Jumat, 25 September 2015

Mesir Beli 2 Mistral, Rusia dan China ikut Untung, Kenapa?


mistral 1
Perjalanan terjal kapal amfibi serbu kelas mistral Prancis sepertinya akan berakhir di Mesir setelah pemerintah Prancis mengumumkan bahwa Kairo setuju untuk membeli dua kapal yatim piyatu yang gagal dikirim ke Rusia tersebut.
Kapal Kelas Mistral adalah kapal yang menakjubkan. Secara kemampuan memang tidak jauh berbeda dengan kapal sekelas lainnya, tetapi yang hebat adalah dengan kemampuan tersebut kapal tersebut menjadi cukup murah yakni sekitar US$700 juta. Selain itu biaya operasionalnya juga lebih ringan dibandingkan dengan LHD Kelas Wasp Amerika.

Wajar jika selama ini banyak negara yang langsung menyatakan minatnya ketika Paris memutuskan untuk membatalkan pengiriman dua kapal tersebut ke Moskow sebagai buntut tudingan keterlibatan Kremlin di konflik Ukraina.
Kanada, NATO, Brasil, India, Vietnam, Korea Selatan, Arab Saudi, Belanda, Selandia Baru, Singapura dan bahkan China dan Amerika Serikat disebut-sebut tertarik untuk mengakuisinya. Dan dari sekian banyak itu sepertinya Mesir yang terpilih.
Prancis memang memiliki hubungan dekat dalam hal perdagangan senjata dengan Mesir. Pemerintah el-Sisi telah memutar haluan dari semula fokus ke Amerika kini mencoba mencari penyuplai baru. Embargo yang diberikan Amerika telah menjadi pengalaman pahit bagi negara tersebut untuk tidak tergantung pada satu negara dalam hal penyediaan senjata.
Hal ini juga terlihat ketika Amerika memblokir pengiriman F-16  yang  dibeli Mesir setelah ada kudeta miltier yang mendkung el-Sisi menggulingkan Ikhwanul Muslimin. Kairo langsung mengakuisi Dassault Rafale dan MiG-29. Terakhir Mesir juga dikabarkan telah dekat dengan kesepakatan untuk membeli MiG-35 yang merupakan generasi penerus dari Fulcrum.
Mesir Membutuhkan Mistral
mistral 2Di sisi lain Mesir harus terus berjibaku untuk berperang melawan berbagai kelompok garis keras. Negara ini juga terlibat dalam perang melawan ISIS dan Houthi diY Yaman. Secara geografis berbicara, ancaman terutama berasal dari seluruh Semenanjung Sinai, yang dikhawatirkan Mesir nantinya akan mengganggu jalur lalu lintas di Terusan Suez. Selain itu Mesir juga siaga di kawasan perbatasan Libya yang saat ini terus dilanda perang saudara.
Bahkan dengan momok meningkatnya pergerakan ISIS di Sahara dan bagian dari sub-Sahara Afrika akan menjadi persoalan serius bagi Mesir. Dan memiliki dua kapal mistral sebagai bagian dari strategi untuk mengatasi masalah tersebut.
Mistral merupakan kapal yang tangguh yang dapat digunakan sebagai semacam basis untuk diparkir di lepas pantai Mediterania, Laut Merah, dan Laut Arab. Meski hal ini harus diikuti dengan pergeseran besar dalam kebijakan luar negeri Mesir. Meskipun mungkin pergeseran ini telah berlangsung, dengan negara-negara Arab Sunni secara terbuka melawan Iran yang mendukung Pemberontak Houthi di Yaman. Bahkan, militer Mesir dan Arab Saudi telah bergabung pada level tertentu untuk mencoba untuk membentuk daerah seperti yang mereka inginkan yang dikenal dengan Deklarasi Kairo, dan ditandatangani dengan sedikit perhatian media Barat musim panas ini. Penambahan sepasang kapal operator helikopter dan kapal serbu serbu amfibi bisa memberikan counter-balance terhadap peningkatan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Pembelian dua kapal ini sekaligus menunjukkan tanda jelas bahwa Mesir ingin lebih aktif dalam operasi militer dibanding yang sudah-sudah.
Rusia dan China ikut Untung
mistral3Yang menarik Mesir adalah sekutu Rusia. Moskow sudah mengatakan akan membangun kepal kelas mistral sendiri. Tetapi harus diakui Rusia akan kesulitan untuk membangun kapal besar dan pengalaman sudah menunjukkan hal itu. Meskipun Rusia memiliki pengetahuan tentang Kelas Mistral dan sistemnya, membangun satu kapal secara utuh tanpa contoh yang sudah ada akan sangat merepotkan.
Selain itu, sub-sistem Rusia tidak seluruhnya bisa diambil dari kapal tersebut karena sudah menjadi bagian integral dari kapal. Dan subsistem itu akan membutuhkan perawatan, upgrade dan pelatihan bagi para pelaut Mesir. Dengan kata lain, Mesir akan memerlukan beberapa kerjasama dengan Rusia ketika mengoperasikan kapal tersebut.
Pada situasi seperti ini mau tidak mau Rusia akan memiliki akses ke kapal mistral dan ini akan memungkinkan Rusia untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang kapal tersebut untuk kemudian memproduksi sendiri.
Dengan dua kapal di tangan sekutu dekat Rusia dan Cina bisa bekerja sama untuk membangun kelas yang sama. China bisa menggunakan kemampuan seperti itu.  Karena selama ini China juga masih terus berjuang untuk membangun kapal induk. Kapal mistral bisa memberi dasar dalam rencana tersebut. Pada akhirnya kesepakatan ini akan menguntungkan Mesir, Rusia dan mungkin China.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar