Minggu, 22 November 2015

Tujuan Jangka Panjang Moskow di Suriah

suriah

Di balik misi Rusia menyerang Suriah, Moskow disebut memiliki agenda jangka panjang. Laporan pers Jerman menyebutkan Rusia akan membantu membangun kembali Suriah setelah berakhirnya perang, termasuk mendapatkan kontrak baru untuk proyek-proyek investasi dan peta jalan guna resolusi politik.

Deutsche Wirtschafts Nachrichten [DWN] melaporkan pada hari Sabtu 21 November 2015 Rusia memiliki rencana jangka panjang untuk membangun kembali Suriah setelah teroris dikalahkan. “Presiden Rusia Vladimir Putin sedang mengejar strategi jangka panjang di Timur Tengah, yang menurut sekutu Suriah memainkan peran penting,” tulis DWN.
“Dengan aliansi baru Irak dan Iran, Rusia ingin mematahkan dominasi Arab Saudi, yang melalui OPEC dan misionaris serta Wahhabisme yang dalam pandangan Rusia memainkan peran destruktif baik secara ekonomi dan sosial.”
Dalam wawancara dengan Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin dengan saluran berita Rossiya 24, mengatakan bahwa pembangunan kembali perekonomian Suriah akan mulai segera setelah tentara Suriah, dengan bantuan angkatan udara Rusia, mengambil alih daerah dari teroris.
“Kami tidak, seperti AS di Yugoslavia pada tahun 1999, menggunakan amunisi tua Mereka membersihkan gudang mereka. Bangunan sipil hanya dibom [tidak ada perbaikan setelah itu]. Kita tidak bisa membiarkan diri kita melakukan sesuatu seperti itu,” kata Rogozin.
Dia menegaskan Rusia menggunakan persenjataan tepat yang dibawa oleh Su-24, Su25, dan Su-34  yang secara tepat menargetkan ISIS bukan warga sipil dan bangunan sipil.
DWN juga rinci beberapa hubungan ekonomi yang kuat Rusia dengan Suriah di bidang produksi minyak dan gas. Mengutip Gissa Guchetl, Direktur Eksekutif Russian Union of Gas and Oil Industrialists, yang mengatakan kepada RIA Novosti pada bulan Juli bahwa perusahaan-perusahaan minyak dan gas Rusia akan berusaha untuk menghidupkan kembali kontrak senilai US$ 1,6 milyar dengan Suriah setelah situasi di negara itu menjadi stabil.
Selain itu, menurut DWN, Rusia adalah satu-satunya mitra yang telah memberikan roadmap yang komprehensif untuk reformasi setelah akhir perang. Rencana yang disampaikan di Wina awal bulan ini dengan rencana periode 18 bulan meliputi reformasi konstitusional dan pemilihan presiden dengan Presiden Assad dapat mengambil bagian dalam pemilu tersebut.
“Namun, Rusia menolak untuk mendukung penggulingan eksternal Assad, yang aliansi pimpinan AS masih didefinisikan sebagai tujuan,” tulis surat kabar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar