Meski terus menerus dilanda masalah teknis dan penundaan, militer AS
tidak berencana untuk membatalkan pengembangan jet tempur baru F-35,
program senjata termahal dalam sejarah Pentagon.
F-35 Joint Strike Fighter yang disebut-sebut sebagai keajaiban teknologi
yang akan mendominasi langit dunia telah mengalami banyak kendala dari
waktu ke waktu, menempatkan program yang seharusnya tujuh tahun ini
molor dan dana anggaran yang sebesar USD 167 miliar telah dilampaui,
bahkan lebih jauh.
Sebagaimana Pentagon yang saat ini masih mengutak-atik anggaran yang
akan diusulkan untuk tahun 2015, program ini dinyatakan masih 'on the
way', namun masih belum jelas berapa banyak pesawat yang akan dibangun
dan berapa banyak mitra AS yang bersedia untuk membelinya.
Point of no return
Setelah lebih dari satu dekade sejak program diluncurkan, para pejabat
bersikeras bahwa program ini harus terus dilanjutkan, karena pesawat
inilah yang akan menjadi tulang punggung armada jet tempur AS di masa
depan.
Angkatan Udara dan Korps Marinir AS tidak berinvestasi untuk
pengembangan pesawat lain, mereka menempatkan semua harapan pada program
F-35. Dalam teorinya, Angkatan Laut AS bisa saja "selamat" jika lebih
memilih membeli F-18 lebih banyak, namun tekanan yang datang mengharuskan Angkatan Laut AS untuk tetap sejalan dengan yang lain.
Bahkan seorang profesor dari American University yang juga mantan
pejabat di Gedung Putih, Gordon Adams, mengatakan bahwa: "Program ini
sudah sangat mendekati kegagalan."
Program F-35 menerima dukungan yang kuat dari Kongres AS sebagaimana
sang kontraktor Lockheed Martin yang telah menyebarkan lapangan kerja
untuk program ini di 45 negara bagian AS.
Sekutu-sekutu AS juga telah berkomitmen untuk program ini, dan
Washington pun berjanji akan menghadirkan sebuah pesawat canggih yang
akan menjadi menjadi 'game changer' pertempuran.
Harga F-35
Sebagai pesawat 'one-size-fits-all', dan dengan sekutu AS yang juga
diundang untuk ambil bagian, program ini awalnya disebut-sebut sebagai
investasi masa depan yang cemerlang.
Tetapi biaya program menggelinding bak bola salju, yang diperkirakan
harganya telah meningkat 68 persen dari harga awal. Pentagon kini
berencana untuk menghabiskan USD 391,2 miliar untuk pembelian 2.443
F-35, dengan masing-masing pesawat dibanderoli dengan harga mengejutkan
yaitu USD 160 juta.
Tidak hanya disitu, ketika harus mempertimbangkan biaya terbang dan
biaya pemeliharaan selama masa pakainya, program ini akan mencapai USD 1
triliun, ini menurut penilaian Government Accountability Office.
Pesawat tempur revolusioner
F-35 disebut sebagai pesawat tempur yang 'paling' siluman, dengan desain yang menjadikannya tidak terdeteksi radar.
"Ketika F-35 menghadapi musuh di udara, pesawat musuh akan "tewas"
bahkan sebelum pesawat musuh itu sadar bahwa mereka sedang bertempur
dengan F-35," kata Kepala Angkatan Udara AS Jenderal Mark Welsh
mengatakan dalam sebuah acara di televisi CBS.
Dibekali dengan kemampuan terbang supersonik dan perangkat lunak yang
unik, rumit, dan komplit, F-35 lebih menyerupai komputer terbang.
Melalui visor helm hi-tech yang terhubung dengan kamera di pesawat,
pilot dapat melihat daratan di bawahnya hanya dengan memandang lantai
kokpit. Membuat pilot bisa melihat 360 derajat, hal yang belum pernah
terjadi sebelumnya.
Mengapa program ini molor dan apa efek dari penundaan?
Pesawat belum akan dioperasikan secara penuh sebelum tahun 2016, sepuluh tahun sejak penerbangan pertamanya.
Penyebab utama program ini tertunda untuk waktu yang lama adalah karena
faktor ketidaksabaran, yaitu keputusan untuk memulai pembangunan padahal
pesawat belum selesai pengujian. Akibatnya, bug dan masalah teknis
lainnya memaksa dilakukannya perbaikan dan pengubahan, hal ini malah
memperlambat produksi.
24 juta baris kode untuk perangkat lunak pesawat ini telah membuat sakit kepala pengembangnya, dan F-35 belum mencapai tingkat kinerja dan keandalan yang diharapkan.
Jumat lalu, kantor program F-35 mengakui kepada AFP bahwa F-35B, varian
lepas landas pendek dari F-35 untuk Korps Marinir, mengalami retak pada bulkhead saat stress test. Akibatnya, pengujian daya tahan ditangguhkan karena pesawat harus diperbaiki atau diubah terlebih dahulu.
Program ini sama halnya seperti program-program senjata lain AS di masa
lalu, masalah-masalah teknis melambungkan biaya setiap pesawat, yang
akhirnya memaksa Washington menskala ulang jumlah pesawat yang akan
dibeli.
Pentagon telah mengumumkan rencana untuk membeli hanya 34 F-35 di tahun
fiskal 2015, bukan 42 seperti yang direncanakan sebelumnya.
Negara lain yang berminat pada F-35
Selain Amerika Serikat, delapan negara lain telah ambil bagian dalam
program F-35: Australia, Inggris, Kanada, Denmark, Italia, Belanda,
Norwegia, dan Turki.
Israel telah menyatakan minatnya pada F-35, juga Jepang, Korea Selatan dan Singapura.
Beberapa negara telah memerintahkan pembelian F-35 pertama mereka,
tetapi dengan biaya setiap pesawat naik, rencana pembelian menjadi
tentatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar