Plutonium, yang disediakan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis beberapa dasawarsa lalu, menyebabkan kegelisahan karena Jepang mengatakan memiliki kemampuan membuat senjata nuklir, bahkan jika mereka memilih untuk tidak membuatnya.
Sebanyak 331 kilogram bahan akan dikirimkan dengan kapal ke sarana nuklir di Carolina Selatan pada akhir Maret, kata Kyodo pada Senin dalam berita tertulis dari Washington, yang mengutip beberapa sumber tak dikenal pemerintah Jepang.
Pengiriman tersebut terjadi sebelum pertemuan keamanan nuklir di Washington pada Maret untuk menggarisbawahi tekad kedua negara itu terkait nonproliferasi nuklir dan menjadi bagian dari kesepakatan mereka pada 2014.
Itu akan menjadi salah satu gerakan luar negeri Jepang paling berarti terkait plutonium sejak menerima satu ton plutonium dari Prancis pada 1993 untuk percobaan pembangkit nuklir.
Pengiriman itu memicu protes keras pada saat itu dari negara yang mengutip kekhawatiran lingkungan dan keamanan.
Seorang pejabat Jepang mengkonfirmasi jumlah plutonium yang akan dikirimkan ke Amerika Serikat dan mengatakan persiapan pengiriman sedang dalam proses. “Namun kami tidak dapat memberi komentar terkait informasi lebih lanjut, termasuk waktu keberangkatan dan rute yang diambil, untuk alasan keamanan,” kata pejabat seksi teknologi nuklir di kementerian pendidikan kepada media pada Selasa 5 Januari 2015.
Bahan tersebut disimpan di Institut Penelitian Ilmu Nuklir di bagian timur laut Tokyo, tambahnya. Jepang sangat bergantung kepada teknologi nuklir untuk kebutuhan energi mereka.
Pada 2006, mantan menteri luar negeri Taro Aso memicu kepanikan di negara tetangganya dengan mengatakan Jepang yang merupakan negara yang kuat secara ilmiah dengan perolehan sejumlah hadiah Nobel itu mengetahui bagaimana cara untuk memproduksi senjata nuklir namun memilih untuk tidak melakukannya.
Jepang adalah negara satu-satunya pernah diserang senjata nuklir dan di bawah kebijakan 1967, mereka menolak membuat, memiliki atau mengizinkan senjata nuklir di wilayahnya.
Namun, pada 2010, Tokyo mengakui perjanjian rahasia sebelumnya dengan Amerika Serikat untuk mengizinkan kapal perang Amerika untuk membawa senjata nuklir melewati wilayah Jepang dan untuk membawa senjata tersebut ke markas Amerika Serikat di pulau Okinawa dalam keadaan darurat.
Bom atom Amerika Serikat memusnahkan penduduk Jepang di Hiroshima dan Nagasaki pada hari-hari akhir Perang Dunia II, yang menewaskan lebih dari 210.000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar