Ahli militer Vasily Kashin mengatakan kepada Sputnik keputusan Korea Selatan untuk memproduksi secara massal K2, satu tank yang paling mahal di dunia, menunjukkan preferensi politik atas ekonomi.
K2 merupakan perbaikan atas dari tank K1 Korea Selatan, yang dirancang oleh sejumlah perusahaan termasuk General Dynamics dan diproduksi menggunakan banyak bagian yang diimpor. Menurut Kashin, ini menyebabkan kekhawatiran Korea Selatan pada ketersediaan suku impor.
“Tidak ada keyakinan bahwa sistem yang ada selama ini akan selamanya memberi akses ke pasokan senjata dan suku cadang dari Eropa dan Amerika Serikat. Karena itu, sekutu AS termasuk Jepang, Korea Selatan dan sebagian, Taiwan , berinvestasi ke industri militer mereka sendiri, bahkan meski impor sebenarnya akan menjadi pilihan sempurna untuk memecahkan masalah mereka saat ini, “tulis Kashin Rabu 20 Januari 2016.
Harga K2 mencapai sekitar US$8,5 juta per unit. Untuk perbandingan tank T-14 Armata Rusia harganya h anya US$3,7 juta. Sementara M1A2 Abrams buatan AS US$4,3 juta.
Menurut Kashin, K1 itu kemungkinan besar sudah unggul jika berhadapan dengan tank Korea Utara, namun sebagian besar komponennya diimpor yang kemungkinan menciptakan kekhawatiran bagi militer Korsel.
“Tank in akan bisa melawan tank Korea Utara, yang sebagian besar adalah mesin tua era Soviet atau ‘perkembangan baru Korea Utara,’ yang sebenarnya upaya untuk secara radikal meningkatkan tank T-62 tua Soviet,” tulis Kashin.
Harga tinggi mencerminkan biaya komponen buatan dalam negeri, seperti mesin dari Doosan Infracore dan transmisi dari perusahaan S & T yang mengakibatkan harga tinggi dan penundaan produksi.
K2 juga tidak memiliki banyak keberhasilan sebagai ekspor karena biaya mahal tersebut. Salinan lisensi disebut MITUP Altay sedang memulai debutnya di Turki, meskipun menggunakan menara yang dirancang Turki sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar