Selasa, 06 Oktober 2015

Roket Indonesia Bukan Lagi Mimpi

Spesifikasi teknis Roket pertahanan R-Han 122B (image : Defense Studies)

Meski pernah tersendat sejak keberhasilan uji coba Roket Kartika pada 14 Agustus 1964, Kementerian Pertahanan -Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional serta sejumlah instansi terkait berhasil meluncurkan roket pertahanan R-HAN 122B Kamis, 21 Agustus 2015.
Berulang kali, roket itu diluncurkan dari platform penembakan truk Perkasa, truk yang juga buatan anak bangsa. Penembakan berjalan baik. Awak Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), TNI AU, Kementerian Pertahanan, dan instansi lain yang menghadiri peluncuran itu bertepuk tangan setiap kali roket melesat ke angkasa ke arah Samudera Hindia, di selatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Roket pertahanan R-HAN 122B berasal dari proyek eksperimen antarlembaga dan Lapan dan menjadi batu penjuru pengembangan proyek tersebut.


Prototipe Rudal Petir V101 produksi PT. Sari Bahari, Malang (photos : defence.pk)

Peluncuran roket bagi negeri ini bukan sesuatu yang baru tiba-tiba. Dalam sejarah teknologi luar angkasa, Indonesia merupakan negeri Asia kedua sesudah Jepang dalam peluncuran roket. Ketika itu, Indonesia dibantu teknisi Rusia yang mengembangkan roket pasca Perang Dunia II warisan Wernher Von Braun. Wernher Von Braun sendiri hijrah ke Amerika Serikat menjadi pelopor roket ulang alik Amerika Serikat. Lembaga lain seperti Universitas Gadjah Mada pada 1964 juga meluncurkan Roket Gama di Yogyakarta.

Bhaskara Wardaya SJ, editor buku pada 1965 "Indonesia and The World" mengisahkan, pada 1963 Indonesia sudah membahas kerja sama pengembangan nuklir dengan Tiongkok. Selanjutnya Tiongkok melakukan uji coba nuklir tahun 1964. Namun, kerja sama itu tidak berlanjut karena pecahnya peristiwa G30S.


Cerita serupa diungkapkan sejarawan Nanyang Technological University, Singapura, Zhou Tou Mo, dalam diskusi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Berdasarkan kajian dari arsip Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terungkap, diskusi pengembangan teknologi nuklir yang dimaksudkan untuk beragam fungsi sudah dilakukan Indonesia-RRT sejak 1963-1964.


Kemandirian

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di sela-sela kegiatan uji coba peluncuran roket di Pameungpeuk menegaskan, pembuatan R-HAN 122B merupakan bentuk kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

"Hulu ledak dan pendorong (propelan) sudah dirancang sedemikian rupa. Ini bisa digunakan untuk spesifikasi militer dan pada tahap awal bisa digunakan di peluncur roket multilaras 122 milimeter GRAD buatan Russia. Jangkauan roket tersebut mencapai jarak 31 kilometer," kata Ryamizard.

Ia pun mengatakan, roket-roket yang direncanakan akan diproduksi massal tersebut akan digunakan TNI AL. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan senjata dari luar negeri. Setelah langkah ini sukses, varian roket lain juga terus dikembangkan dengan daya jangkau lebih jauh. Hulu ledak atau war head roket pun terus diuji coba. "Dalam jangka menengah, kita sedang mengembangkan sistem kendali untuk dapat memproduksi peluru kendali," kata Ryamizard.



Di Malang, pendiri PT Sari Bahari, Ricky Egam, bersama mitra kerja, termasuk Kemhan, merintis pembuatan peluru kendali. Sebelumnya, mereka berhasil memproduksi bom untuk jet tempur Sukhoi dan roket artileri medan. "Kerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait berjalan baik," ujar Egam yang sudah mengekspor roket artileri ke Cile, Amerika Selatan.


Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan akan bekerja sama dengan RRT untuk masalah teknis roket dan peluru kendali. Selain RRT, peluang kerja sama sangat terbuka, terutama dengan negara-negara yang bersedia berbagi teknologi dengan Indonesia. Seperti disampaikan Menhan Ryamizard Ryacudu, semua itu demi kemajuan teknologi roket Indonesia.

(Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar