Menurut sebuah laporan Jaringan Militer Sina yang berbasis di Beijing, mesin buatan Rusia yang digunakan di J-10 rentan terhadap kerusakan dan telah menyebabkan beberapa kecelakaan dalam beberapa tahun terakhir.
Seorang pilot militer lain mengatakan Li Tong pada saat mesin gagal masih membawa senjata meriam dengan 200 putaran dan 2,5 ton bahan bakar. Li berjuang untuk me-restart mesin hingga mesin meluncur sampai ketinggian 5.000 kaki.
J-10 adalah pesawat tempur ringan mesin tunggal yang dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Corporation pada 1990-an dan dimasukkan ke dalam layanan mulai 2005. Pesawat ini menggunakan mesin Rusia AL-31 yang dikenal cukup kuat dan awalnya ditujukan untuk pesawat dua mesin Su-27.
Dengan konfigurasi mesin tunggal tentu saja menjadikan J-10 menderita masalah kompatibilitas parah. Sementara mesin WS-10 yang dibangun China terbukti justru makin tidak bisa diandalkan dibandingkan buatan Rusia.
Meskipun klaim yang dibuat pada tahun 2014 oleh seorang juru bicara lembaga penelitian China yang bertugas pengembangan WS-10 menyebut mesin itu sepenuhnya operasional dan matang untuk digunakan dalam upgrade J-10. Sebuah laporan Sina pada Agustus 2015 juga mengungkapkan bahwa industri penerbangan China belum bisa mengurangi tingkat kegagalan mesin untuk dalam batas-batas yang dapat diterima hingga akhirnya Angkatan udara China dan khususnya J-10 jet akan terus menggunakan mesin Rusia.
Menurut publikasi angkatan laut China yang dikutip oleh Sina, konsultasi dengan produsen mesin Rusia untuk menemukan solusi masalah kompatibilitas AL-31 telah tertunda karena kekurangan dana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar