RI dan Korsel Guyur Rp 111,5 T Penandatanganan kerjasama Cost Share Agreement ☆
Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) sepakat mengembangkan jet tempur bersama bernama KFX/IFX. Proyek yang digagas sejak 2010 ini mengalami beberapa kali pasang surut hingga akhirnya, kedua negara sepakat melanjutkan kempali pengembangan jet tempur.
Hari ini telah ditandantangi kerja sama Cost Share Agreement (CSA) antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI), serta Work Assignment Agreement (WAA) antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan KAI.
Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) sepakat mengembangkan jet tempur bersama bernama KFX/IFX. Proyek yang digagas sejak 2010 ini mengalami beberapa kali pasang surut hingga akhirnya, kedua negara sepakat melanjutkan kempali pengembangan jet tempur.
Hari ini telah ditandantangi kerja sama Cost Share Agreement (CSA) antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI), serta Work Assignment Agreement (WAA) antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan KAI.
Dengan penandatanganan itu, kedua pihak selanjutnya akan melaksanakan proses Engineering and Manufacturing Development (EMD) hingga menghasilkan 6 unit prototype atau purwarupa yang siap produksi.
Untuk menghasilkan prototype itu, total biaya mencapai US$ 8 miliar atau setara Rp 111,52 triliun (US$ 1. Rp 13.940).
"Investasi totalnya sampai melahirkan 6 unit pesawat siap produksi US$ 8 miliar," Kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana, usai acara penandatangan CSA dan WAA, di Kemenhan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Sementara itu, Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu menjelaskan, investasi itu diguyur oleh kedua negara. Indonesia sendiri andil 20% dari total investasi, sedangkan Korsel 80%. Dana Rp 111,52 triliun sebatas sampai melahirkan purwarupa, belum sampai produksi.
"Tandatangan CSA antara Kemhan RI dan KAI. Ini mou nyata pemerintah Indonesia dalam pengembangan jet tempur, dilihat dari pembagian biaya dan tanggungjawab," Sebutnya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Korsel, Chang Myoungjin menjelaskan, program IFX/KFX sebagai pengembangan persenjataan terbesar yang pernah dan sedang dilakukan oleh Korsel.
"Proyek KFX/IFX merupakan anggaran terbesar dari kita yang pernah kita laksanakan selama ini," tambahnya.
Seperti diketahui, PTDI dan KAI sendiri andil dalam proses pengembangan dan produksi bersama. Purwarupa siap terbang sendiri baru diluncurkan ke publik pada tahun 2019 sebanyak 6 unit.
Proses produksi masal baru dimulai di 2025 setelah melalui proses uji hingga penyesuaian terhadap kebutuhan militer Indonesia. Lokasi produksi berada pada markas PTDI di Bandung dan KAI di Korsel. (feb/rrd)
RI dan Korsel Resmi Lanjutkan Proyek Jet Tempur KFX/IFX Tahap Dua
Foto: Elza Astari Retaduari/detikcom
Sempat mandeg, proyek kerja sama pembuatan pesawat tempur KFX/IFX kembali berlanjut. Ini merupakan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan.
Berlanjutnya kerja sama ini ditandai dengan penandatangan kontrak cost share agreement (CSA). Ini sebagai tanda dimulainya pelaksanaan tahap kedua atau EMD (engineering and manufacturing development) phase pengembangan jet tempur yang rencana awal akan dibuat 5 unit prototipe.
Kerjasama antara RI dengan Korsel ini tidak hanya dengan skema G to G (government to government) namun juga diperkuat dengan skema B to B (business to business) antara PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Korea Aerospace Industries (KIA). Di mana dalam kerjasama ini disepakati diadakannya transfer of technology (ToT).
"Jadi memang harus buat karena kita ini negara besar, nomor 3 di dunia, kemudian luas dengan darat laut begitu, harus punya kemampuan laut udara yang handal, dan harus. Kalau nggak dimulai dari sekarang kapan lagi kita dapat membuat. Kalau membeli semua orang bisa, kalau membuat kan tidak semua orang bisa," ujar Menhan Ryamizard Ryacudu.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara penandatangan kontrak kerja sama di kantor Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Kamis (7/1/2015). Penandatanganan kontrak CSA dilakukan antara Dirjen Potensi Pertahanan Timbul Siahaan dan President and CEO KAI Ltd, Ha Sung Yong.
Dalam waktu bersamaan juga ditandatangani kontrak Work Assignment Agreement (WAA) antara Dirut PT DI, Budi Santoso dan Ha Sung Yong. Penandatanganan kontrak juga disaksikan oleh Ryamizard dan Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea Chang Myoungjin.
Untuk dana sharing dalam pengerjaan proyek jet tempur ini, Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 18 Triliun di mana dana ini baru untuk pembuatan prototipe saja. Dana dari Indonesia tersebut adalah 20 persen dari total semua biaya dalam proyek ini.
Indonesia sendiri sudah menyiapkan infrastruktur dalam pengerjaan jet tempur generasi 4,5 itu. Termasuk sudah dibuatnya hanggar di PT DI. Untuk pembuatan prototipe sendiri, direncanakan akan selesai pada tahun 2020.
Lantas berapa banyak pesawat yang akan dibuat untuk pemenuhan kebutuhan TNI AU ini?
"Dua skuadron, (rencana selesai) tahun 2025. Satu-dua pesawat dibuat di sana, pembuatan pesawat ketiga dilakukan di sini, 80 persen yang mengerjakan orang kita," tutur Ryamizard.
Pihak Korea menyambut baik berlanjutnya kerja sama ini. Seperti yang disampaikan Menteri Pertahanan Korea Chang Myoungjin dalam kesempatan yang sama.
"Penandatanganan ini adalah titik dimulainya kerja sama ilmuwan Indonesia dan Korsel. Sebagai penanggung jawab penuh, saya optimis proyek ini akan sukses," ucap Chang Myoungjin.
"Proyek KFX/IFX ini memakan biaya terbesar dari apa yang pernah Korsel lakukan selama ini. Oleh karena itu kami tidak menghemat kapasitas kami, baik secara lembaga maupun akademisi untuk menyukseskan proyek ini," lanjut Myoungjin yang tidak menyebut besaran dana yang akan dikeluarkan Korsel.
Kontrak CSA ini mengatur kesepakatan dan ketentuan mengenai dana sharing atau pendanaan sebagai kewajiban yang akan diserahkan oleh RI (Kemhan) kepada KAI. Ini berdasarkan project agreement on engineering and manufacturing development of joint development KFX/IFX yang telah dilakukan sebelumnya.
Sementara itu kontrak WAA mencakup partisipasi industri pertahanan Indonesia dalam kegiatan rancang bangun, pembuatan komponen, prototipe, pengujian, dan sertifikasi serta mengatur hal-hal terkait aspek bisnis maupun legal. WAA juga mengatur peran yang akan diambil oleh PT. DI meliputi semua hak dan kewajibannya karena WAA merupakan dokumen businness to businnes (B to B).
Seri KFX/IFX sendiri setara dengan jet tempur tipe F-18 Super Hornet, Eurofighter Typhoon, hingga Dessault Rafale. IFX akan diproduksi secara massal di Indonesia dengan disesuaikan dengan kebutuhan TNI.
Spesifikasi jet tempur tersebut antara lain memiliki panjang 51,3 feet, panjang sayap 35,2 feet, tinggi 14.9 feet. KFX/IFX memiliki berat maksimum untuk take off (MTOW) 53.200 lb, dengan kecepatan maksimum hingga 1,9 Mach. (elz/Hbb)
Untuk menghasilkan prototype itu, total biaya mencapai US$ 8 miliar atau setara Rp 111,52 triliun (US$ 1. Rp 13.940).
"Investasi totalnya sampai melahirkan 6 unit pesawat siap produksi US$ 8 miliar," Kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana, usai acara penandatangan CSA dan WAA, di Kemenhan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Sementara itu, Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu menjelaskan, investasi itu diguyur oleh kedua negara. Indonesia sendiri andil 20% dari total investasi, sedangkan Korsel 80%. Dana Rp 111,52 triliun sebatas sampai melahirkan purwarupa, belum sampai produksi.
"Tandatangan CSA antara Kemhan RI dan KAI. Ini mou nyata pemerintah Indonesia dalam pengembangan jet tempur, dilihat dari pembagian biaya dan tanggungjawab," Sebutnya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Korsel, Chang Myoungjin menjelaskan, program IFX/KFX sebagai pengembangan persenjataan terbesar yang pernah dan sedang dilakukan oleh Korsel.
"Proyek KFX/IFX merupakan anggaran terbesar dari kita yang pernah kita laksanakan selama ini," tambahnya.
Seperti diketahui, PTDI dan KAI sendiri andil dalam proses pengembangan dan produksi bersama. Purwarupa siap terbang sendiri baru diluncurkan ke publik pada tahun 2019 sebanyak 6 unit.
Proses produksi masal baru dimulai di 2025 setelah melalui proses uji hingga penyesuaian terhadap kebutuhan militer Indonesia. Lokasi produksi berada pada markas PTDI di Bandung dan KAI di Korsel. (feb/rrd)
RI dan Korsel Resmi Lanjutkan Proyek Jet Tempur KFX/IFX Tahap Dua
Foto: Elza Astari Retaduari/detikcom
Sempat mandeg, proyek kerja sama pembuatan pesawat tempur KFX/IFX kembali berlanjut. Ini merupakan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan.
Berlanjutnya kerja sama ini ditandai dengan penandatangan kontrak cost share agreement (CSA). Ini sebagai tanda dimulainya pelaksanaan tahap kedua atau EMD (engineering and manufacturing development) phase pengembangan jet tempur yang rencana awal akan dibuat 5 unit prototipe.
Kerjasama antara RI dengan Korsel ini tidak hanya dengan skema G to G (government to government) namun juga diperkuat dengan skema B to B (business to business) antara PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Korea Aerospace Industries (KIA). Di mana dalam kerjasama ini disepakati diadakannya transfer of technology (ToT).
"Jadi memang harus buat karena kita ini negara besar, nomor 3 di dunia, kemudian luas dengan darat laut begitu, harus punya kemampuan laut udara yang handal, dan harus. Kalau nggak dimulai dari sekarang kapan lagi kita dapat membuat. Kalau membeli semua orang bisa, kalau membuat kan tidak semua orang bisa," ujar Menhan Ryamizard Ryacudu.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara penandatangan kontrak kerja sama di kantor Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Kamis (7/1/2015). Penandatanganan kontrak CSA dilakukan antara Dirjen Potensi Pertahanan Timbul Siahaan dan President and CEO KAI Ltd, Ha Sung Yong.
Dalam waktu bersamaan juga ditandatangani kontrak Work Assignment Agreement (WAA) antara Dirut PT DI, Budi Santoso dan Ha Sung Yong. Penandatanganan kontrak juga disaksikan oleh Ryamizard dan Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea Chang Myoungjin.
Untuk dana sharing dalam pengerjaan proyek jet tempur ini, Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 18 Triliun di mana dana ini baru untuk pembuatan prototipe saja. Dana dari Indonesia tersebut adalah 20 persen dari total semua biaya dalam proyek ini.
Indonesia sendiri sudah menyiapkan infrastruktur dalam pengerjaan jet tempur generasi 4,5 itu. Termasuk sudah dibuatnya hanggar di PT DI. Untuk pembuatan prototipe sendiri, direncanakan akan selesai pada tahun 2020.
Lantas berapa banyak pesawat yang akan dibuat untuk pemenuhan kebutuhan TNI AU ini?
"Dua skuadron, (rencana selesai) tahun 2025. Satu-dua pesawat dibuat di sana, pembuatan pesawat ketiga dilakukan di sini, 80 persen yang mengerjakan orang kita," tutur Ryamizard.
Pihak Korea menyambut baik berlanjutnya kerja sama ini. Seperti yang disampaikan Menteri Pertahanan Korea Chang Myoungjin dalam kesempatan yang sama.
"Penandatanganan ini adalah titik dimulainya kerja sama ilmuwan Indonesia dan Korsel. Sebagai penanggung jawab penuh, saya optimis proyek ini akan sukses," ucap Chang Myoungjin.
"Proyek KFX/IFX ini memakan biaya terbesar dari apa yang pernah Korsel lakukan selama ini. Oleh karena itu kami tidak menghemat kapasitas kami, baik secara lembaga maupun akademisi untuk menyukseskan proyek ini," lanjut Myoungjin yang tidak menyebut besaran dana yang akan dikeluarkan Korsel.
Kontrak CSA ini mengatur kesepakatan dan ketentuan mengenai dana sharing atau pendanaan sebagai kewajiban yang akan diserahkan oleh RI (Kemhan) kepada KAI. Ini berdasarkan project agreement on engineering and manufacturing development of joint development KFX/IFX yang telah dilakukan sebelumnya.
Sementara itu kontrak WAA mencakup partisipasi industri pertahanan Indonesia dalam kegiatan rancang bangun, pembuatan komponen, prototipe, pengujian, dan sertifikasi serta mengatur hal-hal terkait aspek bisnis maupun legal. WAA juga mengatur peran yang akan diambil oleh PT. DI meliputi semua hak dan kewajibannya karena WAA merupakan dokumen businness to businnes (B to B).
Seri KFX/IFX sendiri setara dengan jet tempur tipe F-18 Super Hornet, Eurofighter Typhoon, hingga Dessault Rafale. IFX akan diproduksi secara massal di Indonesia dengan disesuaikan dengan kebutuhan TNI.
Spesifikasi jet tempur tersebut antara lain memiliki panjang 51,3 feet, panjang sayap 35,2 feet, tinggi 14.9 feet. KFX/IFX memiliki berat maksimum untuk take off (MTOW) 53.200 lb, dengan kecepatan maksimum hingga 1,9 Mach. (elz/Hbb)
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar