Helikopter baru yang dibeli adalah AW-101 yang dibangun AgustaWestland Italia, telah dimasukkan dalam lima tahun rencana strategis Angkatan Udara 2014-2019.
Dwi mengatakan, helikopter tersebut dibeli untuk menggantikan Super Puma tua, yang telah digunakan selama 25 tahun terakhir.
AW-101 Pertama akan tiba di Indonesia tahun depan dan dua lagi akan menyusul pada 2017.
Meskipun mengklaim bahwa helikopter itu tidak dibeli khusus untuk Jokowi, Dwi mengatakan AW-101 baru akan mendukung mobilitas Presiden karena teknologi dan kecepatan yang lebih maju dengan tiga mesin dan kapasitas penumpang yang lebih besar.
“Super Puma hanya bisa membawa tujuh penumpang, sedangkan AW-101 dapat membawa 13. Helikopter ini juga lebih nyaman,” katanya.
Helikopter ini memiliki panjang 19,53 meter dengan diameter rotor jika 18,59 meter serta menggunakan tiga mesin Rolls Royce Turbomeca RTM322-01 1,566kW.
TB Hasanuddin, seorang anggota parlemen dari DPR atau Perwakilan Komisi I mengawasi urusan luar negeri dan keamanan, menolak pembelian dan mendesak pemerintah untuk membeli helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sebagai gantinya.
Anggota parlemen PDI-P sebagaimana dikutip The Jakarta Post mengatakan bahwa PT DI memiliki lisensi untuk perakitan dan modifikasi helikopter angkat menengah NAS-330 Puma dan NAS-332 Super Puma. NAS-332 Super Puma, kata dia, lebih murah daripada AgustaWestland AW-101.
Selain itu, Hasanuddin menambahkan, pemerintah tidak akan hanya menghabiskan US$ 55 juta untuk helikopter baru, karena butuh dana tambahan setidaknya US$5 juta untuk menginstal FLIR (forward looking infrared), flafe, sistem pengacak dan peringatan laser untuk perlindungan dari serangan.
“Dengan membeli produk dalam negeri, negara akan mendapatkan keuntungan 30 persen dari harga dasar setidaknya untuk bahan domestik. [PT DI] juga akan mempekerjakan setidaknya 700 orang per tahun, juga akan menjadikan keterampilan berkembang bangsa,” katanya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar