Dewan NATO memutuskan untuk
memulai negosiasi dengan Montenegro dan membahas penggabungan Montenegro
ke dalam NATO. Para politisi dan pakar politik Rusia mengkritik pedas
keputusan ini.
“Saya mengucapkan selamat kepada
Montenegro. Ini merupakan awal dari sebuah perserikatan yang luar
biasa,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pascapublikasi
keputusan dimulainya negosiasi seputar bergabungnya Montenegro ke NATO
di masa depan, pada awal Desember lalu. Dalam kesempatan tersebut, para
menteri NATO juga mengungkapkan bahwa keanggotaan Montenegro dalam NATO
akan meningkatkan keamanan di dalam kawasan dan aliansi secara
keseluruhan.
Stoltenberg secara khusus menegaskan bahwa keputusan
tersebut tidak sengaja ditujukan untuk melawan Rusia, melainkan murni
untuk Montenegro dan NATO.
Ditentang Rusia Sejak Lama
Posisi Rusia terkait perluasan NATO dengan bergabungnya
Montenegro telah lama dibahas. Pada 2011 lalu, Menteri Luar Negeri Rusia
Sergey Lavrov bahkan pernah berbicara tentang masalah ini. Ia
menyatakan bahwa keanggotaan Montenegro di NATO tidak akan meningkatkan
keamanan baik di wilayah maupun bagi aliansi secara keseluruhan, dan
pada 2014, ia kembali mengatakan bahwa kemungkinan bergabungnya
Montenegro ke dalam NATO adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab
dan provokatif.
Pada pertengahan November, Majelis Rendah Parlemen Rusia
(Duma) mengajukan banding ke parlemen Montenegro serta ke parlemen
negara-negara anggota NATO dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama
di Eropa (OSCE). Dalam dokumen yang diajukan, Rusia mencatat modus
keinginan rezim Milo Đukanović yang telah berkuasa di Montenegro selama
25 tahun untuk bergabung dengan NATO melawan kehendak mayoritas rakyat
Montenegro itu sendiri.
Faktor Rusia
Selama dua tahun terakhir di Montenegro telah diadakan
kampanye yang cukup agresif atas bergabungnya Montenegro ke dalam NATO.
Dalam kampanye tersebut, kerap dicetuskan ide untuk melawan Rusia.
Menurut jajak pendapat yang dirilis oleh Perdana Menteri Montenegro Milo
Đukanović pada bulan Juni 2015, sebanyak 47 persen warga Montenegro
mendukung bergabungnya Montenegro ke dalam NATO, dan 43 persen lainnya
menolak. Sementara itu, sekitar 65 persen dari responden yakin bahwa
Montenegro dalam waktu dekat akan menjadi anggota aliansi. Namun,
penelitian alternatif menunjukkan indikator yang sangat berbeda. Warga
yang mendukung bergabungnya Montenegro ke dalam NATO hanya sebesar 32
persen.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kepala Komisi Duma Rusia
Aleksey Pushkov dalam wawancara eksklusif dengan RBTH, “Đukanović tidak
bisa memaksa warganya untuk mencintai NATO dan menyalahkan Rusia atas
semua ini.”
Keraguan terhadap data yang dimiliki oleh Pemerintah
Montenegro di dalam dan di luar negeri didukung oleh berbagai skandal
korupsi yang terkenal dilakukan oleh Đukanović. Salah satu tuduhan
terbarunya adalah mengenai perdagangan senjata dengan ISIS oleh rezim
Đukanović yang dinyatakan senator Rusia Franz Klintsevich.
Kawan Lama
Terlepas dari kenyataan bahwa banyak negara-negara bekas
Pakta Warsawa, dan bahkan tiga negara bekas Uni Soviet, bergabung ke
dalam NATO, bergabungnya Montenegro kali ini memancing reaksi emosional
pihak Rusia.
Pakta Warsawa
Pakta Warsawa adalah sebuah aliansi militer negara-negara Blok Timur di Eropa Timur, yang bertujuan mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman dari aliansi NATO (yang dibentuk pada 1949). Pembentukan Pakta Warsawa dipicu oleh integrasi Jerman Barat ke dalam NATO melalui ratifikasi Persetujuan Paris. Pakta Warsawa dirancang oleh Nikita Khrushchev pada tahun 1955 dan ditanda tangani di Warsawa pada 14 Mei 1955. Pakta ini berakhir pada 31 Maret 1991, dan diakhiri secara resmi dalam sebuah pertemuan di Praha pada 1 Juli 1991.
Rusia dan Montenegro telah memiliki kerja sama yang erat
selama 300 tahun lamanya. Rusia berkontribusi pada penciptaan dan
pengembangan negara Montenegro pada abad XIX serta turut membantu
Montenegro menjadi negara yang mandiri pada tahun 2006.
“Bisa dikatakan, Montenegro mengkhianati Rusia secara
politis. Montenegro mendukung sanksi anti-Rusia oleh Uni Eropa pada
tahun 2014, dan kini Montenegro mengambil satu langkah lain yang
berpotensi mengakhiri hubungan persahabatan dengan Rusia,” kata Direktur
Kerja Sama Internasional Pusat Balkan Rusia Viktor Kolbanovskii kepada
RBTH.
Respon Rusia
Wakil Ketua Duma Rusia Sergey Zheleznyak mengutarakan
kepada RBTH bahwa kini Rusia dan Montenegro harus membatasi kontak di
bidang ekonomi dan bidang lainnya.
Kepala Sektor Balkan Institut Studi Strategis Rusia (RISI)
Nikita Bondarev percaya bahwa tindakan tersebut dapat menjadi
kontraproduktif karena hal ini dapat menimbukan konsekuensi yang akan
dirasakan oleh masyarakat umum. Menurutnya, Rusia harus terlebih dulu
mencapai referendum nasional perihal bergabungnya Montenegro dengan
NATO.
Ada pendapat yang berbeda terkait perkembangan lebih lanjut
dari peristiwa ini. Seorang ahli dari Pusat Carnegie Moskow Maksim
Samorukov percaya bahwa bagi Rusia, kawasan Balkan telah kehilangan daya
tariknya karena tidak adanya relevansi proyek-proyek energi besar,
seperti “South Stream”, sehingga, penggabungan Montenegro ke dalam NATO
tidak lantas membuat Rusia mengambil tindakan yang serius terhadap
negara-negara Balkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar