“Saya tak menerima peringatan sama sekali, baik melalui jaringan radio-elektronik, maupun secara visual. Tidak ada kontak dalam bentuk apapun. Kami bergerak di lintasan tempur seperti biasa. Perlu diingat pula bagaimana perbandingan kecepatan pesawat pengebom dan pesawat tempur F-16. Jika mereka ingin memberikan peringatan, mereka bisa mengirim sinyal secara visual, mengikuti haluan paralel. Tetapi mereka tak melakukan hal itu. Misil ditembakkan ke pesawat kami dari belakang secara mendadak. Kami bahkan tak bisa melihat misil tersebut dan tak sempat melakukan manuver antimisil,” tutur sang navigator sebagaimana dikutip Kantor Berita TASS, Kamis 26 November 2015..
“Tidak, hal itu mustahil, bahkan untuk sedetikpun, karena kami terbang di ketinggian sekitar enam ribu meter dan cuaca cerah. Hingga saat pesawat diserang oleh misil, saya mengendalikan penerbangan dengan baik. Saya bisa melihat posisi kami di peta dan secara visual saya tahu di mana kami berada,” kata sang navigator.
“Bahkan kami tak punya kesempatan untuk melanggar batas wilayah Turki,” tegasnya.
Sang navigator menyatakan ia ingin kembali memenuhi kewajiban militernya dan ingin tetap ditempatkan di markas pangkalan udara Hmeimim. “Saya akan meminta markas komando memperbolehkan saya untuk tetap ditugaskan di pangkalan udara ini. Saya harus membayar utang nyawa atas komandan saya,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar