dengan kata lain pesawat-pesawat yang akan melindungi dan menjaga Lighting II dalam pertarungan jarak pendek tidak akan ada lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar