Jatuhnya jet penumpang Rusia di Mesir, serangan ke Paris, pengeboman mematikan di Beirut dan aksi teroris lainnya yang didalangi oleh ISIS merupakan akibat dari kontraterorisme multinasional di Suriah yang tanpa mau melihat ujung paling jauh dari penyebab munculnya gerakan keras tersebut..
Ekonom terkemuka ini menyebutkan serangan yang terjadi baru-baru ini sebagai “blowback terrorism.” Hal ini sebagai konsekuensi dari aksi militer baik yang rahasia maupun terbuka oleh AS dan Eropa untuk menggulingkan pemerintah di Afrika dan negara-negara Timur Tengah untuk dan menginstal rezim sesuai dengan kepentingan Barat.
Upaya ini juga termasuk operasi yang dipimpin CIA untuk menciptakan kekuatan yang untuk mengusir Uni Soviet dari Afghanistan. Pejuang muda Sunni direkrut, dilatih dan dipersenjatai oleh intelijen AS yang kemudian dikenal sebagai Mujahidin.
“Dengan mempromosikan visi jihad untuk membela negeri Islam (Darul Islam) dari pihak luar, CIA menghasilkan kekuatan tempur ribuan pemuda memicu untuk pertempuran. Ini adalah pertempuran awal ini kekuatan dan ideologi yang memotivasi itu yang saat ini masih menjadi dasar dari pemberontakan jihad Sunni, termasuk ISIS, ” jelas Sachs.
Pada 1990-an, Mujahidin mengarahkan upaya mereka terhadap negara yang membantu menciptakan mereka. Kecenderungan ini diperkuat dalam tahun 2000-an.
“Perang tak beralasan Amerika terhadap Irak pada tahun 2003 juga bertujuan untuk menciptakan suatu rezim Syiah yang dipimpin AS dan kutukan bagi para jihadis Sunni Irak yang siap mengangkat senjata, ” kata Sachs.
Operasi yang dipimpin NATO di Libya dan sikap Barat terhadap Suriah membantu mendestabilisasi negara-negara ini dan daerah sekitar.
Langkah kedua harus melihat semua pemangku kepentingan utama, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, bekerja dengan peta jalan untuk menyelesaikan konflik Suriah di bawah naungan PBB.
“Kerangka PBB harus mengakhiri pemberontakan terhadap Assad dan AS, Arab Saudi, dan Turki harus melakukan gencatan senjata Suriah, kekuatan militer PBB yang dimandatkan untuk menghadapi ISIS, dan transisi politik di Suriah tidak didikte oleh AS, tetapi dengan konsensus PBB untuk mendukung rekonstruksi politik tanpa kekerasan, ” rinci Sachs.
Akhirnya, perdamaian abadi hanya dapat dicapai melalui pembangunan yang berkelanjutan di daerah yang dilanda perang, yang berarti mereka perlu “lonjakan investasi” di segala bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, energi terbarukan, pertanian dan infrastruktur.
“Perang yang lebih besar – terutama didukung CIA, perang yang dipimpin Barat – akan semakin mengacaukan apapun di sana.”
jejaktapak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar