JSF F35
Sikap antusias tentang keputusan Israel pada tahun 2008 untuk membeli jet tempur F-35 dari Amerika tidak lagi muncul pada tahun 2016. Bahkan Israel dikabarkan sedang mempertimbangkan mundur dari keputusan tersebut.
F-35 kerap dikabarkan memiliki beberapa kelemahan yang melekat, seperti rentang tidak memadai, payload senjata minim dan kemampuan siluman yang diragukan. Selain itu, Amerika menolak untuk berbagi kode sumber JSF dengan Israel. Hal ini menjadikan Israel tidak akan dapat memodifikasi platform sesuai kebutuhannya, dan harus mengirimkan mesin yang rusak ke Turki atau AS untuk perbaikan.
Menurut sumber pemerintah Israel dikutip Middle East Newsline (MENL) beberapa anggota Kabinet Israel mengatakan F-35 adalah jet “cacat.” Israel juga akan menemukan dirinya semakin tergantung pada pesawat tempur jet yang telah ditolak oleh sebagian besar angkatan udara NATO. “Kita akan memiliki puluhan pesawat sangat mahal dengan kemampuan terbatas,” kata sumber tadi.
Pada bulan September 2008, Departemen Pertahanan AS menyetujui penjualan 25 F-35 Joint Strike Fighters untuk angkatan udara Israel. Kesepakatan senilai US$ 15,2 miliar termasuk opsi untuk membeli 50 pesawat tambahan di tahun-tahun berikutnya.
Israel sangat tertarik pada pesawat karena kemampuan lepas landas pendek dan mendarat vertikal. Diasumsikan bahwa di masa perang, basis dan landasan pacu Israel jadi sasaran rudal musuh membuat banyak pesawat tidak dapat digunakan. F-35B, dengan kemampuannya untuk mendarat dan lepas landas secara vertikal dengan beban ringan, akan sangat berharga dalam keadaan seperti itu. Selain itu, hanya membutuhkan landasan beberapa ratus kaki untuk lepas landas dengan beban penuh. Lockheed Martin bersikeras bahwa JSF adalah pesawat tempur paling canggih di kelasnya.
Israel saat ini mengharapkan 33 jet F-35A akan tiba dalam dua batch. Pesawat pertama diharapkan tiba pada 2017 dari rencana lebih dari 20 pesawat seharusnya telah tiba tahun lalu. Kemudian perintah mengurangi hanya menjadi 14. Sebanyak 17 F-35 saat ini masih dalam pesanan untuk 2017, dan Angkatan Udara Israel terus mendorong lebih untuk tiba pada tahun 2020.
Pemerintah Netanyahu telah mendesak Washington untuk menjual ke Israel F-15 yang telah disetujui untuk Arab Saudi. Tapi Pemerintahan Obama telah menolak, dan memberikan JSF sebagai satu-satunya platform yang tersedia untuk pembelian Israel dengan menggunakan dana US$ 3 miliar per tahun yang berasal dari bantuan Amerika.
Sumber kedua dikutip MENL mengatakan “Keseluruhan perasaan [antara anggota Kabinet] adalah bahwa Israel tidak bisa terus di jalan ini dan kebutuhan platform tempur sangat tinggi.” Sumber menambahkan bahwa Israel akan pada alkhirnya harus membayar “harga strategis” untuk “pengadaan, operasi, dan pelatihan 50 pesawat yang tidak memadai.” [MENL]
Sikap antusias tentang keputusan Israel pada tahun 2008 untuk membeli jet tempur F-35 dari Amerika tidak lagi muncul pada tahun 2016. Bahkan Israel dikabarkan sedang mempertimbangkan mundur dari keputusan tersebut.
F-35 kerap dikabarkan memiliki beberapa kelemahan yang melekat, seperti rentang tidak memadai, payload senjata minim dan kemampuan siluman yang diragukan. Selain itu, Amerika menolak untuk berbagi kode sumber JSF dengan Israel. Hal ini menjadikan Israel tidak akan dapat memodifikasi platform sesuai kebutuhannya, dan harus mengirimkan mesin yang rusak ke Turki atau AS untuk perbaikan.
Menurut sumber pemerintah Israel dikutip Middle East Newsline (MENL) beberapa anggota Kabinet Israel mengatakan F-35 adalah jet “cacat.” Israel juga akan menemukan dirinya semakin tergantung pada pesawat tempur jet yang telah ditolak oleh sebagian besar angkatan udara NATO. “Kita akan memiliki puluhan pesawat sangat mahal dengan kemampuan terbatas,” kata sumber tadi.
Pada bulan September 2008, Departemen Pertahanan AS menyetujui penjualan 25 F-35 Joint Strike Fighters untuk angkatan udara Israel. Kesepakatan senilai US$ 15,2 miliar termasuk opsi untuk membeli 50 pesawat tambahan di tahun-tahun berikutnya.
Israel sangat tertarik pada pesawat karena kemampuan lepas landas pendek dan mendarat vertikal. Diasumsikan bahwa di masa perang, basis dan landasan pacu Israel jadi sasaran rudal musuh membuat banyak pesawat tidak dapat digunakan. F-35B, dengan kemampuannya untuk mendarat dan lepas landas secara vertikal dengan beban ringan, akan sangat berharga dalam keadaan seperti itu. Selain itu, hanya membutuhkan landasan beberapa ratus kaki untuk lepas landas dengan beban penuh. Lockheed Martin bersikeras bahwa JSF adalah pesawat tempur paling canggih di kelasnya.
Israel saat ini mengharapkan 33 jet F-35A akan tiba dalam dua batch. Pesawat pertama diharapkan tiba pada 2017 dari rencana lebih dari 20 pesawat seharusnya telah tiba tahun lalu. Kemudian perintah mengurangi hanya menjadi 14. Sebanyak 17 F-35 saat ini masih dalam pesanan untuk 2017, dan Angkatan Udara Israel terus mendorong lebih untuk tiba pada tahun 2020.
Pemerintah Netanyahu telah mendesak Washington untuk menjual ke Israel F-15 yang telah disetujui untuk Arab Saudi. Tapi Pemerintahan Obama telah menolak, dan memberikan JSF sebagai satu-satunya platform yang tersedia untuk pembelian Israel dengan menggunakan dana US$ 3 miliar per tahun yang berasal dari bantuan Amerika.
Sumber kedua dikutip MENL mengatakan “Keseluruhan perasaan [antara anggota Kabinet] adalah bahwa Israel tidak bisa terus di jalan ini dan kebutuhan platform tempur sangat tinggi.” Sumber menambahkan bahwa Israel akan pada alkhirnya harus membayar “harga strategis” untuk “pengadaan, operasi, dan pelatihan 50 pesawat yang tidak memadai.” [MENL]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar