Angkatan Udara Filiphina memasuki fase baru. Setelah satu dekade tidak memiliki jet tempur, mereka akhirnya mulai menerima pesawat buatan Korea untuk diandalkan sebagai kekuatan udara mereka.
Selama 10 tahun terakhir Filiphina tidak memiliki pesawat tempur setelah mereka mempensiun pesawat tempur supersonik F-5 terakhir pada tahun 2005. Menurut Reuters kurangnya dana telah menunda program pembelian cukup lama.
Tetapi ketegangan di Laut China Selatan mau tidak mau menjadikan Manila tidak bisa lagi diam. Dengan segala upaya mereka akhirnya menyidihkan dana yang cukup besar untuk memperkuat militer mereka, termasuk pesawat tempur.
Pertahanan Wakil Fernando Manalo kepada Reuters Senin 1 Desember 2015 mengatakan pekan lalu, Presiden Benigno Aquino III juga meresmikian akuisisi peralatan militer senilai US936 juta, termasuk dua frigat, helikopter anti-kapal selam dan kendaraan serbu amfibi untuk angkatan laut, pesawat patroli jarak jauh, amunisi untuk FA -50 dan pengawasan radar untuk angkatan udara.
China telah membangun instalasi militer di sebuah pulau di dekat pulau-pulau Spratly yang disengketakan. Kegiatan yang telah merangsang ketegangan di kawasan ini. Amerika juga telah menurunkan kekuatan untuk mengirimkan pesan kepada Beijing untuk menghentikan kegiatannya.
Filipina sebenarnya telah mengesampingkan solusi militer untuk menyelesaikan konflik teritorial di wilayah ini. Pada bulan Januari 2013, Filipina membawa sengketa dengan Cina ke pengadilan internasional di Den Haag. Manila berharap pengadilan akan menjatuhkan keputusan pada tahun depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar