Presiden Rusia Vladimir Putin mampu
menyelesaikan konflik Suriah dan menghancurkan ISIS. Demikian hal
tersebut diungkapkan seorang politikus dan sekaligus mantan Menteri
Pendidikan Kejuruan Prancis Jean-Luc Mélenchon kepada wartawan Prancis
Lea Salame dan Yann Moix, yang telah mencoba menuduh bahwa Moskow
melakukan pengeboman terhadap kelompok oposisi Suriah, bukan teroris.
"Rusia adalah satu-satunya pihak yang berhasil memotong rute pasokan yang digunakan ISIS untuk menyelundupkan minyak ilegalnya ke Turki. Saya bukan satu-satunya orang yang mengatakan ini — pihak oposisi Turki pun menegaskan hal serupa. Inilah yang salah satunya menjadi target pengeboman pasukan udara Rusia. Saya mengucapkan selamat kepada Rusia karena telah mengganggu pengiriman (minyak ilegal) ini karena ini akan menjadi salah satu faktor kekalahan ISIS," kata Mélenchon sebagaimana yang dikutip media Rusia, Sputnik.
Tak puas dengan sikap Mélenchon atas apa yang terjadi di Suriah, kedua wartawan menyela sang politikus dan mengklaim bahwa di Suriah, Rusia tidak menargetkan ISIS, melainkan menyerang kelompok-kelompok yang disebut sebagai oposisi moderat. "Sembilan puluh persen serangan udara Rusia tidak ditujukan untuk ISIS, melainkan kepada para pemberontak," kata Moix.
"Ini tidak benar," kata Mélenchon, "mereka — yang menyebarkan informasi tak berdasar terkait upaya Rusia di Suriah — berusaha untuk menipu Anda dan melemparkan debu ke mata Anda agar Anda berada di pihak mereka."
Rusia melancarkan operasi kontraterorisme multinasional di Suriah menyusul permintaan resmi dari Damaskus pada 30 September 2015. Moskow dianggap telah berperan dalam membantu Tentara Arab Suriah mengubah gelombang perang melawan ISIS, front al-Nusra, dan kelompok radikal lainnya, yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan mendirikan negara Islam di Suriah.
Pasukan yang dipimpin Damaskus telah mencetak kemenangan besar melawan teroris di seluruh provinsi kunci, dan saat ini tengah berfokus pada pembebasan kota terbesar Suriah, Aleppo.
"Rusia adalah satu-satunya pihak yang berhasil memotong rute pasokan yang digunakan ISIS untuk menyelundupkan minyak ilegalnya ke Turki. Saya bukan satu-satunya orang yang mengatakan ini — pihak oposisi Turki pun menegaskan hal serupa. Inilah yang salah satunya menjadi target pengeboman pasukan udara Rusia. Saya mengucapkan selamat kepada Rusia karena telah mengganggu pengiriman (minyak ilegal) ini karena ini akan menjadi salah satu faktor kekalahan ISIS," kata Mélenchon sebagaimana yang dikutip media Rusia, Sputnik.
Tak puas dengan sikap Mélenchon atas apa yang terjadi di Suriah, kedua wartawan menyela sang politikus dan mengklaim bahwa di Suriah, Rusia tidak menargetkan ISIS, melainkan menyerang kelompok-kelompok yang disebut sebagai oposisi moderat. "Sembilan puluh persen serangan udara Rusia tidak ditujukan untuk ISIS, melainkan kepada para pemberontak," kata Moix.
"Ini tidak benar," kata Mélenchon, "mereka — yang menyebarkan informasi tak berdasar terkait upaya Rusia di Suriah — berusaha untuk menipu Anda dan melemparkan debu ke mata Anda agar Anda berada di pihak mereka."
Rusia melancarkan operasi kontraterorisme multinasional di Suriah menyusul permintaan resmi dari Damaskus pada 30 September 2015. Moskow dianggap telah berperan dalam membantu Tentara Arab Suriah mengubah gelombang perang melawan ISIS, front al-Nusra, dan kelompok radikal lainnya, yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan mendirikan negara Islam di Suriah.
Pasukan yang dipimpin Damaskus telah mencetak kemenangan besar melawan teroris di seluruh provinsi kunci, dan saat ini tengah berfokus pada pembebasan kota terbesar Suriah, Aleppo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar