Senin, 11 Januari 2016

5 Dubes Menolak Pembangunan Bunker Mewah di London

bunker
Jon Hunt, miliarder pendiri agen real kelas atas Foxtons Inggris berada di tengah badai badai diplomatik setelah duta besar dari lima negara menggunakan hukum internasional dalam upaya untuk menghentikan rencananya membangun ruang bawah tanah super megah di London yang diyakini senilai sampai 100 juta pounsterling (lebih dari Rp1,5 triliun).

Duta besar dari Prancis, Arab Saudi, Rusia, India dan Lebanon, yang tinggal di jalan yang sama bersatu untuk menghentikan rencana mewah pria berusia 62 tahun tersebut.
Dalam sebuah langkah belum pernah terjadi sebelumnya, para diplomat mengatakan bahwa skema multi-juta pound bertentangan dengan Konvensi Wina Pasal 22, yang mewajibkan negara-negara tuan rumah untuk melindungi tempat diplomat dari ‘intrusi atau kerusakan’, dan mencegah ‘gangguan misi perdamaian atau penurunan martabat ‘.
Para diplomat mengatakan mereka telah mengajukan protes ke tingkat tertinggi. Mereka dikabarkan menulis kepada pemilik tanah, Crown Estate, yang dimiliki oleh Ratu, sebelum Natal. Salinan surat itu dikirim ke Istana Buckingham dan Kementerian Luar Negeri.
Keberatan dipimpin oleh Duta Besar Prancis Sylvie Bermann, yang tinggal di sebelah rumah Hunt di Grade II Kensington Palace Gardens di London Barat, yang merupakan salah satu jalan paling mahal di negara tersebut. Bermann jgua didukung oleh duta besar dari negara-negara lain yang tinggal di jalan sama.
Hunt rencana melakukan pembangunan ruang bawah tanah sedalam 82 kaki di bawah kebun sepanjang 180 kaki. Dia ingin menginstal lapangan tenis, kolam renang, dan sebuah parkir bawah tanah, dengan lift khusus untuk koleksi mobil berharganya. Menurut rencana, skema akan menciptakan ‘sebuah museum / galeri untuk menampilkan mobil-mobil vintage sebagai karya seni’.
Pemerintah Prancis kalah dalam kasus Pengadilan tingkat pertama untuk menghentikan pembangunan Hunt pada November lalu tetapi sekarang berencana untuk membawa kasus itu ke Pengadilan Tinggi.
Seorang juru bicara sebagaimana dikutip Daily Mail Minggu 10 Januari 2016 mengatakan: “Pekerjaan bawah tanah dengan skala yang direncanakan seperti itu bisa membahayakan kegiatan diplomatik.”
Hunt, yang telah menolak berkomentar atas masalah ini. Mantan perwira Angkatan Darat ini telah berhasil mendapatkan uang 370 juta pounsterling dari hasil penjualan Foxtons pada tahun 2007 yang merupakan puncak booming properti. Dia diyakini memiliki kekyaan lebih dari 1 miliar ponsterling.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar