Rabu, 27 Januari 2016

F-35 Takkan Berguna, Autralia Harus Bisa Beli F-22



http://aviationintel.com/wp-content/uploads/2011/05/54308467-777e-4d9f-acb2-74d122a3975e_Full.jpg
Australia dinilai tidak akan pernah mencapai keunggulan udara regional dengan pesawat baru mereka Lockheed F-35 Lightning Joint Strike Fighter dan lebih baik merayu habis-habisan Amerika untuk diizinkan membeli F-22 Raptor.
Pensiunan Wing Commander Angkatan Udara Australia Chris Mills mengatakan F-35 tidak pernah dirancang untuk mencapai keunggulan udara dan akan kalah dengan pesawat canggih terbaru milik Rusia yang akan banyak dibeli oleh negara-negara di kawasan regional.

http://images.dailytech.com/nimage/141105-F-XC395-173.JPG
Dalam pengajuan permintaan pemeriksaan akuisi F-35 ke kongres, dia menyarankan F-22 menjadi pilihan paling masuk akal jika Australia ingin bisa membangun dominasi langit.
Produksi F-22 berakhir pada tahun 2011 dan hukum AS melarang ekspor khusus. Namun Mills mengatakan Australia dan negara-negara barat lainnya jika ingin memiliki keunggulan udara adalah bagaimana dengan berbagai cara membawa F-22 kembali ke jalur produksi.
http://www.f-16.net/forum/download/file.php?id=18384&mode=view
“Untuk orang-orang yang mengatakan itu tidak dapat dilakukan, saya jawab bahwa USAF telah membuat semua perkakas produksi dengan kapasitas untuk beberapa ratus pesawat baru yang akan dibangun,” katanya sebagaimana dikutip NT News Rabu 27 Januari 2016.
Senada, insinyur penerbangan Danny Nowlan mengatakan kemajuan teknologi radar akan segera mengikis kemampuan siluman F-35, sementara desain dasar pesawat itu secar fundamental rusak dan tidak dapat diperbaiki. “Alternatif untuk mengantikan F-35 adalah untuk me-restart produksi F-22 Raptor dan meminta Kongres AS untuk melepaskannya untuk ekspor,” katanya. “Ketika datang ke pesawat tempur modern F-22 Raptor adalah standar platinum.”
Australia berencana untuk mengakuisisi 72 pesawat F-35 dan mungkin akan mencapai jumlah akhir 100. Sejauh baru dua telah disampaikan. RAAF berencana untuk memiliki dua skuadron F-35 pertama yang siap untuk operasi pada tahun 2020.
Pengembangan pesawat ini siluman canggih telah dilanda oleh keterlambatan, masalah teknis dan kenaikan biaya. JSF dipilih untuk RAAF karena kemampuannya untuk melakukan sejumlah peran yang berbeda, termasuk misi pengeboman.
Mantan perwira RAAF lain, pensiun Wing Commander Anthony Wilkinson, mantan navigator F-111 mengatakan jangkauan JSF itu terlalu pendek dan bombload terlalu kecil untuk itu menjadi pesawat serang. “Saya berpendapat bahwa perencana pertahanan telah kehilangan plot,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar