Memenuhi kebutuhan TNI ALPKR 10514 pertama produksi bersama PT Pal Indonesia [ivan flanker] ☆
Pengadaan kapal perang menjadi prioritas dalam revisi Minimum Essential Force (MEF) 2015-2019 TNI AL. Langkah tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) guna mendukung visi World Class Navy.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, saat membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AL 2016, di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
"Jangan sampai terjadi kesalahan dalam merumuskan sebuah kebijakan. Tanpa kapal perang kita kembali ke tahun 1940-an. Kebutuhan kapal jadi perang prioritas utama," kata Ade di Jakarta, kemarin.
Menurut Ade, sesuai dengan arahan kebijakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Rapim TNI 2016 lalu, revisi MEF harus disesuaikan dengan visi dan misi pemerintah saat ini serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
"Peningkatan alutsista ini sudah masuk dalam MEF. Alutsista-alutsista ini kita rencanakan untuk diremajakan," ungkapnya.
"Kalau alutsistanya sudah tidak memenuhi syarat kita ganti, termasuk kalau sistem tempurnya sudah tidak layak lagi. Sebab untuk menjadi world class navy teknologi alutsista sangat penting," imbuhnya.
Panglima TNI kata Ade, juga meminta agar TNI AL menata organisasi, mengelola anggaran secara efektif dan efisien serta transparan, peningkatan sarana dan prasarana pos-pos TNI di wilayah perbatasan dan pulau terluar.
Menurutnya, membangun sistem pengawasan di wilayah darat, laut dan udara yang terintegrasi serta peningkatan kesejahteraan prajurit.
Selain itu, di bidang operasi dan latihan Panglima TNI meminta perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas latihan gabungan, kesiapsiagaan satuan operasi, efektivitas sistem komando dan pengendalian operasi serta melaksanakan kerja sama internasional, baik pengamanan, operasi perdamaian maupun latihan bersama.
"Kita menjadi tuan rumah event internasional, seperti International Fleet Review (IFR) 2016 dan 15th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 serta 2nd Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 yang akan dilaksanakan di Kota Padang dan Mentawai, Sumatera Barat, pada April 2016 mendatang," tutur Ade.
Rapim TNI AL 2016 yang mengangkat tema 'Meningkatkan Disiplin, Hirerarki dan Kehormatan Militer sebagai Pedoman dalam Mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani serta Berkelas Dunia', merupakan sarana untuk menyampaikan berbagai arah dan kebijakan pimpinan TNI AL.
"Untuk menjadi TNI AL berkelas dunia, maka kualitas sumber daya manusianya perlu dikembangkan. Oleh karenanya, TNI juga meningkatkan kualitas pendidikan prajurit sehingga bukan hanya kompetisi militer saja, tapi perlu kompetisi akademisnya," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan alutsista, TNI AL secara bertahap mulai mengadakan kapal-kapal seperti, kapal landing platform dock (LPD), kapal selam Changbogo.
"Kita juga sudah punya kemampuan untuk membangun kapal dalam negeri seperti, Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) produksi bersama PT PAL dan perusahaan Belanda. Kapal PKR 105 awal tahun 2016 ini akan diluncurkan. Kita siapkan alutsista untuk melaksanakan tugas TNI dalam operasi militer perang dan operasi militer selain perang," ujarnya.
Pengadaan kapal perang menjadi prioritas dalam revisi Minimum Essential Force (MEF) 2015-2019 TNI AL. Langkah tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) guna mendukung visi World Class Navy.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, saat membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AL 2016, di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
"Jangan sampai terjadi kesalahan dalam merumuskan sebuah kebijakan. Tanpa kapal perang kita kembali ke tahun 1940-an. Kebutuhan kapal jadi perang prioritas utama," kata Ade di Jakarta, kemarin.
Menurut Ade, sesuai dengan arahan kebijakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Rapim TNI 2016 lalu, revisi MEF harus disesuaikan dengan visi dan misi pemerintah saat ini serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
"Peningkatan alutsista ini sudah masuk dalam MEF. Alutsista-alutsista ini kita rencanakan untuk diremajakan," ungkapnya.
"Kalau alutsistanya sudah tidak memenuhi syarat kita ganti, termasuk kalau sistem tempurnya sudah tidak layak lagi. Sebab untuk menjadi world class navy teknologi alutsista sangat penting," imbuhnya.
Panglima TNI kata Ade, juga meminta agar TNI AL menata organisasi, mengelola anggaran secara efektif dan efisien serta transparan, peningkatan sarana dan prasarana pos-pos TNI di wilayah perbatasan dan pulau terluar.
Menurutnya, membangun sistem pengawasan di wilayah darat, laut dan udara yang terintegrasi serta peningkatan kesejahteraan prajurit.
Selain itu, di bidang operasi dan latihan Panglima TNI meminta perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas latihan gabungan, kesiapsiagaan satuan operasi, efektivitas sistem komando dan pengendalian operasi serta melaksanakan kerja sama internasional, baik pengamanan, operasi perdamaian maupun latihan bersama.
"Kita menjadi tuan rumah event internasional, seperti International Fleet Review (IFR) 2016 dan 15th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 serta 2nd Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 yang akan dilaksanakan di Kota Padang dan Mentawai, Sumatera Barat, pada April 2016 mendatang," tutur Ade.
Rapim TNI AL 2016 yang mengangkat tema 'Meningkatkan Disiplin, Hirerarki dan Kehormatan Militer sebagai Pedoman dalam Mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani serta Berkelas Dunia', merupakan sarana untuk menyampaikan berbagai arah dan kebijakan pimpinan TNI AL.
"Untuk menjadi TNI AL berkelas dunia, maka kualitas sumber daya manusianya perlu dikembangkan. Oleh karenanya, TNI juga meningkatkan kualitas pendidikan prajurit sehingga bukan hanya kompetisi militer saja, tapi perlu kompetisi akademisnya," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan alutsista, TNI AL secara bertahap mulai mengadakan kapal-kapal seperti, kapal landing platform dock (LPD), kapal selam Changbogo.
"Kita juga sudah punya kemampuan untuk membangun kapal dalam negeri seperti, Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) produksi bersama PT PAL dan perusahaan Belanda. Kapal PKR 105 awal tahun 2016 ini akan diluncurkan. Kita siapkan alutsista untuk melaksanakan tugas TNI dalam operasi militer perang dan operasi militer selain perang," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar