Selasa, 04 Maret 2014

Belum Ada Tembakan, Tapi Rusia Kuasai Crimea

Sejumlah tentara yang tidak memakai tanda identitas menolak menjawab apakah mereka dari Rusia atau Ukraina, dan terlihat berjaga di Bandara Internasional Simferopol, Crimea, Ukraina, di mana massa pro-Rusia berkumpul, 28 Februari 2014.
Sejumlah tentara yang tidak memakai tanda identitas menolak menjawab apakah mereka dari Rusia atau Ukraina, dan terlihat berjaga di Bandara Internasional Simferopol, Crimea, Ukraina, di mana massa pro-Rusia berkumpul, 28 Februari 2014. (sumber: Getty Images via TIME)
Kiev – Para pemimpin Ukraina menuduh Rusia telah melakukan deklarasi perang dengan mengirim pasukan dan secara efektif menguasai Semenanjung Crimea, meskipun sejauh ini belum terjadi baku tembak.
Ukraina sendiri merespon dengan memobilisasi pasukan dan memanggil pasukan cadangan di saat ketegangan nyaris mencapai puncaknya dan konflik bisa pecah setiap saat.
Para jenderal Rusia memimpin pasukan mereka ke tiga pangkalan di Crimea Minggu (2/3) kemarin, menuntut angkatan bersenjata Ukraina untuk menyerah dan meletakkan senjata, kata Vladislav Seleznyov, juru bicara Media Center Crimea, Departemen Pertahanan Ukraina.
Pada Minggu malam, angkatan bersenjata Rusia sudah “sepenuhnya menguasai Semenanjung Crimea” kata para pejabat pemerintah Amerika Serikat. Diperkirakan sedikitnya ada 6.000 pasukan darat dan laut Rusia di wilayah itu.
"Tidak perlu dipertanyakan lagi mereka berada dalam posisi melakukan pendudukan – menerbangkan kekuatan dan menetap,” kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.

Seleznyov mengatakan pasukan Rusia memblokir akses ke pangkalan, namun ditambahkan: "Tidak ada konfrontasi terbuka antara angkatan bersenjata Ukraina dan Rusia di Crimea."
Crimea merupakan wilayah otonom Ukraina dengan ikatan yang kuat ke negara tetangganya, Rusia.
NATO dan AS Tak Ragu Sebut Agresi
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengecam aksi militer Rusia sebagai “tindak agresi yang nyata.”
Kerry dijadwalkan berkunjung ke Kiev Selasa ini. Dia juga mengatakan negara-negara lain mempertimbangkan sanksi ekonomi jika Rusia tidak menarik mundur pasukannya.
"Mereka semua siap bertindak mengisolasi Rusia terkait invasi ini," ujarnya. "Mereka siap memberi sanksi, dan mengisolasi Rusia secara ekonomi.”
Namun Duta Besar Ukraina di PBB mengatakan negaranya butuh lebih dari sekedar bantuan diplomatik.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami juga punya kemampuan untuk melindungi diri sendiri dan kami siap mempertahankan diri," ujar dubes Yuriy Sergeyev.
"Dan secara nasional, jika arahnya seperti itu, ketika pasukan Rusia makin bertambah jumlahnya setiap jam, kami akan meminta bantuan militer dan semua bentuk bantuan lainnya."
Di Brussels, Belgia, para wakil Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengadakan pertemuan darurat tentang masalah Ukraina.
"Apa yang dilakukan Rusia di Ukraina sekarang melanggar pasal-pasal Piagam PBB," kata Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen. Tindakan Rusia itu juga merupakan pelanggaran hukum internasional, tambahnya kemudian.
Dia menyerukan agar Rusia menarik militernya kembali ke pangkalan dan mengurungkan niat intervensi di Ukraina.
Kantor Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Putin telah menerima usulan mereka untuk membentuk “tim pencari fakta” di Ukraina, kemungkinan di bawah kepemimpinan Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (Organization for Security and Co-operation in Europe).
Penulis: Heru Andriyanto/HA
Sumber:CNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar