Senin, 30 November 2015

Tembak Jatuh Su-24, Rusia Beri ‘Sanksi’ Ekonomi kepada Turki

Pemerintah Rusia akan membatasi impor barang dari Turki dan mengimbau wisatawan Rusia untuk tak mengunjungi Turki. Namun menurut para ahli, ‘sanksi’ ekonomi tersebut kemungkinan besar akan merugikan kedua negara, apalagi Turki merupakan pemasok utama tomat dan jeruk untuk Rusia.

Russia Economically Reacts on the Plane Downing in Turkey
Warga lokal berbelanja dan membeli sayuran di sebuah pasar di Ankara, Turki, 23 Juli 2013. Sumber: Reuters 
 
Pemerintah Rusia telah memutuskan memperketat kontrol atas pasokan produk pertanian dan pangan dari Turki serta melakukan pemeriksaan tambahan di wilayah perbatasan, demikian disampaikan Menteri Pertanian Rusia Aleksander Tkachev seperti dikutip oleh Interfax. Menurut Tkachev, 15 persen produk pertanian Turki tak memenuhi standar Rusia.

Menurut Juru Bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov, langkah tersebut diambil sebagai reaksi Rusia atas sikap pemerintah Turki yang tak berpikir panjang. Pembatasan ini akan mempengaruhi impor pangan dari Turki, yang berdasarkan data resmi, nilai impor produk Turki oleh Rusia pada sepuluh bulan pertama di 2015 mencapai satu miliar dolar AS.

“Pada 2014, omzet perdagangan Rusia-Turki mencapai 44 miliar dolar AS. Turki menempati posisi kelima dalam perdagangan dengan Rusia, setelah Tiongkok, Jerman, Belanda, dan Italia,” kata Profesor Fakultas Ekonomi Dunia dan Politik Internasional Sekolah Tinggi Ekonomi Aleksey Portansky kepada RBTH. Menurutnya, ini setara dengan lima persen total perdagangan eksternal Rusia.

Makanan dan Pariwisata

Menurut Kementerian Pertanian Rusia, total pangsa impor produk pangan Turki ke Rusia pada 2014 mencapai empat persen, dan 43 persen tomat di Rusia berasal dari Turki. Menurut Direktur Pengembangan Jaringan Pasar “Petrovskiy” Andrey Averyanov, selama sembilan bulan pertama di 2015, nilai impor buah dan sayuran, seperti tomat, bawang, dan mentimun Turki ke Rusia mencapai setengah miliar dolar AS. Averyanov menuturkan, boikot impor makanan dari Turki akan menciptakan kenaikan harga pangan di Rusia. “Sementara bagi Turki, boikot tersebut mungkin memiliki konsekuensi ekonomi yang lebih serius karena Rusia merupakan importir utama produk pertanian Turki,” lanjut Averyanov.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov merekomendasikan warga Rusia untuk tidak memilih Turki sebagai tujuan pariwisata. Kemudian Rozturizm, lembaga khusus yang menangani urusan pariwisata Rusia, telah meminta agensi pariwisata untuk menangguhkan penjualan tiket menuju Turki. Saat ini, Turki merupakan tujuan yang paling populer di kalangan warga Rusia. Pada 2014, sebanyak 3,3 juta wisatawan Rusia mengunjungi Turki.

 Merusak Hubungan

Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengumumkan, Pemerintah Rusia juga berencana menangguhkan program kerja sama ekonomi dan membatasi transaksi keuangan, serta mengubah tingkat bea pajak bagi Turki.
“Kebijakan Rusia terhadap Turki ini dapat dimengerti dan dibenarkan. Namun, ada masalah lain yang harus diperhatikan, mengingat Turki dan Rusia memiliki kerja sama ekonomi berskala besar, sehingga hal ini akan merugikan kedua negara,” kata Direktur Umum Forex-broker eToro Paul Salas berkomentar. Menurutnya, Turki bahkan bisa saja membatalkan proyek pembangunan PLTN Akku dengan kontraktor Rusia. Proyek ini diperkirakan bernilai puluhan miliar dolar, kata Salas.
Selain itu, menurut para ahli, hingga kini Rusia belum mengambil langkah yang radikal. “Karena langkah tersebut akan merugikan kedua belah pihak,” kata Aleksey Portansky. Menurutnya, bagi Rusia, kehadiran celah di hubungan Rusia-Turki dalam segala bidang akan menjadi sangat sensitif. “Kemungkinan, Turki akan lebih mudah menggantikan pembeli sayuran, buah-buahan dan lain-lain, dibanding Rusia yang harus mencari pemasok baru,” kata Portansky menambahkan. Oleh karena itu, menurut Portansky, “Kita harus memikirkan hal ini dengan kepala dingin sebelum menangguhkan kerja sama ekonomi dengan Turki.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar